Connect with us

Album Review

Gagak Rimang Stoned – Adrenalin: Tidak Terlalu Berat

Diterbitkan

pada

adrenalin epTidak mudah memainkan musik stoner rock atau stoner metal. Meski sub-genre heavy metal yang satu ini bertempo tidak cepat, kekuatannya ada ketika setiap pemainnya diwajibkan menyiapkan rotasi riff yang benar-benar gila, agar materi yang dibawa terdengar menarik.

Di Indonesia sendiri, stoner rock dan stoner metal sudah mulai berkembang sejak lama, meski pergerakannya lamban. Mulai dari kemunculan Seringai lewat EP High Octane Rock serta Komunal dengan album Hitam Semesta yang dipercaya menjadi cikal bakal kian berkembangnya stoner rock lokal.

Hingga akhirnya definisi stoner rock tidak lagi kabur setelah Suri hadir menggambarkan dengan jelas apa itu dan bagaimana stoner rock pada faedahnya dengan EP Kisah Kasih Lokalisasi di tahun 2010 lalu.

Tahun kian berganti, stoner rock kian menjamur. Dari ibukota dan sekitarnya, hingga ke kota-kota lain di Indonesia. Salah satu band yang memilih untuk tidak bermain cepat dengan mengandalkan liukan riff panas adalah Gagak Rimang Stoned. Grup bentukan tahun 2009 oleh Anandito A.P (vokalis), Torry Satriawan (bass), Yanuar Gembz Kuriniawan (gitar) dan Aswin Yanuardi (drum) asal Semarang.

Dan belum lama ini, mereka baru saja mengeluarkan sebuah EP bertajuk Adrenalin. Didalamnya memuat lima buah lagu, dengan menyelipkan satu hidden track. “Album mini ini menceritakan tentang kehidupan anak muda, yang tidak jauh dari problema dan dinamika yang memacu adrenalin.” ujar Dito sang vokalis.

Gagak Rimang Stoned memang taat pada pattern stoner rock secara general. Seperti memberikan melodi-melodi menyayat, breakdown berderet tepat waktu, hentakan drum yang dinamis, sampai porsi lebih untuk headbang. Namun, EP Adrenalin ini tidak seberat yang dibayangkan.

“A Started to Stoned “, “Dansa Neraka”, hingga “Pembangkang Mineral” adalah tiga track awal EP Adrenalin. Sampai nomor ketiga ini pun, Gagak Rimang Stoned masih belum bisa memberikan sebuah pukulan yang telak menghantam.

Mereka seperti terjebak dalam bayang-bayang antara menjadi Seringai atau Komunal. Terasa pengaruh kuat dua band metal legendaris lokal ini di EP Adrenalin. Namun, Gagak Rimang Stoned tetap tidak terlalu istimewa. Tidak sekuat Seringai, tidak terlalu melodius bak Komunal. Pemilihan riff yang terdengar itu-itu saja atau minim referensi, entahlah.

Hingga nomor-nomor penutup “Muda dan Binal”, “Adrenalin” atau bahkan bonus track “Mutilasi Paradigma”, semuanya masih tetap kurang menohok. Sangat disayangkan, lewat rilisan kali ini, Gagak Rimang Stoned terkesan gagal untuk memacu adrenalin setiap pendengarnya. EP Adrenalin mungkin lebih cocok untuk menjadi backsound sesi skab seorang diri dikamar menjelang tidur sore.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *