Connect with us

International

DAMNAGE Deklarasikan Diri lewat Album Debut Self-Titled

Profile photo ofArduino

Diterbitkan

pada

DAMNAGE

Bam! Trio DAMNAGE resmi menggebrak dunia musik dengan merilis album debut mereka yang juga memperkenalkan nama mereka sendiri: ‘DAMNAGE’.

Dirilis dengan sepuluh lagu yang penuh energi liar, album ini tak hanya mengenalkan wajah baru, tapi juga suara yang lahir dari kombinasi pengalaman, energi, dan keberanian untuk melampaui batas. Nama DAMNAGE mungkin belum akrab di telinga banyak orang, tapi musik mereka berbicara dengan keras dan segera meninggalkan kesan mendalam.

Album ini dibuka dengan “Wasteland”, sebuah serangan sonik yang langsung menegaskan identitas DAMNAGE: mentah, penuh kemarahan, dan tanpa kompromi. Lagu ini langsung disusul dengan “Time to Kill”, yang menginjak gas lebih dalam dan membuat napas sesak sejak awal. Namun DAMNAGE juga tahu kapan harus melambat; “Never See It” menjadi penutup yang menunjukkan sisi rapuh dan melankolis mereka, tanpa kehilangan kekuatan.

Penggemar Turnstile, IDLES, The Strokes, hingga Amyl and the Sniffers akan menemukan sesuatu yang familiar, tapi ini bukan tiruan. DAMNAGE menyajikan musik yang dibangun dari ketegangan emosi, permainan instrumen yang padat, dan lirik yang terasa seperti luka terbuka.

DAMNAGE Band

Bagi mereka, album ini bukan sekadar proyek studio, melainkan cerminan dari dunia yang kacau. “Ini adalah pukulan sonik. Kami ingin orang merasakan sesuatu saat mendengarnya,” ujar DAMNAGE.

Kisah DAMNAGE sendiri punya latar yang tak kalah menarik. Band ini terbentuk saat ketiganya ikut dalam tur global Lady Gaga. Dari panggung besar tersebut, muncul kolaborasi organik antara tiga musisi yang tidak hanya saling terhubung secara musikal, tetapi juga memiliki visi yang sama.

Di lini depan ada Tim Stewart, gitaris dan vokalis yang telah lama dikenal di kalangan industri sebagai pemain andalan untuk nama-nama besar seperti Lady Gaga, Rihanna, hingga Suicidal Tendencies. Ia membawa semangat punk Bay Area yang masih terasa mentah, dengan suara vokal yang bisa berubah dari teriakan kasar hingga nyanyian melodius gelap.

Bassis Jonny Drummond berasal dari latar belakang yang tidak biasa: mantan polisi dari Georgia yang menggantungkan lencananya demi musik. Di Los Angeles, ia menjadi salah satu pemain bass paling fleksibel yang pernah tampil bersama The Weeknd, Wiz Khalifa, dan Young Thug. Ketajaman ritmisnya memberikan DAMNAGE fondasi yang kokoh.

Di belakang drum, Tosh Peterson membawa energi muda yang eksplosif. Meskipun usianya baru 24 tahun, ia sudah memiliki pengalaman berkolaborasi dengan Fall Out Boy, Bad Bunny, dan Lady Gaga. Ia tumbuh dalam keluarga musisi dan membuktikan bahwa warisan tersebut tidak sia-sia.

DAMNAGE Vocalist

Meski masing-masing punya latar panggung megabintang seperti Super Bowl, Coachella, Grammy, dan Oscar, DAMNAGE justru menemukan bentuk terbaik mereka saat tampil dalam format band. Album debut ini adalah medium untuk menyalurkan energi panggung ke dalam bentuk rekaman yang masih terasa hidup.

Setiap lagu di ‘DAMNAGE’ punya narasi sendiri. “Million Ways” membahas banyaknya jalan menuju kehancuran. “Love and Money” membongkar tarik-menarik antara ambisi dan kekecewaan. “Cheaptalk” menyentil para pembual dan “Semisocial” jadi semacam lagu tema untuk mereka yang nyaman di pinggiran.

“Important” dengan tajam mengkritik ego selebritas, dan “Try” mencerminkan frustrasi kolektif. Dan saat “Never See It” muncul di akhir, DAMNAGE menutup dengan catatan pedih tentang ketidakberdayaan dan perasaan asing di tengah keramaian.

Rilisan ini bukan akhir dari cerita, melainkan sebuah permulaan. DAMNAGE sudah bersiap untuk mengumumkan tur dalam waktu dekat. Mereka ingin membawa musik yang biasanya hanya terdengar di venue elite ke tempat-tempat di mana energi mentah bisa benar-benar dirasakan.

DAMNAGE bukan sekadar band dengan latar belakang menarik. Mereka adalah tiga individu yang membentuk sebuah unit solid melalui pengalaman, kelelahan, dan semangat yang terus menyala.

Dengan album debut ini, mereka sudah membuktikan satu hal penting: mereka datang bukan untuk basa-basi. Dunia sebaiknya bersiap.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *