Connect with us

Interviews

Efektivitas Heartz Dyslexia Part 2 Menurut The S.I.G.I.T

Dipublikasikan

pada

Kali pertamanya The S.I.G.I.T (Rekti, Farri, Adit, Acil) menginjakkan kakinya di panggung Jatinangor adalah Kamis (9/6) di in Music We Trust Last Edition. In Music We Trust Last Edition mengundang The S.I.G.I.T mampir di panggung sederhananya di Bandung Giri Gahana Resort, Jatinangor. Suasana tampak ramai ketika The S.I.G.I.T naik ke panggung dan memecah suasana hening. Sesaat Bandung Giri Gahana Resort menjadi wadah konser intim The S.I.G.I.T meskipun tanpa Acil sang drummer yang berhalangan hadir dengan penggemarnya di Jatinangor.

Di akhir acara, The S.I.G.I.T  yang telah mengeluarkan EP Hertz Dyslexia Part II, menyempatkan waktunya untuk berbincang dengan tim Gigsplay.

Beberapa waktu lalu The S.I.G.I.T merilis Hertz Dyslexia Part II dalam bentuk T-Shirt dan kode untuk mendownload EP tersebut. Ini termasuk inovasi baru, darimana ide tersebut berasal?

Farri : Dari keterbatasan dana.

Rekti : Bukan keterbatasan dana juga. Sebenarnya lebih ke pengefektifan. Bikin CD banyak-banyak tapi tidak ada yang beli, jadinya terbengkalai. Mungkin kedepannya kami ingin membuat yang lebih ecofriendly.

Hertz Dyslexia Part II Cuma ada 3 lagu dan 1 bonus track. Apakah memang disetting seperti itu?

Rekti : Sebenarnya 3 lagu yang ada di EP, 2 lagunya sangat experimental dan memang untuk tes respon. Itu juga salah satu alasan mengapa kami merilis T-Shirt dengan kode untuk mendownload. Orang malas juga jika harus membeli CD seharga Rp. 30.000,- yang isinya Cuma 3 lagu. Untuk efektivitas lah.

Video Up and Down keluar lebih dulu dibandingkan EP, apakah itu merupakan suatu strategi?

Farri : Teaser. Sebenarnya juga merupakan strategi penjualan. Up and Down sudah ada sebelum video klipnya dirilis. Untuk orang yang sering nonton kita secara live, akan familiar dengan lagu Up and Down.

Apakah Part II ini adalah part yang terakhir dari Hertz Dyslexia?

Rekti : Terakhir.

Farri : Masa sih?

Rekti : Belum tau. Kami tidak mau membatasi. Hertz Dyslexia ini mungkin akan menjadi proyek experimental saja.

Kita melihat bahwa interval dilirisnya Hertz Dyslexia Part 1 dan 2 cukup lama yakni 2 tahun. Apakah ada kendala?

Rekti : Saya time travel dulu. Sebenernya anggotanya lebih ke urusan masing-masing juga. Tidak full time soalnya. Tidak bisa setiap hari mikirin lagu baru. Kemudian juga lagu baru yang udah dibikin berkali-kali, kitanya tidak puas, kita hapus. Selama 2 tahun seperti itulah prosesnya.

Farri : Kita memang konsepnya memang ingin rilis setiap tahun ganjil. Target akhir tahun ini full album akan keluar.

Teks: Indira Listiarini

Foto: Arief Haadi Mulia

Menulis dan menyumbangkan opini visualnya di Gigsplay sejak 2010.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *