Connect with us

Articles

Sujoso Karsono, Pendiri Label Rekaman Pertama di Indonesia

Dipublikasikan

pada

Irama Records yang didirikan oleh pensiunan angkatan udara Sujoso Karsono, pertama kali memproduksi album Sarinande milik The Progressif pada tahun 1956 saat awal terbentuknya. Tak pandang bulu, Sujoso Karsono atau yang lebih akrab disapa dengan panggilan Om Yos ini menggemari seluruh jenis musik. Mulai dari rock n roll, pop, keroncong, melayu, gampang kromong, hingga musik jazz.

Kecintaan Om Yos inilah yang semakin memperkokoh keinginannya untuk menjalankan Irama Records secara konsisten. Berkeliling perusahaan rekaman di berbagai negara ternama pun menjadi salah satu hobi Om Yos. Tidak tanggung-tanggung, Om Yos kerap berburu rilisan musik kesukaannya hingga ke Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan Belanda.

Lewat hobinya tersebut dan saling bertukar informasi dengan para pemilik label rekaman di negara-negara itu, akhirnya Om Yos semakin faham tentang dunia rekaman musik. Tidak seberapa lama, dirinya pun dipercaya untuk mencetak serta mengedarkan vinyl di Indonesia.

Akhirnya, Om Yos pun memproduksi piringan hitam stereo pertama di Indonesia pada tahun 1961. Ia merilis Semalam di Malaya bersama Orkes Studio Djakarta yang dipimpin oleh Sjaiful Bahri. Musisi-musisi terbaik Indonesia pada era itu seperti Bing Slamet dan Sam Saimun pun tak luput digandeng oleh Irama Records.

Usai melepas jabatan militernya pada tahun 1952, Om Yos berkonsentrasi penuh untuk Irama Records. Dirinya sempat pula bergabung sebentar untuk ikut bernyanyi dalam grup Hawaiian Lieve Souveniers di Semarang. Dekat dengan Hawaiian Lieve Souveniers, Om Yos pun sering memutar lagu mereka di Radio Elshinta. Radio yang namanya diambil dari putri kesayangannya.

Delapan tahun di Elshinta, Om Yos pun digantikan oleh rekannya Hoegeng, lalu mendirikan radio Suara Irama Indah yang merupakan radio bergelombang FM pertama di Indonesia.

Om Yos meninggal dunia di Jakarta pada 26 Oktober 1984 dalam usia enam puluh tiga tahun. Salah satu jasanya yang cukup terkenang adalah membiayai keberangkatan The Indonesian All Stars untuk berangkat ke Berlin Jazz Festival pada tahun 1967 di Jerman dengan kantongnya sendiri. Semua dilakukannya hanya berlandaskan rasa cintanya kepada musik.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *