New Tracks
CALLOUSED Hadirkan “Triennium Curse”, Tiga Tahun Derita Dan Ujian Manusia

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/02/Calloused.jpg&description=CALLOUSED Hadirkan “Triennium Curse”, Tiga Tahun Derita Dan Ujian Manusia', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Band hardcore asal Tasikmalaya, Jawa Barat, CALLOUSED, kembali meluncurkan single terbaru berjudul “Triennium Curse”. Lagu ini sudah tersedia di berbagai platform musik digital, mengajak pendengarnya untuk menyelami pengalaman terjebak dalam penderitaan dan kehancuran selama tiga tahun—sebuah periode yang mereka sebut sebagai “kutukan yang menguji batas kemanusiaan”.
Single ini merupakan karya kedua mereka setelah “Uchaned Wolves” (2024), dan semakin memperkuat identitas musikal CALLOUSED yang gelap, penuh amarah, serta sarat dengan pesan sosial.
“Triennium Curse” menggambarkan realita pahit yang dialami banyak orang, terutama saat menghadapi perubahan drastis, ketidakpastian, dan waktu yang merusak segalanya. Melalui lirik seperti “Late twenty nine-teen, intrusive years onset”, CALLOUSED merujuk pada tahun-tahun kelam yang penuh tekanan, di mana konflik dan permusuhan seolah dipicu oleh berjalannya waktu.
Lagu ini menyajikan narasi tentang perubahan cepat yang tak terhindarkan, mendorong manusia ke titik nadir ketika kebencian, kesedihan, dan keraguan menggerogoti jiwa.
Lirik seperti “Doomed mortality, massive loss, crumbling state” dan “Screaming in disgrace, towards inhumane race” menyoroti luka batin, frustrasi mendalam, serta ketidakadilan sistemik yang mengikis nilai kemanusiaan di tengah dunia yang dilanda keserakahan.
Dari segi aransemen, CALLOUSED menghadirkan atmosfer suram lewat kombinasi riff gitar tegas, bass berfrekuensi rendah, pola drum agresif, dan vokal penuh kemarahan yang menyatu dengan lirik.
Mereka seolah menciptakan medan perang musikal, di mana setiap instrumen mewakili gejolak batin dan perlawanan terhadap tekanan eksternal. Tak sekadar menawarkan progresi musik yang tertata, lagu ini dirancang untuk membawa pendengar ke dalam pengalaman imersif, seakan terlepas dari realitas sehari-hari.
Izal, vokalis CALLOUSED, menjelaskan bahwa “Triennium Curse” terinspirasi dari pengamatan band terhadap situasi global dan personal.
“Kami ingin menangkap perasaan terperangkap dalam siklus penderitaan yang seolah tak berujung. Tiga tahun bukan hanya angka—ini tentang bagaimana manusia bertahan atau hancur di tengah ujian yang memaksa kita mempertanyakan kembali arti kemanusiaan,” ujarnya.
Sementara Jemmy, gitaris, menambahkan bahwa proses kreatif lagu ini sengaja dirancang untuk menciptakan ketegangan musikal.
“Kami bermain dengan dinamika yang ekstrem: dari bagian yang hampir kacau hingga melodi yang tertata. Ini metafora dari kehidupan itu sendiri—kadang kau merasa semuanya runtuh, tapi ada saatnya kau menemukan ritme untuk bangkit,” paparnya.
Dizzle, drummer band, menekankan bahwa energi agresif dalam lagu ini merupakan cerminan dari pesan yang ingin disampaikan. “Pola drum saya desain untuk menciptakan sensasi kejar-kejaran. Ini seperti lari dari kutukan itu sendiri, tapi di saat bersamaan, kita harus menghadapinya,” jelasnya.
Dzul, bassis, juga menyoroti kolaborasi antar anggota: “Setiap orang membawa karakter unik. Misalnya, riff bass di bagian bridge sengaja dibuat ‘menyakitkan’ untuk memperkuat nuansa frustasi.”
Sebagai band yang baru terbentuk awal 2023, CALLOUSED telah menunjukkan konsistensi dalam menyuarakan kegelisahan generasi melalui musik keras dan filosofis. Terinspirasi oleh Knocked Loose, END, Counterparts, dan Strangers, mereka berkomitmen menjadikan “kemarahan” sebagai esensi identitas.
Klause, gitaris kedua, menegaskan bahwa kemarahan dalam musik mereka bukan sekadar emosi kosong. “Ini kemarahan yang terarah—pada ketidakadilan, pada sistem yang menindas, pada mentalitas yang merusak. Musik keras adalah medium kami untuk berteriak sekaligus mengajak orang berpikir,” tegasnya.
Dengan “Triennium Curse”, CALLOUSED tidak hanya memperluas portofolio musik mereka, tetapi juga mengukuhkan posisi sebagai salah satu suara paling vokal dalam scene hardcore Indonesia. Lagu ini menjadi bukti bahwa di balik riff berat dan teriakan lirih, tersimpan refleksi mendalam tentang manusia dan dunianya yang rapuh.