Flash News
Björk Kritik Keras Platform Musik Digital: Mereka Ancaman Bagi Musisi
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/01/Bjork.jpg&description=Björk Kritik Keras Platform Musik Digital: Mereka Ancaman Bagi Musisi', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Penyanyi dan seniman ikonik Björk kembali menyuarakan kritiknya terhadap dunia streaming musik. Dalam wawancara dengan media Swedia Dagens Nyheter, Björk menyatakan bahwa platform musik digital seperti Spotify, Amazon Music, dan YouTube Music adalah salah satu “hal terburuk” yang pernah menimpa para musisi. Pernyataan ini ia lontarkan saat mempromosikan film konser terbarunya, Cornucopia, yang debut secara digital pada 24 Januari 2025.
Björk, yang dikenal dengan gaya kreatifnya yang unik, berbicara tentang tekanan yang sering dirasakan musisi untuk menciptakan pendapatan melalui tur dan platform streaming.
Ia merasa beruntung karena selama kariernya, ia tidak perlu bergantung sepenuhnya pada jadwal tur yang padat untuk mencari penghasilan. Dalam wawancara, ia juga menekankan pentingnya ruang privasi dalam menciptakan karya seni.
“Musik baru hanya bisa tumbuh dalam kegelapan. Untuk menghasilkan karya yang kuat, dibutuhkan waktu dan privasi, bahkan terkadang kamu sendiri tidak tahu apa yang sedang kamu kerjakan,” ungkap Björk, seperti dikutip dari NME.
Ketika ditanya soal kemungkinan mengadakan tur baru, Björk menjelaskan bahwa fokus utamanya saat ini adalah menciptakan lebih banyak musik.
“Saya merasa masih banyak ide yang harus saya salurkan. Waktu berjalan cepat, dan saya khawatir tidak akan sempat mewujudkan semuanya. Saya mungkin hanya bisa membuat lima album lagi sebelum saya meninggal, padahal saya punya cukup ide untuk 20 album,” ujarnya dengan nada santai.
Namun, di balik dedikasinya pada musik, Björk menyayangkan perubahan besar dalam industri akibat platform streaming. Ia menyebut bahwa budaya streaming telah mengubah cara masyarakat menghargai seni, khususnya bagi generasi artis muda yang kini harus mengandalkan tur dan rilis digital untuk bertahan.
“Spotify bisa dibilang merupakan salah satu hal terburuk yang pernah dialami oleh para musisi. Budaya ini tidak hanya merugikan dari segi pendapatan, tetapi juga menghancurkan rasa hormat terhadap karya seni yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diciptakan,” tegasnya.
Björk bukan baru kali ini menyuarakan kritik terhadap platform musik digital. Pada 2015, ia menolak merilis album ‘Vulnicura’ di Spotify karena alasan prinsip.
“Sungguh tidak masuk akal menghabiskan waktu dua atau tiga tahun untuk berkarya, hanya untuk membagikannya secara cuma-cuma. Ini bukan sekadar soal uang, tetapi soal penghargaan terhadap kerja keras itu sendiri,” ujar Björk dalam sebuah wawancara sebelumnya.
Komentar Björk ini kembali menyoroti tantangan besar yang dihadapi para musisi di era digital, di mana nilai seni sering kali dikorbankan demi aksesibilitas dan keuntungan instan.