Connect with us

New Tracks

Day For Uncle Sam Angkat Tema Filosofis Tentang Rumah Di Single Dan Video Musik “Alaya”

Profile photo ofamelia

Diterbitkan

pada

Day For Uncle Sam

Setelah merilis serangkaian single seperti “Viso Gero”, “I’m Alright (I Guess)”, “Stoic”, dan “Lebur” sebagai persiapan menuju album ketiga, Day For Uncle Sam (DFUS) kembali menghadirkan karya terbaru bertajuk “Alaya”.

Single ini mengusung konsep filosofis tentang “rumah” sebagai tempat kedamaian batin dan resmi dirilis pada 14 Februari di seluruh platform digital termasuk Spotify, Joox, iTunes, dan Deezer, disertai video musik eksklusif di kanal YouTube resmi band.

Day For Uncle Sam Alaya“Alaya”, diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti “rumah”, tidak hanya dimaknai sebagai bangunan fisik, melainkan sebagai ruang emosional tempat seseorang menemukan ketenangan setelah menghadapi riuhnya dunia.

Lagu ini menjadi elegi penghormatan bagi orang-orang yang setia mendampingi perjalanan hidup, digambarkan sebagai “nahkoda” yang mengarahkan kapal melewati gelombang kehidupan.

Kami ingin mengungkapkan rasa syukur kepada mereka yang tidak sekadar hadir, tetapi menjadi fondasi dalam setiap langkah kami,” ujar Yohanes Ferdinand Mahendra, vokalis DFUS.

Musik “Alaya” mengusung nuansa pop alternatif dengan sentuhan khas Taylor Swift, dipadu vibes magis ala Disney. Aransemennya dipoles dengan dinamika melodius yang mudah dicerna, sementara lirik multilingual—menggabungkan bahasa Indonesia dan Inggris —menjadi strategi untuk menjangkau pendengar lintas generasi.

Kami ingin musik ini bisa dinikmati dari remaja hingga orang tua. Multilingualisme adalah cara kami membangun kedekatan emosional,” tambah Imanuel C Brillian, gitaris.

Kolaborasi dengan Lagoon Mall dan penata rias Benedicta Verina dalam pembuatan video musik menambah dimensi visual yang estetis. “Kami ingin visualisasi mencerminkan kontras antara kesibukan dunia luar dan keheningan dalam ‘rumah’ yang kami definisikan,” jelas Muhammad Riski Fertino, gitaris lainnya.

Day For Uncle Sam, yang berdiri sejak 2011 di Surabaya, terdiri dari Yohanes Ferdinand Mahendra (vokal), Muhammad Riski Fertino (gitar), Imanuel C Brillian (gitar), Ryan Indra K (bass), dan Kurniawan P (drum).

Awalnya mengusung genre emo-screamo, DFUS kini berevolusi ke alternatif rock dengan karakter unik: struktur aransmen kompleks dan vokal yang dinamis. “Evolusi ini alamiah. Kami tak ingin terkungkung satu gaya, tetapi tetap mempertahankan intensitas emosional yang jadi ciri kami,” papar Kurniawan, drumer.

Band Day For Uncle Sam

Filosofi bermusik DFUS berpusat pada kebebasan berekspresi dan pengakuan atas keunikan individu setiap anggota.

Setiap lagu adalah kanvas tempat kami menorehkan identitas masing-masing, lalu menyatukannya menjadi harmoni,” ucap Ryan Indra K, bassis. Pendekatan ini tercermin dalam “Alaya”, di mana unsur pop dan rock menyatu tanpa kehilangan pesan inti.

Sebagai bagian dari persiapan album ketiga, “Alaya” menjadi penanda kematangan musikal DFUS.

Ini adalah titik di mana kami merasa semakin percaya diri untuk bereksperimen, tetapi tetap mengedepankan lirik yang menyentuh sisi humanis,” tutup Yohanes.

Dengan konsistensi ini, Day For Uncle Sam semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu nama yang relevan di dunia musik alternatif Indonesia. Mereka siap menyambut babak baru dengan album yang digadang penuh kejutan.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *