Featured
Antiphaty Merayakan Dua Dekade Yang Agresif
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2017/02/Antiphaty.jpg&description=Antiphaty Merayakan Dua Dekade Yang Agresif', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Pada bulan Februari 2017, Antiphaty tepat memasuki usia 20 tahun dalam eksistensi mereka pada kancah underground-punk di Indonesia. Beberapa pekan terakhir, band ini tampak cukup sibuk menyiapkan sejumlah aktifitas dan karya spesial untuk merayakan dua dekade karir bermusik mereka.
Dua puluh tahun yang lalu, tepatnya bulan Februari 1997 di kota Malang, Antiphaty resmi terbentuk atas inisiatif dua personil No Man’s Land, Catur Guritno dan Feri, ditambah dengan Eko (Keramat) dan Arthur. Keempat anak muda itu mengagas sebuah konspirasi maut yang memainkan musik punk secara lebih cepat dan keras. Seiring waktu, keluar-masuk personil juga ikut mewarnai dinamika di tubuh internal band ini.
Sejak awal Antiphaty memang lebih tertarik untuk menulis lagu sendiri, membuat karya rekaman, serta manggung di sana-sini. Sampai hari ini, Antiphaty telah merilis sedikitnya empat album penuh, plus berbagai proyek split-tape dan kompilasi. Belum lagi pengalaman show yang tak terhitung di berbagai kota besar di Indonesia. Catur Guritno dkk bahkan sempat melakoni tur ke Singapore dan Malaysia, tahun 2016 yang lalu.
Setelah dua puluh tahun, segala gairah dan pengalaman mereka itu tentu layak untuk dirayakan. Antiphaty hari ini berada dalam formasi yang paling kuat, yaitu Catur Guritno (vokal), Antok Celz (bass), Yoyok (gitar), serta Angga (drum). Dan mereka siap berpesta bersama kita semua…
Puncak perayaan ulang tahun Antiphaty ke-20 berupa konser spesial yang akan dilangsungkan di Godbless Cafe (Malang), 18 Februari 2017. Dalam momen itu, Catur Guritno dkk rencananya akan memainkan live-set yang panjang dan merangkum lagu-lagu terbaik dari seluruh diskografi mereka. Konon juga bakal ada beberapa musisi tamu, kolaborator, serta kejutan spesial yang masih dirahasiakan untuk saat ini.
Dalam momen konser tersebut, Antiphaty mengajak sejumlah nama penting untuk turut memeriahkan acara. Seperti misalnya No Man’s Land dan Extreme Decay, dua band seangkatan mereka yang pernah berjuang bersama di kancah musik bawahtanah kota Malang sejak era 90-an. Kemudian ada teman-teman baik semisal Rottenomicon, Neurosesick, dan PukulRata. Catur Guritno dkk juga mengundang dua band asal luar kota Malang, yaitu Error X (Jakarta) dan Reject (Bali).
Tepat pada hari itu, Antiphaty juga bakal merilis ulang album Undercontrol dalam format kaset. Sekedar catatan, Undercontrol merupakan album kedua Antiphaty yang pernah dirilis pada tahun 1999 dalam jumlah terbatas dan terbilang langka ditemukan di pasaran saat ini. Sejak sebulan lalu, materi album tersebut dikemas kembali oleh label Confuse Records dengan sampul berdesain artwork baru garapan Mukhlis Huda (Crimson Diary).
Selain melepas album reissue, Antiphaty bekerjasama dengan MLG Extremerch dan Snrgnation Rockiller juga menyiapkan aneka ragam merchandise resmi dalam berbagai edisi desain dan artwork spesial. Sejumlah kaos – short sleeve maupun long sleeve – serta pernak-pernik bundling-pack lainnya bakal tersedia pada booth khusus di acara konsernya nanti.
Kejutan lainnya adalah ketika Antiphaty tiba-tiba merilis video musik untuk lagu “Anti Punk Fuck Off” melalui kanal YouTube, beberapa hari lalu. Video tersebut dikerjakan secara kilat oleh tim produksi yang terdiri dari Deni Tri Irawan, Benny Ariyanto, dan Derry Bayek (ReaReo Production).
Menurut penuturan Catur Guritno dkk, hanya butuh waktu tiga hari untuk proses produksi dan eksekusi video klip tersebut. Proses pengambilan gambar dilakukan sehari penuh di sebuah gudang bengkel otomotif, pada tanggal 11 Februari 2017. Kemudian masuk tahap editing sehari setelahnya, dan esoknya langsung tayang perdana di kanal YouTube mulai tanggal 13 Februari 2017.
“Anti Punk Fuck Off” adalah singel yang diambil dari album terakhir mereka, Up The Punk, yang dirilis oleh Raw Tape Records, tahun 2015 yang lalu. Lagu yang kerap menjadi anthem di setiap show Antiphaty itu seperti pledoi keras bagi stigma negatif yang kadang masih melekat pada – musik, gaya hidup, atau komunitas – punk itu sendiri. Sebuah gambaran vulgar tentang gairah punk yang mustinya tetap tajam dan tanpa kompromi mengacungkan jari tengah di hadapan muka siapa pun.
Antiphaty juga sedang menyiapkan produksi film dokumenter yang mengisahkan perjalanan karir musik mereka selama 20 tahun. Videonya nanti akan berisi kumpulan footage konser Antiphaty, wawancara dengan seluruh personil dan kru, serta testimoni dari sejumlah pelaku musik dan komunitas bawahtanah. Film yang sedang dikerjakan oleh Gaharu Jabal dan Dedi Widianto dari kolektif iHeartgigs itu sudah memasuki tahap produksi dan rencananya bakal dirilis secepatnya.
Di sela kesibukan kerja dan keluarga, Catur Guritno dkk masih belum berniat untuk berhenti. Jika mencermati segala gairah dan totalitasnya dalam berkarya, Antiphaty memang sangat layak untuk merayakan dua dekade karir mereka yang cukup agresif. Dan anda semua diundang!…