Connect with us

New Tracks

Coexistence, Seruan Perang Dimas Prasetya Untuk Dunia

Dipublikasikan

pada

Oleh

Dimas Prasetya

Bayangkan sebuah batu besar bergulir dan siap menghantammu. Sementara sebagian besar orang mungkin akan berusaha menghindar, Dimas Prasetya justru memilih untuk secara berani (dan tanpa ragu) menghadang batu itu dengan tubuhnya sendiri.

Itulah analogi yang dirasakan Dimas Prasetya dalam karya terbarunya, sebuah proyek musik lintas disiplin dengan nama beken Dimas ngehe atau KINO, lewat single keduanya yang berjudul “Coexistence”.

Coexistence Dimas PrasetyaSingle “Coexistence” ini bukan sekadar lagu biasa. Di balik setiap beat dan liriknya, tersembunyi kemarahan, kekecewaan, kebencian, serta kekacauan emosional yang dialami Dimas dalam kehidupannya.

Lagu ini merupakan perwujudan dari kompleksitas emosional yang ia rasakan, di mana semua elemen tersebut terangkai menjadi sebuah karya hip-hop yang kuat dan penuh perasaan. Ini menjadi bagian penting dari perjalanan musikal Dimas, setelah sebelumnya ia merilis single debutnya yang berjudul “A Pixel That Shapes A Dream” dengan nama KINO.

Tema besar dari “Coexistence” lahir dari keterkejutan Dimas saat mengetahui fakta bahwa ayah biologisnya, yang merupakan seorang selebriti terkenal di Indonesia, ternyata bukanlah orang yang merawatnya sejak kecil. Lebih parahnya, sosok ayah tersebut bahkan tidak pernah mengakui keberadaan Dimas sebagai anaknya.

Pengungkapan ini memicu gelombang emosi campur aduk dalam diri Dimas—kekecewaan, kemarahan, dan kesedihan yang mendalam. Perasaan-perasaan inilah yang mendorong Dimas untuk terus mendorong batas kreativitasnya dan menjelajahi rasa sakitnya melalui musik, hingga akhirnya menciptakan single “Coexistence”.

Bagi Dimas, musik adalah medium yang tepat untuk meluapkan trauma dan kemarahan yang ia alami selama dua tahun terakhir. Namun, “Coexistence” tidak hanya berfungsi sebagai pelepasan emosional pribadi. Lagu ini juga berfungsi sebagai sebuah pernyataan lantang, yang memberi tahu dunia tentang identitas ayah biologis Dimas, yang meskipun tidak pernah mengakuinya, tetap dikenal sebagai selebriti legendaris Indonesia. Hingga kini, karya-karya ayah Dimas masih diakui dan dikenang di era modern.

Tidak hanya itu, “Coexistence” juga membawa misi sosial. Dimas mendedikasikan lagu ini sebagai bentuk kesadaran bagi mereka yang mengalami masalah keluarga, kesehatan mental, atau permasalahan personal lainnya.

Rapper Dimas Prasetya Kino

Melalui lagunya, Dimas ingin menyampaikan pesan bahwa siapapun yang mengalami kesulitan tersebut tidak perlu merasa sendiri, dan ia mengajak semua orang untuk saling memberikan dukungan dan pelukan hangat.

Dirilis pada 4 Oktober 2024, hanya beberapa hari sebelum ulang tahun Dimas Prasetya, “Coexistence” hadir tidak hanya dalam bentuk single, tetapi juga dengan video musik artistik dan sebuah video dokumenter yang mendalami lebih jauh cerita personal Dimas dan hubungan rumitnya dengan sang ayah.

Dimas Prasetya, yang juga dikenal sebagai Dimasngehe, adalah seorang seniman multidisiplin asal Malang. Selain dikenal sebagai rapper dan penulis lagu, ia juga seorang penari, videografer, dan sutradara yang telah menggarap video musik untuk sejumlah musisi ternama seperti Elle Shimada, RAMENGVRL, Ruang Kendali, dan banyak lagi.

Karya-karyanya tidak hanya mencerminkan kemampuan artistiknya, tetapi juga menggambarkan perasaan dan pengalaman hidup yang ia alami, termasuk di dalamnya “Coexistence“, sebuah karya yang mendalam dan penuh kegetiran.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *