Connect with us

Gig Review

6th International Kampoeng Jazz 2014: Ajang Reuni Berbagai Hal

Profile photo ofstreamous

Diterbitkan

pada

Pertemuan kembali. Ya begitulah kami definisi sebuah Kampoeng Jazz. Bagaimana sebuah grup musik yang besar kembali di panggung sebuah pentas, bagaimana banyaknya manusia bertemu lagi dengan teman-teman dari tempo dulu, bagaimana sebuah pagelaran dengan panggung yang banyak (meski cuma dua) ada lagi di Bandung, bagaimana perasaan senang menyelimuti begitu ada jenis musik yang layak didengar, dan masih banyak lagi pertemuan-pertemuan kembali yang akan segera dibahas.

Sempat diundur karena alasan keamanan, Kampoeng Jazz datang dengan kemeriahan internasional dan kearifan lokal. Renee Olstead, Tortured Soul, dan French Kiwi Juice merupakan nama-nama yang datang dari luar Indonesia. Sedangkan aksi dari The Groove, RAN, Maliq and D’essentials, Tulus, Sore, Tompi dan masih banyak lagi nama-nama penampil dari dalam negeri. Sabtu,3 Mei 2014 lalu menjadi sorotan. Diadakan di Universitas Padjadjaran kampus Bandung membuat Jalan Dipati Ukur lebih ramai dari biasanya.

Perhelatan keenam kalinya acara tahunan ini dibagi menjadi dua panggung, satu panggung utama yang diberi nama Main Stage dan panggung kecil yang lebih intim bernama Lounge. Dimulai pukul jam dua belas siang, terik matahari tidak membuat penonton takut. Pintu masuk kampus disulap menjadi sebuah antrian panjang orang-orang. Jalan menuju panggung utama yang memutar membuat rombongan penonton berjalan jauh. Sebagian kecil mampir ke panggung Lounge di tengah perjalanan.

Dua grup musik audisi, NYP dan IPAD, menjadi pembuka konser. Dilanjutkan dengan All Voices dan KSP yang tampil dengan Mus Mujiono bersama Ari Pramundito. Di Lounge, Adhitia Sofyan berhasil mengambil hati penonton dengan nomor-nomor andalannya. “Adelaide Sky” menjadi penutup penampilannya. Salah satu daya tarik penonton untuk datang lebih awal. Sementara itu, Mus Mujiono dianugerahi Kampoeng Jazz Hall of Fame setelah tampil di Main Stage.

Penampilan di Lounge terus menerus memberikan warna. Satura yang tampil bersama Agis Kania dan bergantian dengan Puspallia Panggabean, lalu Chris Stanley Quartet, dan Out Of 7 menjadi pengisi panggung kecil yang akustiknya cukup menarik. Plaza tempat mahasiswa berkumpul berubah jadi panggung berkonsep yang hangat. Nama-nama di atas berhasil memanfaatkan tempat tersebut dengan musik yang memeluk.

Di Main Stage, Maliq and D’essentials menyedot massa, sebuah pernyataan yang tidak perlu ditanyakan lagi. Aksi panggung mereka mengajak para penonton bergoyang mengikuti irama. “Pilihan”, “Mahligai Cinta”, dan banyak nomor lainnya dinyanyikan bersama-sama dengan orang-orang. Kemudian RAN melanjutkan kegembiraan dengan lagu pembuka “Sepeda”. Lagu kover Fatur dan Nadila “Kulakukan Semua Untukmu” yang telah berusia 14 tahun itu menjadi sebuah tembang nostalgia. Kejutan lain juga datang dari trio asal Jakarta dengan menghadirkan Tulus di lagu “Kita Bisa”.

Tesla Manaf di Lounge sebagai pengantar sebelum Tulus berhasil membius penonton dengan cerdas. Lalu, Tulus dengan lagu “Baru”-nya menjadi pusat atensi penonton. Selain itu, musisi bertubuh tinggi besar ini membawakan “Diorama”, “Gajah”, “Lagu untuk Matahari”, “Bumerang”, “Jangan Cintai Aku Apa Adanya”, “Teman Hidup”, “Sepatu”, dan “Sewindu”. Kontan, koor massal pun membahana. The Groove yang ada di Main Stage juga tidak luput dari perhatian. Tampil di waktu yang sama dengan Tulus bukan merupakan halangan bagi penggemar grup musik yang lahir di tahun 1997 silam. Siapa yang tidak tahu lagu berjudul “Dahulu”? Aksi panggung The Groove menjadi jaminan bahwa mereka masih pantas mengisi panggung besar.

Setelah istirahat selama sejam, Kampoeng Jazz masih memiliki banyak sekali daftar nama musisi yang ditunggu. Menggelapnya langit malah membuat tata cahaya dari kedua panggung makin memukau. Jazzy Juice bersama Ammy Kurniawan menjadi amunisi di bagian Lounge dan PSM Unpad di Main Stage jadi penarik massa yang sedang berada di area bazaar.

Setelah PSM Unpad, penonton bertemu kembali dengan Krakatau. Donny Suhendra, Prasadja Budi Dharma, Trie Utami, Indra Lesmana, Gilang Ramadha, dan Dwiki Dharmawan memilih Kampoeng Jazz sebagai ajang reuni mereka. Nomor-nomor seperti “Gemilang” dan “Imaji” tentu jadi bukti nama-nama besar tersebut. Di Lounge, Yura jadi salah satu racun di Kampoeng Jazz tahun ini. Musisi yang baru mengeluarkan album ini berhasil meracuni penonton dengan kover “Barbie Girl”-nya Aquatic. Juga dengan nomor-nomor “Jester Suit” dan “Balada Sirkus”.

Waktunya musisi internasional menjadi bahasan. French Kiwi Juice di Lounge dan Renee Olstead di panggung yang lebih besar jadi hiburan. Penampilan Renee Olstead sangat memukau dan elegan. Tampak sekali keceriaan penyanyi yang juga berprofesi sebagai aktris ini. Tidak hanya memberikan kiss blow ke arah penonton tapi juga melemparkan seikat bunga. “Allright Ok You Win” jelas menjadi lagu yang ditunggu-tunggu. Suaranya yang merdu membuat para penonton terhanyut dalam suasana dan tata suara serta tata cahaya yang bersinkronisasi. French Kiwi Juice juga menawarkan musik instrumental yang unik. Mengaku canggung ketika memainkan live set, musisi asal Prancis ini tetap memberikan alunan yang harmonis. Ia bergerak dari synthetizer, gitar, keyboard dengan lincah membuat penonton bergoyang seperti terhipnotis.

Kemudian Sore menjadi pemuncak di Lounge malam itu. Dengan daftar lagu yang tidak biasa, “No Fruit For Today” jadi pembuka, kemudian memasukkan “Etalase” dan “Karolina” yang jarang dimainkan. Seperti biasa “Ssstt…” jadi penutup dan dengan magisnya membuat penonton bernyanyi bersama. Penonton di Lounge lalu pindah ke Main Stage untuk menyaksikan dua nama terakhir, yaitu Tortured Soul dan Tompi. Tortured Soul merupakan gabungan dari musik jazz dan musik house. Tujuannya jelas, membuat penonton berdansa. Trio asal New York ini membuat jazz makin menyenangkan. Terakhir ada Tompi yang berbagi panggung dengan penyanyi cantik Monita Tahalea. Sudah sepantasnya penampilan dari dokter bedah ini jadi yang ditunggu-tunggu. Setelah membawakan lagu-lagu andalannya, “Menghujam Jantungku” menjadi penutup pagelaran besar dari Kampoeng Jazz keenam ini.

Pertemuan kembali adalah hal yang manis jika di pertemuan terakhir adalah kesempatan yang manis. Musik-musik yang indah, tata suara dan tata cahaya yang luar biasa, panitia yang bersahabat, dan waktu yang berjalan sesuai rencana adalah hal yang pantas diapresiasi. Kampoeng Jazz tahun ini adalah sebuah tanda yang seharusnya dibanggakan oleh orang-orang Bandung dan Indonesia. Mengingat bahwa acara ini sudah membawa embel-embel ‘international’ di namanya. Sampai bertemu kembali tahun depan dengan nama yang lebih hebat lagi.

Text: Michael Reily Praditya
Photo: Andre Febrisyam

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *