Connect with us

Album Review

Morfem – Sneakerfuzz: Roller Coaster a la Fuzz & Roll

Dipublikasikan

pada

morfem sneakerfuzzBeberapa dari kalian menjadi menjadi salah satu yang cukup penasaran ketika Converse memutuskan untuk memilih Morfem sebagai pemenang kontes Converse Get Loud dengan menyingkirkan Superglad dan Stereocase. Kala itu, Converse yang juga bekerjasama dengan pihak Sinjitos Records menjanjikan sang pemenang untuk dapat merilis sebuah karya yang seluruhnya disponsori oleh Converse.

Tak menutup kemungkinan bila muncul pertanyaan konyol semacam, “Bagaimana nanti Morfem mengaitkan materi mereka dengan brand label sepatu tersebut ?”, atau “Apa mungkin Morfem akan membuat sebuah lagu yang bertemakan tentang sepatu ?” saat Morfem mengumumkan mereka siap merilis sebuah mini album bersama Converse dan dibantu oleh Sinjitos Records.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mereka bayar dengan lugas ketika EP Sneakerfuzz dirilis kepasaran. Apa hubungan Morfem dengan sepatu ? Mereka meluncurkan materi-materi yang cukup kick-ass dalam jangka waktu yang cukup singkat. Masih menjadi misteri sebetulnya, apakah enam lagu di dalam EP Sneakerfuzz ini mereka buat sekelabat setelah ditunjuk sebagai pemenang atau memang ini adalah stok-stok untuk album Morfem yang akan datang.

Membuka rilisan dengan sebuah nomor “tendang pantat” lewat bassline yang menonjok dari Yanu Fuadi di lagu “Kubikal Rock”, mungkin mengingatkan para penikmat musik Morfem bahwa masing-masing personil band ini adalah para penggemar musik punk rock. Sebuah intermezzo yang menyegarkan.

Dilanjut dengan “Planet Berbeda”. Mari angkat tangan untuk salah satu spesialisasi dari seorang Jimi Multhazam, yaitu lirik tajam yang dibalut dengan jenaka. “Dia pembaca karya Hirata, sedang ku penggila Teguh Esha. Orang memandang heran, ah kami sih biasa. Karena kita telah ditakdirkan.”, salah satu potongan lirik “Planet Berbeda” yang memperlihatkan bagaimana luasnya referensi dari Jimi Multhazam.

Setelah diajak bersantai sedikit di “Planet Berbeda” yang sangat 90’s alternative rock, pendengar Sneakerfuzz kembali tancap gas di nomor “Tak Punya Ketakutan”. Merapat ke era oldskool hardcore yang dibalut catchy dengan sentuhan engineer berkelas bernama Yoseph Saryuf.

Tak salah rasanya apabila kita menilai bahwa mini album Sneakerfuzz ini sebagai sebuah roller coaster dari musik fuzz & roll. Satu lagu untuk bersantai, jeda beberapa detik kemudian langsung dihajar habis tak terkontrol. “Tiba-Tiba Terjadi” adalah lagu yang sangat Morfem-ish. Nada yang sing along, kemudian diselipkan bebunyian fuzz riyuh andalan dari Pandu Fuzztoni yang kemudian disambung oleh liukan suara Jimi pada reff. Repetitif.

EP Sneakerfuzz ditutup dengan rapih oleh Morfem. “Jam 3 Pagi Di Bundaran” menghadirkan tema menarik tentang bagaimana para kepala hangover seringkali hilang kendali ketika berkendara pulang usai menenggak alkohol dosis tinggi. Dilihat dari sudut pandang orang-orang tak bersalah yang juga kerap menjadi korban tabrak mabuk ini.

Terakhir. “Rayakan Pemenang” merupakan tipikal lagu yang sangat cocok diletakan pada akhir set. Baik versi audio ataupun live, para pendengar musik Morfem nampaknya setuju bahwa lagu ini adalah yang paling tepat untuk dijadikan materi karaoke bersama kawan-kawan ketika menyimak EP Sneakerfuzz.

 

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *