Music News
Dewa Budjana Hidupkan Kembali Karya Benny Soebardja, Sang Pionir Rock Indonesia
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2024/10/Dewa-Budjana.jpg&description=Dewa Budjana Hidupkan Kembali Karya Benny Soebardja, Sang Pionir Rock Indonesia', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Musik rock Indonesia memiliki banyak tokoh legendaris yang kiprahnya turut membentuk warna musik negeri ini. Salah satunya adalah Benny Soebardja, seorang musisi yang meski dianggap sebagai salah satu pionir rock di Indonesia, sering kali terlupakan di balik sorotan besar yang diterima band-band rock populer lainnya di era 70-an seperti God Bless, The Rollies, dan AKA.
Padahal, kontribusi Benny di masa itu tergolong revolusioner karena ia berani mengambil jalan berbeda dibanding musisi lain, terutama dengan menciptakan karya orisinalnya sendiri alih-alih mengcover lagu-lagu populer dari luar negeri.
Sebagai seorang musisi independen, Benny Soebardja mencatat sejarah tersendiri lewat band Shark Move yang ia bentuk di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1970. Melalui Shark Move, Benny dan anggota band lainnya melahirkan sebuah album yang seluruhnya berisi lagu-lagu asli karya mereka sendiri, langkah yang sangat jarang ditempuh oleh band-band Indonesia kala itu.
Bersama formasi Benny (vokal/gitar), Soman Loebis (keyboard/piano), Janto Diablo (flute/bass), Sammy Zakaria (dram), dan Bhagu Ramchand (vokal/promosi), Shark Move merilis album pertama mereka, ‘Ghede Chokra’s’, pada 2 Januari 1970 di Musica’s Studio. Album ini dirilis resmi pada tahun 1973 dengan membawa nuansa psychedelic dan progressive rock yang kuat, seolah memberi warna baru di blantika musik tanah air.
Salah satu komposisi unggulan dalam album ini adalah lagu berjudul “My Life” yang berdurasi hampir sembilan menit dan menggabungkan elemen psychedelic dan progressive rock atau yang kala itu disebut sebagai “art rock”. Dengan warna musik yang unik, lagu ini menjadi salah satu karya yang menonjol dari Benny Soebardja.
Kini, lebih dari lima dekade setelah “My Life” pertama kali dirilis, gitaris dan music director terkenal, Dewa Budjana, memutuskan untuk menghidupkan kembali lagu ini dalam versi baru.
Dewa Budjana menggarap ulang “My Life” dengan menghadirkan aransemen baru yang menonjolkan nuansa akustik, dipadukan dengan alunan string quartet untuk memberi sentuhan yang lebih fresh dan modern.
Menariknya, dalam versi terbaru ini, Benny Soebardja kembali tampil sebagai vokalis bersama Andy /rif yang juga mengisi lini vokal, sehingga lagu ini bisa dinikmati dalam versi duet yang unik dan berbeda dari versi aslinya.
Ide awal untuk mengaransemen ulang “My Life” muncul ketika Budjana, bersama dramer Budhy Haryono dan Irvan Temons dari The Temon’s Berkesenian, menghadiri acara peluncuran vinyl Benny Soebardja di ajang Record Store Day Indonesia di Senayan Park (Spark), Jakarta, pada April 2024 lalu. Ketiganya terinspirasi dan secara spontan mencetuskan ide untuk membuat album tribute untuk Benny Soebardja.
“Memang awalnya kami berniat membuat album dengan aransemen baru, berkolaborasi dengan beberapa aranjer,” ujar Budjana. Untuk proyek ini, Budjana menunjuk Budhy Haryono sebagai koordinator musisi pendukungnya.
Namun, meskipun ada rencana besar untuk membuat album tribute, proyek ini baru dimulai dengan perilisan single “My Life” karena masih menghadapi beberapa kendala. Bagi Budjana, penghormatan ini bukan sekadar proyek musik, tetapi juga bentuk apresiasi terhadap karya-karya Benny yang telah menginspirasinya sejak kecil.
Ia mengaku, “Aku nonton band pertama ketika kelas 5 SD, kebetulan lagi liburan ke Surabaya, ya Giant Step ini.” Budjana menyebutkan bahwa sejak kecil ia sudah mendengarkan karya-karya Benny, baik bersama Shark Move maupun di band berikutnya, Giant Step.
“My Life” pertama kali dimuat di album ‘Ghede Chokra’s’, kemudian Benny kembali menghadirkannya dalam album debut Giant Step pada 1975 dengan aransemen yang lebih berorientasi rock, bersama dengan musisi-musisi ternama seperti kibordis Deddy Dores, bassis Adhy Haryadi, dramer Janto Soedjono, dan gitaris Albert Warnerin. Melalui interpretasi ulang ini, Budjana ingin menampilkan karya klasik Benny dalam nuansa yang lebih akustik dan orkestra.
Dalam pandangan Budjana, Benny Soebardja adalah figur penting di dunia musik rock Indonesia yang selalu kreatif dan produktif, serta memilih jalur musik yang berbeda dibandingkan band-band populer lainnya pada zamannya. Tidak hanya unggul di jalur rock, Benny juga sukses saat membawakan lagu pop “Apatis” yang pernah menjadi hits dan tercatat dalam album kompilasi Lomba Cipta Lagu Remaja tahun 1978.
Artwork untuk cover single “My Life” versi terbaru ini dipercayakan kepada Rama Nalendra, putra Benny Soebardja yang juga aktif merilis ulang katalog karya ayahnya lewat label Rockpod Records.
Single “My Life” dijadwalkan rilis di berbagai platform streaming digital mulai 31 Oktober 2024, memberi kesempatan bagi generasi baru untuk mengenal lebih dalam sosok Benny Soebardja dan menghargai karyanya yang abadi. Dengarkan “My Life” di tautan ini.
Dengan demikian, tribute ini tidak hanya menjadi penghargaan bagi Benny Soebardja sebagai pelopor rock Indonesia’, tetapi juga kesempatan bagi pecinta musik untuk kembali menikmati karya yang telah melalui ujian waktu dan tetap relevan hingga kini.
Versi terbaru “My Life” adalah bukti bahwa musik klasik Indonesia memiliki daya tarik yang bisa dihidupkan kembali dalam format yang lebih modern dan segar.