New Tracks
Evolusi Pop-Rock Indonesia, Dari Era 90-an Ke Debut FILM. Dengan “Asa”

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/04/FILM.jpg&description=Evolusi Pop-Rock Indonesia, Dari Era 90-an Ke Debut FILM. Dengan “Asa”', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Musik pop-rock Indonesia telah mengalami perjalanan yang panjang, dimulai dari dekade 1990-an ketika genre ini mulai menemukan bentuknya melalui eksperimen para musisi lokal. Saat itu, band-band seperti Slank dan Boomerang menjadi pelopor yang menggabungkan energi rock dengan melodi pop, menciptakan dasar bagi generasi berikutnya.
Memasuki tahun 2000-an, gelombang pop-rock semakin kuat dengan munculnya nama-nama besar seperti PADI, Peterpan, dan Sheila On 7, yang tidak hanya mendominasi tangga lagu tetapi juga membentuk identitas musik Indonesia yang unik. Kini, di tengah perubahan arus musik, semangat itu dihidupkan kembali oleh FILM., unit musik baru dengan single perdana mereka yang berjudul ‘Asa’.
FILM., yang terdiri dari Pandu Priyanto (vokal), Johanes Abi (gitar), Anandya Kurniawan (bass), dan Dimas Poncodiwiryo (drum), resmi meluncurkan “Asa” pada 25 April 2025 di berbagai platform digital. Keberadaan band ini adalah “pelabuhan terakhir” bagi Pandu, sang vokalis, yang telah lama ingin konsisten berkarya dalam format band.
“Gue lebih nyaman bermain dalam band daripada solo. Selama ini, band-band yang gue ikuti seringkali bubar sebelum menghasilkan apa pun. FILM. bagi gue akan menjadi tempat terakhir untuk mengekspresikan musik, sampai kapan pun,” ungkap Pandu.
Nama FILM. dipilih bukan karena alasan filosofis tertentu, melainkan karena kesederhanaan dan universalitasnya. “Kami ingin nama yang mudah diingat dan bisa diterima oleh siapa saja, di mana saja. Harapannya, musik kami pun suatu hari didengar oleh lebih banyak orang,” tambah Pandu. Meskipun terkesan sederhana, nama tersebut justru mencerminkan ambisi mereka untuk menciptakan karya yang mampu menyentuh berbagai kalangan.
Lagu perdana mereka, “Asa”, mengangkat tema yang sangat universal: keraguan dan pencarian jati diri, terutama di kalangan muda berusia 25-35 tahun yang sering menghadapi Quarter life crisis. Menurut Anandya Kurniawan (Wawan), bassis FILM., lagu ini menggambarkan fase di mana seseorang merasa terjebak dalam keraguan, tetapi pada akhirnya memilih untuk bangkit dan mengejar impian mereka.
“Pesan utamanya sederhana: lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Tidak masalah kapan memulai, yang penting adalah keberanian untuk melangkah,” jelasnya.
Dari segi musik, “Asa” mengusung nuansa rock alternatif dengan tempo sedang yang terinspirasi oleh Foo Fighters, dipadukan dengan struktur pop-rock khas Indonesia dari era 2000-an. Namun, FILM. menyisipkan twist melalui chorus yang anthemic dan bassline yang dinamis, menciptakan identitas yang unik di tengah banyaknya band dengan genre serupa.
“Kami ingin menggabungkan kedalaman lirik dengan energi musik yang membara. Di bagian verse, nuansa minor mencerminkan kegelisahan, sementara chorus dirancang lebih lega sebagai simbol pembebasan,” ungkap Dimas, drummer band.
Proses rekaman “Asa” juga dilakukan dengan pendekatan khusus untuk menangkap esensi emosional lagu. Pandu sengaja menyanyikan bagian akhir dengan vokal yang lebih keras dan berteriak, seolah-olah melepaskan beban yang telah lama dipendam. “Kami ingin pendengar merasakan perjalanan emosi dari kegelisahan menuju kelegaan. Teriakan di akhir lagu adalah puncak dari semua tekanan yang akhirnya terluapkan,” tambah Dimas.
Kehadiran “Asa” bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari rencana besar FILM. Ke depan, mereka berencana untuk merilis album penuh dan memperluas jejak mereka di industri musik Indonesia. “Single ini seperti aspal yang mempermudah jalan menuju album pertama. Kami juga berharap bisa tampil di lebih banyak panggung dan berinteraksi langsung dengan pendengar,” kata Wawan.
Dengan semangat yang berakar dari era 90-an dan sentuhan aransemen yang kekinian, FILM. tidak hanya melanjutkan warisan pop-rock Indonesia, tetapi juga menunjukkan bahwa gelombang musik ini masih relevan untuk dinikmati oleh generasi sekarang.
“Asa” menjadi bukti bahwa di balik setiap keraguan, selalu ada ruang untuk harapan—sesuai dengan namanya.