Connect with us

Articles

Perkembangan Komunitas & Gerakan Musik di Kota-Kota Indonesia (Part 2)

Dipublikasikan

pada

Melanjutkan bahasan mengenai komunitas-komunitas dan gerakan musik di beberapa kota di Indonesia, Gigsplay sudah berbincang dengan beberapa tokoh yang menjadi perwakilan di setiap kotanya. Membahas tentang cara mereka bertahan, menanggapi peranan pemerintah hingga mengatasi kendala-kendala demi perkembangan komunitas dan industri kreatif di kotanya. Sebelumnya, kita sudah membahas dan mengajak beberapa tokoh komunitas di beberapa kota dalam “Perkembangan Komunitas & Gerakan Musik di Kota-Kota Indonesia (Part 1)” dan saatnya sekarang kita melanjutkan ke kota-kota lainnya.

 

Medan – Ivan Makhsara: “Medan dan banyak kota lain, nyimpen banyak talenta yang keren keren”

Popculture Enthusiast – Journalist – Publicist

ivann m

Ivan Makhsara

Bagaimana kondisi dan situasi komunitas-komunitas di kota kalian?

Halo! Medan kondisinya adem-adem aja, bisa dibilang 5 tahun terakhir scene nya tumbuh dengan bagus, setidaknya dibandingkan dulu, sekarang lebih banyak rilisan yang diproduksi.

Medan sendiri skenanya kebagi-bagi, ada skena Hardcore yang terus aktif (bikin gigs rutin, rekaman DIY, bikin gigs band luar negeri), skena Metal (bikin rekaman, gigs rutin juga, terus biasanya ada acara tahunannya yang gede), skena Indie (band band baru sih kebanyakan kalo ini), Skena elektronik juga lagi siap siap bangkit lagi, secara umum perkembangannya udah positif dan menyenangkan, palingan gigs yang dulu sempat menjamur sekarang agak berkurang, tapi masa depannya masih cerah

Apa yang membuat kalian memilih untuk tetap tinggal di kota kelahiran dan mengembangkan dengan cara kalian sendiri, sementara orang-orang ada yang memilih bekerja di ibukota.

Medan itu menarik, menarik karena kotanya punya beragam karakter, yang masing-masing kuat. Dari dulu, percaya kalo Medan bakalan bisa kok kayak kota-kota besar dan mapan secara industri kayak Jakarta atau Bandung, tapi ya masih butuh waktu dan proses untuk ke arah sana

Bagaimana cara kalian survive dengan terus menciptakan regular event

Biasa sih event di sini, ada yang sifatnya masih underground (di tempat-tempat kecil yang intim), kalo event Metal biasanya sih lebih gede, lebih masif.

Biasa juga ada event tahunan kayak Noise Fest (Metal), Lost in a Melody (Indie), atau Hard Fest (Hardcore), sekarang juga ada Metronika (Electronic)

Apa yang ingin di-share untuk temen-temen selama ‘bekerja’ bersama komunitas di kota kalian

Karena Aku jurnalis, biasanya sih suka merhatiin aktivitas skena dari ‘luar’, karena di Medan band nya masih kurang bisa ngepromosiin diri sendiri, biasanya Aku suka ngebantuin nulisin press release, ngasih ke media luar kota/luar negeri.

Sekarang bisa dibilang Medan udah berkembang pesat, gontok-gontokan udah kurang, sekarang skena nya malah santai, ga ada kejadian yang terlalu heboh, tapi terlalu santai sih sekarang… hehe

Bagaimana dukungan pemerintah terhadap proses perkembangan komunitas di kota kalian..

Ga ada

Apa yang kalian harapkan/target tentang kota kalian

Dari semua harapan/target, pengennya Medan lebih dikenal di luar kota, ga usah muluk-muluk nationally lah, band-band Jakarta, band-band Bandung selama bertahun-tahun dapet kemudahan, dibantu eksposur media besar atau kesempatan lain yang buat musiknya terpromosi dengan baik, Medan dan banyak kota lain, nyimpen banyak talenta yang keren-keren

 

Pontianak – Erru Ahmadia: “Buat Saya cara ini lebih baik, karena bisa mengurangi ketergantungan dan intervensi dari pihak yang membantu pendanaan”

Part of Kob Radio and Bophians – Photographer BorneoPhotography

Erru Ahmadia

Erru Ahmadia

Bagaimana kondisi dan situasi komunitas-komunitas di kota kalian?

Cukup baik, maksudnya anak muda di Pontianak punya ide-ide yang lumayan bagus buat banyak hal. Makanya di Pontianak komunitas-komunitas terus tumbuh dan berkembang, serta mengadakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan ide mereka masing-masing, tentang banyak hal.

Banyak komunitas yang sudah berdiri lama, dan selama bertahun-tahun sudah menjadi wadah bagi banyak anak muda kota Pontianak untuk berkreatifitas. Tapi tidak kalah banyak komunitas yang tidak berumur panjang.

Ini karena banyak komunitas di Pontianak yang berdiri hanya karena trend. Banyak sekali anak muda di kota ini yang terlalu mudah dibawa oleh arus trend.

Ketika sesuatu sedang “in” di Pulau Jawa (dan mungkin sampai ada komunitasnya), anak-anak disini juga akan melakukan hal yang kurang-lebih sama. Tapi seiring perubahan trend, semua ini juga akhirnya hilang, dan berganti dengan hal yang baru lagi, sesuai dengan apa yang sedang berkembang.

Ada juga yang berkomunitas dengan mengharapkan feedback nyata dari komunitas yang dibuat. Keuntungan finansial, misalnya. Nah dari hal-hal yang Saya jelaskan sebelumnya, tidaklah mengherankan kalau banyak sekali komunitas yang berdiri dan berkumpul hanya seumur jagung, dan kemudian hilang begitu saja karena anggotanya sudah punya trend baru, atau karena alasan yang (menurut saya) ironis seperti ‘sudah bekerja’ atau ‘sudah menikah’, atau karena mereka merasa sudah tidak bisa lagi meraih feedback yang mereka harapkan dari keberadaan mereka di komunitas tersebut.

Tapiiii (banyak tapinya hihihi) balik lagi ke yang pertama… Saya senang karena ada komunitas dan orang-orang yang tetap bertahan dengan ide dan hal-hal yang mereka lakukan selama bertahun-tahun. Bahkan mereka berkembang, dan anggotanya juga terus bertambah.

Apa yang membuat kalian memilih untuk tetap tinggal di kota kelahiran dan mengembangkan dengan cara kalian sendiri, sementara orang-orang ada yang memilih bekerja di ibukota.

Kenapa Saya ingin mengembangkan kota ini, karena Saya lihat banyak sekali karya-karya dan aksi anak muda disini yang sebenarnya sangat bagus, tapi kurang apresiasi dan rasanya sayang banget kalo cuma berkutat di kota sendiri aja.

Padahal di zaman internet kayak sekarang, banyak sekali cara yang tidak butuh biaya mahal untuk membuat karya-karya dan aksi-aksi tersebut lebih dikenal dan diketahui lebih luas lagi.

Bagaimana cara kalian survive dengan terus menciptakan regular event

Saya merupakan bagian dari komunitas Borneo Photography (@BOPHIANS / www.borneophotography.org), sebuah komunitas pecinta fotografi yang sudah ada sejak tahun 1999, dan setahun terakhir cukup aktif di Kobradio (@kobradio / www.kobradio.org) sebuah radio online streaming yang saya buat bersama 7 orang teman.

Selama ini Saya selalu membuat event-event kolektif bersama mereka, baik itu pameran foto maupun acara musik. Dananya patungan aja, kemudian dimaksimalkan buat acara.

Kalaupun ada pihak yang membantu, itu biasanya adalah media partner, atau co-organizer yang duduk bersama mengerjakan event. jadi bukan sponsor.

Buat Saya cara ini lebih baik, karena bisa mengurangi ketergantungan dan intervensi dari pihak yang membantu pendanaan. walaupun acaranya gak besar, yang penting acaranya keren.hehehe. Banyak komunitas yang sepeti ini, tapi (lagi-lagi) tidak sedikit juga yang tetap harus mencari donatur sana-sini buat bikin event.

Apa yang ingin di_share untuk temen-temen selama ‘bekerja’ bersama komunitas di kota kalian

Yang jelas kalo di sini kita harus siap dengan kurangnya apresiasi. Membangun apresiasi di kota sendiri, Saya rasakan lebih sulit dibandingkan memperkenalkan apa yang komunitas Saya lakukan kepada orang-orang di luar pulau.

Tapi, disitulah tantangannya. Bagaimana kita harus terus bertahan, sambil terus konsisten membuat karya/aksi/event yang sebisa mungkin reguler, sehingga pelan-pelan orang bakal tau dan mengerti apa, bagaimana, dan buat apa komunitas ini berdiri.

Bagaimana dukungan pemerintah terhadap proses perkembangan komunitas di kota kalian..

Dukungan pemerintah adalah memberikan ruang yang cukup luas untuk berdiri dan berkembangnya komunitas-komunitas di kota ini, sebagai sarana bagi kaum muda untuk berkarya dan berkreatifitas sesuai dengan minat dan idenya masing-masing.

Apa yang kalian harapkan/target tentang kota kalian

Harapan Saya, di masa yang akan datang kota ini bisa punya lebih banyak orang-orang muda dengan daya kreatifitas dan idealisme yang kuat, sehingga kaum muda di kota ini bisa membuat karya-karya yang semakin bagus, dan mampu mensejajarkan diri mereka dengan anak-anak muda di kota lain.

 

Banjar Baru – Amax Brigade 666: “memajukan local scene tidak perlu membatasi diri dengan berpikiran sempit tentang siapa yang lebih hebat, siapa yang lebih berpengaruh dan siapa yang lebih berkuasa”

Member of Brigade 666 – Part of Rebel Squad Organizer

amax brigade

Amax Brigade

Bagaimana kondisi dan situasi komunitas-komunitas di kota kalian?

Mulai berkembang pesat dan sudah mulai diterima oleh masyarakat luas dalam artian komunitas-komuitas musik indepent-nya sudah mulai eksis kembali yang tadinya masih bergerak secara sembunyi-sembunyi sekarang sudah bebas berkarya baik di event umum maupun di event-event komunitas itu sendiri.

Apa yang membuat kalian memilih untuk tetap tinggal di kota kelahiran dan mengembangkan dengan cara kalian sendiri, sementara orang-orang ada yang memilih bekerja di ibukota.

Karena kami berpegang teguh dan percaya bahwa potensi musik dan sumber daya manusia nya di daerah kami sendiri lebih tinggi potensinya, karena kami selalu berprinsip bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budaya daerahnya itu sendiri dan ini kami tanamkan di musik kami sendiri (BRIGADE 666) yang menggunakan unsur etnic daerah kami sendiri dan daerah-daerah lain di Indonesia.

Tetapi tidak menutup kemungkinan kita sendiri akan beranjak ke ibukota, tetapi kami lebih memilih berpondasi di daerah sendiri untuk mencapai ke arah ibukota, karena kami tidak ingin setelah kami beranjak ke ibukota dan menjadi band yang besar tetapi di daerah sendiri komunitas pun tidak mengenal bahkan tidak mendukung. Kita bisa mengambil banyak contoh dengan band-band di luar sana yang besar di nasional tapi di daerah sendiri tidak ada respect sama sekali.

Bagaimana cara kalian survive dengan terus menciptakan regular event

Kita tidak pernah mengenal adanya senioritas di dalam komunitas dengan begitu event itu selalu dilaksanakan dalam bentuk gigs dimana seluruh genre yang ada di komunitas-komunitas musik underground ataupun lainnya tetap bersatu mengadakan acara reguler yang tujuannya memperlihatkan kepada masyarakat umum bahwa musik-musik komunitas itu jauh dari pola pikir negatif yang menyatakan bahwa komunitas musik underground tidak bisa berbaur dengan komunitas musik lainnya dan hari ini berpengaruh terhadap opini masyarakat umum yang tadinya tidak menerima musik underground menjadi lebih menerima dan bahkan mereka memberikan apresiasi yang positif terhadap musik underground itu sendiri.

Dampak dari keseluruhan itu memberikan suatu hubungan kekeluargaan yang erat antar komunitas musik, misalnya terlihat apabila event tercipta maka komunitas yang satu akan mengundang komunitas yang lain, atau bahkan event umum dan pemerintahan , mereka juga turut mengundang band-band dari komunitas tersebut.

Dan bagi kami komunitas underground sendiri selalu menjaga rasa saling menghargai kebersamaan yang kami percayai dan yakini bisa menjaga keharmonisan antara komunitas lain, masyarakat atau pemerintahan. Dan Alhamdulillah itu telah berlangsung di daerah kami hingga saat ini.

Apa yang ingin di-share untuk temen-temen selama ‘bekerja’ bersama komunitas di kota kalian

Kami pernah menjadi penyelenggara event di mana harus menyatukan berbagai genre dan berbagai komunitas yang ada dalam satu event yang nama nya “Saturday Night Music with Undeground” yang bertemakan ulang tahun sebuah club motor di daerah kami, peserta band nya dari seluruh genre dan undangan undangan dari club motor tersebut dari seluruh club-club motor dari seluruh Kalimantan.

Hal ini menimbulkan pro dan kontra terhadap komunitas musik underground, hal ini kami tanggapi dengan pikiran terbuka dan kami katakan satu hal bahwasanya kami akan lebih berbangga jika kami bisa membuat underground bangga tanpa harus sekedar berbangga menjadi anak underground dan kontribusi yang kami berikan jelas disini, memajukan local scene tidak perlu membatasi diri dengan berpikiran sempit tentang siapa yang lebih hebat, siapa yang lebih berpengaruh dan siapa yang lebih berkuasa. Intinya, jika ingin benar-benar memajukan local scene kita harus menjungjung tinggi kebersamaan tanpa memandang status, genre dsb.

Bagaimana dukungan pemerintah terhadap proses perkembangan komunitas di kota kalian.

Alhamdulillah sejauh ini pemerintah kota dan daerah mendukung penuh pergerakan musik bawah tanah dan bahkan memberikan satu ruang yang dipercayakan penuh untuk komunitas mengekspresikan karyanya.

Itu telihat dari beberapa event sejak tahun 2000 yang tadinya masih indoor dan akhirnya mulai tahun 2003 sampai sekarang, reguler event seperti “Banjarbaru Arise 1, 2 , 3 dan event reguler mingguan Saturday Night Music with Underground bisa dilaksanakan dengan outdoor dan didukung masyarakat dan pemerintah setempat, dan semua event ini dikelola oleh Rebel Squad Organizer yang notabennya juga anggota dari band BRIGADE 666 dan dibina langsung oleh Dewan Kesenian Banjarbaru yang ketuanya adalah Bang Ogi Fajar Nuzuli yang beliau sendiri adalah Wakil Walikota Banjarbaru.

Apa yang kalian harapkan/target tentang kota kalian

Yang kami targetkan Banjarbaru menjadi barometer musik komunitas di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Selatan. Dan kami selalu berharap kebersamaan di Banjarbaru dan keseluruhan unsurnya, baik dari pemerintah kota maupun komunitas-komunitas dan masyarakatnya selalu terjalin baik bahkan lebih dari yang sekarang.

 

Kota Langsa, Aceh – Rizky Yanda: “Kami rasa kami yang harus membangun dan mendukung scene-scene di kota kami”

Founder Breakdown Records – Apparel

Rizky Yanda

Rizky Yanda

Bagaimana kondisi dan situasi komunitas-komunitas di kota kalian?

Komunitas band punya angka lebih besar dari komunitas lain seperti skateboarder, fixie dan BMX sampai punk di Kota Langsa dan bisa dibilang cukup kompak, setiap kali ada event pasti saling mengisi meski jumlah tiap-tiap komunitas gak banyak. Event musik sering diisi sama yang lain, begitu juga sebaliknya.

Apa yang membuat kalian memilih untuk tetap tinggal di kota kelahiran dan mengembangkan dengan cara kalian sendiri, sementara orang-orang ada yang memilih bekerja di ibukota.

Kami rasa kami yang harus membangun dan mendukung scene-scene di kota kami, jadi kami harus tetap di sini, meskipun kami menjadikan kota-kota besar lain sebagai kiblat lifestyle, sebisa mungkin kami mengikuti nya, gak pernah ada niat jadi hipster, kami cukup nyaman untuk berkarya, beraktifitas, memproduksi musik-musik, dengan influence kota besar lain pasti nya, ya bekerja di kota ini dengan situasi seperti ini, dengan komunitas-komunitas ini cukup nyaman buat kami.

Bagaimana cara kalian survive dengan terus menciptakan regular event

Untuk tetap exist kami selalu mengadakan event-event yang bersifat positif menurut kami, bisa berupa gigs, music on the road, mengadakan kompilasi all genre dengan label indie lokal mulai dari britpop, pop punk, juga metal. Tiap komunitas juga wajib mencari kader untuk regenerasi nya untuk tetap exist.

Apa yang ingin di-share untuk temen-temen selama ‘bekerja’ bersama komunitas di kota kalian

Pengalaman kerja sama komunitas lain ya banyak asik nya, lebih banyak positif nya sih, meskipun sesekali ada konflik, ya bagi kami wajar aja ada satu dari satu komunitas ada pemikiran yang tidak cocok dengan konsep event yang akan dikerjakan, tapi secepat mungkin di selesaikan secara kekeluargaan.

Bagaimana dukungan pemerintah terhadap proses perkembangan komunitas di kota kalian.

Dukungan pemerintah menurut Saya sangat minim, perizinan event komunitas seringkali sulit kami dapat, seringkali dilempar sana sini, perizinan dari level ke level sangat merepotkan, selain itu adanya kebijakan dari pemerintah khususnya event komunitas, musik misalnya, seringkali dilarang diadakan pada malam hari, dengan alasan keamanan dan keramaian (no offense buat pemerintah) tapi dengan situasi seperti ini kami tetap optimis berusaha sekuat tenaga dengan dukungan-dukungan komunitas-komunitas lain untuk mengadakan event-event secara reguler yang menghibur warga kota Langsa Aceh tentunya.

Apa yang kalian harapkan/target tentang kota kalian

Kami hanya mengharapkan warga kota Langsa, Aceh dan juga pemerintah untuk tetap mendukung ide-ide kami, dan kami sangat mengharapkan adanya pembangunan fasilitas-fasilitas yang disediakan/dibangun oleh pemerintah untuk mendukung tiap-tiap komunitas, skatepark contoh kecilnya.

 

Jambi – Christian Rajasa: “Pastinya komunitas/scene ini di harapkan tidak menjadi trend saja, terusada regenerasi. Biar tidak timbul”

Owner Bojer Ganteng Records

christian rajasa

Christian Rajasa

Bagaimana kondisi dan situasikomunitas-komunitas di kota kalian?

Sebagimana kota kecil yang dimana scene-nya baru berkembang, tentu kondisi masih sangat minim dan terbatas, tapi upaya terus dilakukan untuk membangun scene kota Jambi ini. Ideologi, pemikiran dan idealisme yang berbeda-beda tentu terkadang menimbulkan pertentangan. Tetapi selalu diupayakan ada jalan tengahnya toh untuk kemajuan bersama.

Apa yang membuat kalian memilih untuk tetap di kota kelahiran danmengembangkan dengan cara kalian sendiri, sementara orang-orang ada yangmemilih bekerja di ibukota

Sebenarnya sih tidak ada pilihan. haha teman-teman di scene kadang banyak juga yang memilih untuk bekerja ataupun kuliah di kota lain. Terkadang walaupun mereka bekerja/kuliah di kota lain, mereka masih sempat untuk memberikontribusi misalnya membuka link dengan teman-teman dari komunitas/scene dari kota lain, mereka tidak lupa dan masih bisa memberi kontribusinya, thanks to social media lah. haha

Bagaimana cara kalian survive dengan terus menciptakanregular event

Cara kami survive adalah kenyataan bahwa tidak menggantungkan komunitas kami dengan sponsor, pemerintah atau pun yang sesuatu yang memudahkan terciptanya event. Sistem DIY dan kolektif ala punk masih diterapkan, walau pun dalam skala kecil, event harus terus ada, dan bukan berarti kami menolak adanya dukungan pihak sponsor dan sebagainya.

Apa yang ingin di-share untuk temen-temen selama ‘bekerja’ bersamakomunitas di kota kalian

Wah banyak, seringnya karena keterbatasan dana. Apalagi kalo tempat penyewaan alat soundsystem atau gedung untuk event tiba-tiba naik. Kami pasti kelimpungan nyari kekurangan dana. Haha ada juga kemarin band minta buatin tour tiba-tiba di-cancel di Hari-H secara sepihak. Hahaha

Bagaimana dukungan pemerintah terhadap proses perkembangan komunitas di kota kalian..

Sangat minim, itu pun jarang sekali. Terkadang kalau ada event music dari pemerintah kami di izinkan menyelipkan beberapa band. Selebihnya kalo buat acara sendiri tetap dipersulit kecuali saya anak walikota hahaha.

Apa yang kalian harapkan/targettentang kota kalian

Tidak muluk-muluk, kami ingin kota kami direken seperti komunitas di Norwegia hahahaha. Tidaklah, pastinya komunitas/scene ini di harapkan tidak menjadi trend saja, terus ada regenerasi. Biar tidak timbul tenggelam lah.

 

Makassar – Ardy Chmbrs: “Ini mengenai ‘menjadi Indonesia’ secara keseluruhan dan lebih spesial, bahwa hidup di kota kedua, energi secara psikologi semakin menggairahkan”

Owner – Director Chamber & Hingar Bingar

AKB_3078

Ardy Chmbrs

Bagaimana kondisi dan situasi komunitas-komunitas di kota kalian?

Perkembangan informasi yang mulai merata, pemahaman tentang sebuah pergerakan dengan visi misi dan target mulai tertata, khususnya pencapaian di lokal itu sendiri.

Apa yang membuat kalian memilih untuk tetap tinggal di kota kelahiran dan mengembangkan dengan cara kalian sendiri, sementara orang-orang ada yang memilih bekerja di ibukota.

Ini mengenai ‘menjadi Indonesia’ secara keseluruhan dan lebih spesial, bahwa hidup di kota kedua, energi secara psikologi semakin menggairahkan.

Peluang semakin banyak hingga koneksi menasional lebih mudah. Termasuk mengakses informasi dan kegiatan atau pergerakan secara lokal dan nasional lebih mudah.

Bagaimana cara kalian survive dengan terus menciptakan regular event

Ini karena kesenangan, apalagi kita berada di kota ‘kedua’, yang sama-sama membutuhkan banyak kesenangan. Dari kesenangan itu menimbulkan energi untuk beraktivitas dan dari segala aktivitas, pasti ada yang membuahkan bahkan secara keuntungan. Ini bonus-nya, bonus ini yang terus bisa menciptakan kegiatan reguler.

Apa yang ingin di-share untuk temen-temen selama ‘bekerja’ bersama komunitas di kota kalian

Di kota ‘kedua’ seperti Makassar kecenderungan iri, dengki, benci, lebih besar. Saya tau di kota lain juga sama, karena memang kita masih memiliki mental dengan budaya yang sama di Indonesia.

Tapi justru respon negatif itu menjadi sebuah tantangan dan pembuktian terbalik lebih mudah. Pengalaman mental pun menjadi lebih positif, lebih ringan bahkan terkesan lebih cuek. Akhirnya speed kita bisa lebih cepat. Kesimpulannya, lebih ke pengalaman bersosial.

Bagaimana dukungan pemerintah terhadap proses perkembangan komunitas di kota kalian

Pemerintah? Belum mengerti malah sama sekali apa yang kita kembangkan, apalagi berpikir dukungan.

Apa yang kalian harapkan/target tentang kota kalian

Saya lagi menggerakkan sesuatu yang akan jadi keunggulan kota ini. Ketika kita berbicara musik, tidak dipungkiri talenta kota-kota yang ada di Jawa.

Tapi ada sesuatu hal, yang nantinya kota kita akan dikenang punya talenta berbeda. Jadi tidak perlu berpikir berkompetisi. Tapi menciptakan sesuatu, sebuah celah yang harusnya bisa mensejajarkan kota ini kurang lebih sama dengan kota besar yang ada di Jawa.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *