Connect with us

International

Eksplorasi Mitologi Dan Abstraksi Hip-Hop Di Album Baru Mary Sue

Profile photo ofstreamous

Diterbitkan

pada

Mary Sue

Mary Sue mengambil pendekatan berani dalam merancang sebuah karya musik eksperimental di album ‘Porcelain Shield, Paper Sword‘. Menghadirkan pengalaman mendengarkan yang tidak biasa, album ini mengajak pendengarnya menelusuri kisah-kisah Taoisme melalui kombinasi hip-hop abstrak, suara-suara Asia Tenggara, serta pengaruh jazz dan blues.

Dalam kolaborasinya dengan Clementi Sound Appreciation Club, Mary Sue menggabungkan sampel dan instrumen live dalam album yang dirilis pada 13 Juni di bawah label Rucksack Records dan La Munai Records.

Clementi Sound Appreciation Club adalah kelompok yang terdiri dari lima musisi muda berbakat dari skena lokal Singapura, dengan latar belakang pendidikan musik jazz. Dua di antara mereka, gitaris Kenzo Nagari dan drummer Farizi Noorfauzi, sebelumnya telah berkontribusi dalam album Mary Sue ‘Voice Memos of a Winter in China’ yang dirilis pada 2024. Dalam proyek terbaru ini, mereka bergabung dengan keyboardis Daniel Alex Chia, bassist Russ Seow, dan saksofonis Bryan De Rozario.

Secara musikal, album ini banyak terinspirasi oleh karakter khas boom bap era 90-an, dengan fondasi yang kuat pada hip-hop underground. Referensi seperti Billy Woods, Ka, MF DOOM, dan kolektif Backwoodz Studioz memberikan warna pada pendekatan lirik yang peka sosial, tanpa terkesan menggurui.

Mary Sue Clementi Sound Appreciation Club

Mary Sue and Clementi Sound Appreciation Club

Liriknya banyak mengandalkan narasi abstrak yang mengajak pendengar untuk terlibat sepenuhnya, dengan cerita-cerita berlapis yang hanya sepenuhnya terungkap setelah didengarkan dengan seksama. Mary Sue juga terinspirasi oleh album ‘Eastern Medicine, Western Illness’ karya Preservation, terutama keberaniannya dalam mengolah sample pop Hong Kong, yang mendorongnya untuk mengeksplorasi suara sambil merangkul nuansa yang menantang pemahaman lebih dalam.

Dalam penulisan album ini, Mary Sue mengambil pendekatan berbeda dari biasanya. Jika sebelumnya ia kerap menggunakan aliran kesadaran (stream of consciousness), kali ini ia membangun cerita melalui sudut pandang karakter: seorang peramal yang ramalannya sering disalahartikan sampai akhirnya terbukti oleh waktu.

Ia meramu lirik dengan inspirasi dari folklore dan ritme puitis teks-teks kuno. Pembatasan narasi inilah yang justru membentuk bahasa dan imaji album menjadi lebih kohesif, menghadirkan sebuah persona yang imersif. Hasilnya adalah album yang memadukan dongeng abstrak dengan resonansi mitologis.

Tema besar dalam ‘Porcelain Shield, Paper Sword’ adalah ketegangan antara amarah dan ajaran spiritual kuno. Terinspirasi oleh kutipan-kutipan Taoisme dan Buddhisme, album ini mengeksplorasi bagaimana filosofi penerimaan dan keseimbangan alamiah itu berbenturan dengan kekacauan dunia modern yang penuh ketidakadilan.

Pertanyaan tentang relevansi kebijaksanaan kuno di tengah ketidakpastian dunia saat ini menjadi dasar pencarian makna, ketenangan, dan kejelasan di masa yang terasa semakin terpecah.

Mary Sue Clementi Sound Appreciation Club Singapore

Mary Sue and Clementi Sound Appreciation Club

Berbeda dengan album sebelumnya, Mary Sue kali ini jauh lebih sedikit mengandalkan sampel. “Kami tetap menggunakan sampel sebagai dasar, tetapi kami menambahkan banyak elemen baru, sehingga akhirnya menjadi sesuatu yang sepenuhnya milik kami sendiri,” kata Sue.

Ada ketegangan yang menarik antara pengaruh budaya Barat dan filosofi Timur. Mary Sue yang tumbuh dalam konteks yang sarat westernisasi, justru mempertanyakan akar yang hilang serta bahasa musik yang ingin ia gali lebih dalam. Dengan menggandeng musisi-musisi yang berlatih jazz, soul, dan blues, Mary Sue mendorong mereka untuk menafsirkan ulang alih-alih sekadar meniru, menciptakan lanskap suara yang dinamis dan sulit diprediksi.

Saat membahas soal band hip-hop live, banyak orang cenderung membayangkan kombinasi jazz atau neo-soul. Namun, ‘Porcelain Shield, Paper Sword’ justru melampaui batasan tersebut, membiarkan tekstur musiknya berkembang dengan cara yang liar dan tak terduga.

Album ini menantang pendengarnya untuk berdamai dengan ketidaknyamanan dan mengajak kembali untuk mendengarkan ulang. Pada pendengaran pertama, susunan bunyinya mungkin terasa asing karena jauh dari pola hip-hop konvensional. Namun di balik lapisan-lapisan itu tersimpan karya yang dirancang dengan ketelitian, yang akan menghadiahi siapa saja yang mau mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Saya merasa kami sedang memperkenalkan suara yang berbeda. Coba saja dengarkan. Kalau bisa, baca juga liriknya,” ujar Sue. Lirik album ini tersedia di Bandcamp, dan sangat dianjurkan untuk dibaca, terutama untuk memahami tema-tema seputar bertahan hidup dan menavigasi realitas dunia yang semakin retak.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *