Connect with us

Album Review

Neat – Notre Lutte

Dipublikasikan

pada

neatMenariknya, Notre Lutte adalah sebuah kaleidoskop sejarah. EP perdana dari band asal Bandung yang diprakarsai oleh Rayhan Murtaza (lead guitar, keyboard and synthesizers), Arbi Wardani (drums), Hari Baku (rhythm guitar), Ziljian Qisti (lead vocal), dan Raexsyaf Arrahman (bass guitar) merupakan sebuah persembahan yang juga menjadi persembahan bagi era keemasan musik rock. Saya tidak mengatakan ini dengan maksud mempertanyakan orisinalitas Neat sendiri. Justru sebaliknya: Notre Lutte adalah bentuk kaleidoskop sejarah yang hanya mengambil inspirasi yang mengelilinginya, bukan sejarah itu sendiri.

Dengarkan saja “Who’s Going to Love Me,” dengan gitar yang hampir menyerupai gitar band Cream. Lagu ini diberkati oleh permainan gitar yang bernas dan penuh petualangan dari Rayhan dan perubahan tempo yang menarik. Begitu juga “Love at the Twenty First Sight” dengan sensibilitas pop yang sangat menyenangkan untuk didengarkan. Semua lagu di dalam EP ini, walau tidak terdengar baru, lebih sibuk melihat sekarang ketimbang melihat kebelakang—dan itu adalah sebuah prestasi yang baik.

Walau demikian, Notre Lutte terkesan kurang berani melompat. Ada momen-momen kurang matang seperti produksi lagu-lagu pembuka dan penutup. Lagu-lagu yang berkedok sebagai percakapan dibalut produksi yang memang sedikit berantakan, walau ide dibaliknya saya yakin tulus dan ambisius. Notre Lutte, sayanngnya, sedikit mengaburkan karakter musik Neat yang seberani permainan drum/gitar di baliknya.

Saya harus akui kalau saya belum bisa berkata banyak mengenai Neat. Band yang relatif baru—terbentuk pada 2013—ini masih bisa meniti perjalanan musik yang panjang. Dan berdasarkan Notre Lutte, perjalanan itu adalah perjalanan yang sangat menjanjikan.

Oleh: Stanley Widianto
Photo: Doc. Neat

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *