New Albums
Dari Ujung Sulawesi, Tiresome Curahkan Kegelisahan Di EP ‘Bleeder’
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2024/10/Tiresome.jpg&description=Dari Ujung Sulawesi, Tiresome Curahkan Kegelisahan Di EP ‘Bleeder’', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Sebagai bagian dari kelas pekerja, kita kerap merasakan kegelisahan dan kecemasan yang sering kali dibiarkan tumbuh, dengan anggapan bahwa semuanya akan baik-baik saja selama gaji datang di akhir bulan. Hal inilah yang mungkin ingin disampaikan oleh Tiresome, sebuah band post-hardcore yang terbentuk di ujung utara Pulau Sulawesi.
Meskipun tiga anggotanya, Firli, Aries, dan Sadam, kini tinggal di kota yang berbeda, semangat Tiresome tetap membara untuk berkarya. Band ini memulai debut mereka dengan merilis maxi-single bertajuk “Lethargica/Corkscrew” pada Maret lalu melalui label hardcore asal Manado, No Match Records. Untuk menjaga momentum, pada kuartal terakhir 2024, Tiresome kembali meluncurkan karya terbarunya, sebuah EP berjudul ‘Bleeder’.
Melanjutkan tema yang diusung dalam maxi-single sebelumnya, “Lethargica/Corkscrew”, band ini mencoba menangkap keresahan dan kecemasan yang mereka alami sebagai bagian dari kelas pekerja. EP ‘Bleeder’ berisi curahan hati dari ketiga personel, yang kebetulan semuanya adalah pekerja kantoran.
Dalam empat lagu yang terdapat di EP ini, Tiresome menyampaikan cerita tentang bagaimana mereka terpaksa merelakan impian dan ambisi yang dimiliki, menggambarkan budaya kerja yang memaksa untuk berpura-pura bahagia, hingga keinginan untuk melarikan diri dari tekanan dan rutinitas yang mengekang.
Secara musikal, ‘Bleeder’ memperlihatkan eksplorasi Tiresome dalam menggabungkan elemen musik alternatif dari era 90-an dengan nuansa post-hardcore. EP ini menjadi bukti kuat kontribusi Tiresome di kancah musik lokal dan akan dirilis pada 18 Oktober di bawah naungan Loverman Records.
Seperti karya sebelumnya, proses pengerjaan album ini dilakukan secara daring, mengingat ketiga anggota band tinggal di tiga kota yang berbeda. Rekaman gitar dilakukan di Howl’s Co-space, sementara rekaman drum dan vokal, serta proses mixing dan mastering ditangani oleh Firman Pakaya di Alterego Studio, Bitung.
Artwork sampul ‘Bleeder’ dipercayakan kepada Djoko Iksan, seorang seniman visual asal Surabaya, yang berhasil menangkap esensi kehidupan suram para pekerja kantoran. Sentuhan visual ini semakin memperkuat nuansa gelap dan introspektif yang diusung Tiresome dalam EP mereka.
Keberanian Tiresome untuk terus berkarya meskipun dihadapkan dengan tantangan geografis dan rutinitas pekerjaan yang padat patut diacungi jempol. Rencana tur ke Pulau Jawa bahkan sudah masuk dalam agenda mereka, meskipun masih menunggu waktu yang tepat di tengah kesibukan masing-masing personel.
Setelah perilisan EP perdana ini, perjalanan Tiresome dalam industri musik lokal semakin menarik untuk diikuti. ‘Bleeder’ adalah bukti bahwa meski terkekang oleh pekerjaan dan rutinitas, kreativitas tetap bisa tumbuh dan berkembang, bahkan menjadi pelarian dari kehidupan yang monoton.
Dengan karya yang terus konsisten, Tiresome membuktikan bahwa musik mereka bukan hanya sekedar hiburan, tetapi juga sebuah bentuk refleksi sosial dari kegelisahan para pekerja yang merasa terjebak dalam siklus rutinitas.
Melalui ‘Bleeder‘, Tiresome berhasil menyuarakan keresahan yang mungkin dirasakan oleh banyak orang di kelas pekerja, memberikan mereka ruang untuk merenung dan mungkin sedikit bernapas dari tekanan hidup yang terus menghimpit.