Music News
Blonde Redhead Tutup Penampilan Mereka Di Coachella Dengan Pesan Pro-Palestina

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/04/Blonde-Redhead.jpg&description=Blonde Redhead Tutup Penampilan Mereka Di Coachella Dengan Pesan Pro-Palestina', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Penampilan Blonde Redhead di akhir pekan kedua Coachella 2025 benar-benar menarik perhatian, bukan hanya karena musik mereka, tetapi juga karena pesan politik yang mereka sampaikan di atas panggung. Grup musik asal New York ini menutup penampilan mereka pada malam Sabtu, 19 April, dengan mengibarkan bendera Palestina dan memutar rekaman suara aktivis Palestina, Mahmoud Khalil.
Aksi tersebut menjadi bagian dari gelombang protes dari sejumlah artis terhadap kebijakan Presiden Donald Trump dan keterlibatan Amerika Serikat dalam apa yang mereka sebut sebagai genosida terhadap warga Palestina oleh Israel.
Rekaman suara yang diputar di panggung berasal dari “The Encampments“, film dokumenter terbaru tentang Mahmoud Khalil. Dalam audio tersebut, Khalil menceritakan sejarah keluarganya yang terpaksa mengungsi ke kamp oleh kelompok Zionis. Identitas dan kisah pribadi Khalil menjadi simbol perjuangan rakyat Palestina yang diangkat dalam festival musik paling terkenal di Amerika.
Mahmoud Khalil sendiri adalah mahasiswa pascasarjana di Universitas Columbia. Ia lahir di sebuah kamp pengungsi di Suriah dari orang tua Palestina. Saat ini, ia memegang kartu hijau AS dan berperan penting dalam aksi-aksi pro-Palestina di kampusnya.
Namun, bulan lalu, Khalil diculik oleh agen ICE (Imigrasi dan Bea Cukai AS) dari rumahnya di New York City, lalu dipindahkan ke pusat detensi imigrasi di Louisiana. Hingga kini, ia masih ditahan tanpa dakwaan pidana, tetapi menghadapi ancaman deportasi dan pencabutan visa pelajarnya.
Blonde Redhead bukan satu-satunya yang mengangkat isu Palestina di Coachella. Grup musik Irlandia, Kneecap, juga memanfaatkan panggung mereka untuk menyuarakan dukungan. Pada penampilan mereka di malam Jumat, 18 April, mereka memproyeksikan slogan besar bertuliskan “Fuck Israel, Free Palestine” di latar panggung.
Mereka juga memimpin teriakan “Free Palestine” di depan penonton, dengan dukungan dari tokoh media sosial berhaluan kiri, Hasan Piker, yang ikut naik ke panggung dan menyiarkan aksi tersebut melalui kanal Twitch miliknya.
Pesan-pesan lain yang muncul di latar belakang selama pertunjukan Kneecap termasuk pernyataan: “Israel sedang melakukan genosida terhadap rakyat Palestina”, dan “Amerika Serikat turut memungkinkan hal ini dengan mempersenjatai dan mendanai Israel meskipun sudah jelas melakukan kejahatan perang”.
Vokalis Mo Chara menyampaikan pidato singkat yang membandingkan pengalaman rakyat Irlandia dengan nasib warga Palestina. “Orang Irlandia pernah mengalami penindasan oleh Inggris, tetapi kami tidak pernah dibom dari langit tanpa tempat untuk berlindung,” katanya. “Palestina tidak memiliki tempat lain. Itu adalah rumah mereka, dan sekarang rumah itu dibombardir dari langit. Jika kamu tidak menyebut ini genosida, lalu apa yang kamu sebut?”
Aksi mereka menarik perhatian besar, terutama setelah pekan sebelumnya ada laporan bahwa bagian dari penampilan Kneecap yang mengkritik mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher, dan menyuarakan pro-Palestina, dipotong dari siaran resmi festival.
Sementara itu, penampilan lainnya di Coachella pada akhir pekan kedua tetap menarik perhatian dalam berbagai cara. A.G. Cook menghadirkan Kesha sebagai bintang tamu untuk lagu ‘Yippee Ki Yay’. Lady Gaga mengalami gangguan teknis, tetapi berhasil mengubahnya menjadi momen lucu dengan bercanda tentang menyanyi langsung di depan penggemar. Ty Dolla $ign juga menampilkan saudara laki-lakinya, Big TC, melalui video dari penjara.
Green Day menutup malam dengan gaya khas mereka. Billie Joe Armstrong mengenakan topi bertuliskan “Brat”, sementara Tré Cool muncul dengan selempang bertuliskan “Actual Headliner”, seolah menjawab rumor tentang ketegangan dengan penyanyi Charli yang sempat ramai di media sosial.
Dari semua aksi dan penampilan, yang paling menggema adalah suara-suara yang menyuarakan solidaritas terhadap Palestina, sehingga menjadikan Coachella bukan hanya panggung musik, tetapi juga tempat untuk menyuarakan perlawanan politik.