Connect with us

Gigs Buzz

Bwiten Dan Hagu Coffee & Space Gelar Pesta Rilis Zine “Bogor Indierock 101”

Profile photo ofstreamous

Diterbitkan

pada

Bogor Indierock 101

Kancah musik di Indonesia begitu beragam dan berwarna, tiap kota memiliki keunikan dan daya tariknya tersendiri ketika kita berbicara tentang musik. Hingar Bingar industri musik yang berdegup kencang di kota besar seperti Jakarta dan Bandung yang hampir tidak menyisakan lampu sorot bagi kancah musik di kota penyangganya perlahan mulai didobrak oleh kemunculan-kemunculan grup musik dan musisi potensial yang namanya menyeruak ditengah keriaan.

Kota-kota seperti Tangerang, Bekasi, hingga Bogor mulai menampilkan para agen terbaiknya menjadi bahan pembicaraan kancah musik berskala nasional. Kancah musik Bogor selama sewindu belakangan mulai dilirik oleh penikmat musik, media, tastemaker, hingga penyelenggara acara sebagai salah satu kota yang menghasilkan talenta yang menghasilkan karya musik terbaik di kancah musik nasional. Nama-nama seperti The Jansen, Munhajat, Heaven In, My Beloved Enemy, Texpack, Rrag, sampai dengan Swellow mulai rajin wara-wiri di pelbagai perhelatan festival berskala besar. Hingga pada puncaknya, Bogor disematkan dengan kredo “Ibu Kota Indie Rock Nasional”.

Namun, apakah segala laku seni yang dilakukan oleh musisi Bogor yang ditahbiskan sebagai band indierock karena pendekatan sound-nya yang berorientasi pada musik guitar-rock tersebut adalah sebuah tren belaka? Apakah pada era sebelumnya sound yang kemudian merepesentasikan Bogor ini telah ada dan eksis? Apakah para pelakunya secara sadar saling menginspirasi satu sama lain?

Pertanyaan tersebut kemudian dicoba dijawab oleh Gilang Nugraha melalui zine terbarunya Bogor Indierock 101. Gilang, akrab disapa Tahu merupakan pengampu label rekaman lokal Bogor bernama Hujan! Rekords yang telah eksis selama 14 tahun di kancah musik nasional, ia kini juga menggagas proyek pengarsipan musik mandiri Bogor Music Archive yang dijalankan secara kolektif bersama teman-temannya. “Bogor Indierock 101” berisi tentang upaya Gilang menelusuri sejarah musik indierock di Bogor mulai dari awal mula kemunculannya di akhir era 90an.

Ini sebenernya tulisan gue yang sempat dipublikasikan oleh Belantika Musik, portal musik asal Jakarta, kemudian sebelum Jakarta Zine Fest 2023, Ojan dari Buitenzine ngajak gue buat bikin zine lagi, tapi karena tenggat waktunya sedikit, akhirnya tulisan tersebut lah yang gue jadikan zine,” tukasnya.

Namun, manusia hanya bisa berencana. Alih-alih dirilis ketika Jakarta Zine Fest 2023, “Bogor Indierock 101” baru sempat dirilis pada perhelatan Bandung Zine Fest 2024 akhir bulan lalu. “Gue ngasih draftnya lama, udah gitu ada penambahan tulisan lagi yang ikut dicetak di zine ini” sebut Gilang. “Bogor Indierock 101” berisikan sejarah musik indierock di Bogor yang dibagi menjadi empat gelombang beserta wawancara dengan para pelakunya. “Gue mencoba menulis dari arsip-arsip yang dimiliki oleh Bogor Music Archive, ketika gue dapet arsip berupa foto, biasanya para pemiliknya juga bercerita tentang foto tersebut. Gue kemudian menjahit cerita-cerita yang tercecer tersebut,” jelas pria berkacamata tersebut.

Jakarta Zine Fest 2023

Jakarta Zine Fest 2023

Dilansir dari Wikipedia, zine adalah sebuah media cetak alternatif yang biasanya diterbitkan secara personal oleh kelompok kecil. Zine umumnya digunakan oleh anggota-anggota sebuah komunitas untuk mengekspresikan dan menyebarkan ide-ide dari subyek yang mereka gemari. Karena itu, zine mempunyai aspek kultural dan akademis untuk melacak kelompok marjinal, yang mana, mereka mempunyai catatan yang sedikit untuk ditelusuri. Zine juga berpeluang digunakan sebagai media alternatif untuk menyampaikan opini untuk menjangkau pembaca yang luas.

Kerja penulisan yang dilakukan oleh Gilang merupakan bagian dari kerja pengarsipan yang jauh dari bising dan meriahnya panggung musik. Berkutat dengan arsip sejarah dan menelusuri jejak peninggalan dari masa lalu memang jauh dari sorot lampu industri yang gemerlapan. Di republik ini, usaha pengarsipan bukanlah sebuah wilayah yang populer. Usaha pengarsipan, terlebih di bidang musik memang masih jauh panggang dari api. Hal ini mengakibatkan hampir tidak adanya pondasi dan rujukan sejarah yang kuat di dalam kancah musik di Indonesia. Saudara dekatnya, film, masih bernasib lebih beruntung. Sejak tahun 1975 industri perfilman Indonesia telah memiliki lembaga pengarsipan bernama Sinematek Indonesia di Jakarta yang menyimpan segala bentuk dokumentasi industri perfilman di Indonesia.

Jika pengarsipan musik masih dipandang sebagai hal yang kurang penting dan terpinggirkan, bukan tidak mungkin sejarah musik di Bogor akan gelap gulita, dan generasi di masa depan bakal kesulitan mengakses arsip sejarah kita di masa lalu,” jelasnya. “Bogor Indierock 101” diterbitkan oleh Bwiten, penerbit lokal Bogor yang terbiasa merilis zine dan cinderamata lainnya.

Bekerjasama dengan HAGU Coffee & Space, Bwiten akan menggelar pesta rilis dan diskusi zine “Bogor Indierock 101” di HAGU Coffee & Space pada hari Jumat, 9 Februari 2024. Acara tersebut juga akan menghadirkan para pelaku yang mewaikili tiap gelombang di dalam zine ini. Selain itu, akan ada juga penjualan langsung dan booth merchandise lainnya yang diinisiasi oleh Bwiten. Dibanderol dengan harga Rp 80.000, “Bogor Indierock 101” bisa dipesan melalui pesan WhatsApp +62 878-7497-8393 atau di akun Instagram @bwit3n_.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *