Flash News
Dialog 4 Presiden Buka Rangkaian Acara Bhinneka Tunggal Ika Movement 2014
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/11/bhinneka-tunggal-ika1.jpg&description=Dialog 4 Presiden Buka Rangkaian Acara Bhinneka Tunggal Ika Movement 2014', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Sebuah obrolan malam yang mengundang tawa, namun berbalut konteks nasionalisme terangkum dalam “Dialog 4 Presiden” di Padepokan Mayang Sunda, Jalan Peta, Bandung, Rabu (12/11/2014) malam. Rangkaian pertama dari gelaran Bhinneka Tunggal Ika Movement 2014 ini merupakan sesi dialog yang diisi para ‘kepala negara’ yang melahirkan gelak tawa dan canda. Tema besar “Pemikiran Mencapai Perbedaan Perasaan Mencapai Persatuan” ini dituangkan dalam dialog oleh Man Jasad (Presiden Gaban), Budi Dalton (El Presidente Bikers Brotherhood), Pidi Baiq (Imam Besar ThePanasDalam), dan Butet Kartaredjasa (Presiden Guyonan), serta Kimung (Menteri Koordinator Presiden).
Setelah dibuka dengan penampilan grup Karinding Silung, acara dibuka oleh ‘pidato kenegaraan’ dari empat kepala negara tersebut. Dipandu Eddy Brokoli selaku host, bermacam topik obrolan mengalir begitu saja tanpa beban. Penampilan Budi Cilok dengan membawakan “Di Bawah Tiang Bendera” menjadi pelengkap perhelatan ini.
“Kalau pakai Bhinneka Tunggal Ika itu koruptor pasti senang. Aku koruptor kamu bukan, tapi kita harus bersatu. Aku kaya, kamu miskin, kita bersatu saja. Tapi kalau lagi di jalan dan aku lewat, kamu minggir ya,” tuturnya yang disambut tawa penonton. “Sebenarnya kalau ngomongin persatuan dalam perbedaan, selam kita melihatnya sebagai sesama manusia ya bakal sama. Saya Sunda, Mas Butet Jawa, secara pemikiran budaya kan beda, tapi kalau lihat sebagai sesama manusia, ya kita semua sama. Pemikiran akan sama jika kita saling mencintai,” sambung Pidi.
Setelah sukses menggelar tur 9 kota dalam konser “Bhinneka Tunggal Ika” pada tahun 2013 lalu, JASAD dan komunitas Cokelat Kita kembali menghentak gelaran berbeda pada . Semuanya terangkum dalam konsep tur “Bhinneka Tunggal Ika Movement 2014”. Konsep mempersatukan keanekaragaman budaya disampaikan melalui media seni musik, seni rupa, dan aksi budaya. Hal ini cukup beralasan mengingat musisi dan seniman memiliki peran efektif dalam memberikan pesan untuk memberdayakan komunitasnya dalam kegiatan positif.
Gelaran ini diharapkan emicu masyarakat agar membangun pandangan positif terhadap komunitas musik ‘keras’ yang tidak hanya dikenal dengan hura-hura, tetapi juga terjun langsung dalam kegiatan sosial. Selain itu, sisi terpenting yang ditimbulkan tentu saja menumbuhkan rasa sosial dan kebersamaan erat di komunitas musik.
“Jasad saat ini memasuki titik baru, sampai sekarang sedang bikin tur dan dokumentasi berupa kompilasi. Kompilasi yang akan dirilis ini nggak dilihat dari musik tertentu. Hardcore, punk, dan metal pun ada. Ini mencerminkan keberagaman. Bhinneka Tunggal Ika ini juga tidak sekadar dalam konteks musik, tapi juga ajakan untuk penggalian nilai-nilai lokal,” ujar Kimung.
Oleh Hanifa Paramitha Siswanti