Featured
Geliat Dan Gaung Musik Folk di Suburbia Cirebon
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2017/04/IMG_1180.jpg&description=Geliat Dan Gaung Musik Folk di Suburbia Cirebon', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Genre musik Folk yang semakin sering terdengar selama tiga tahun ini di kota-kota besar di Indonesia mulai merambah kota Cirebon di gelaran “Suburbia – The First Folk Music Festival in Cirebon”. Acara ini diadakan di Umah Kebon dan berhasil mengangkat gaung musik folk semakin luas. Musik dan liriknya begitu cepat larut di telinga para penikmatnya. Atmosfer malam hari tercipta secara apik di halaman belakang rumah, para pengunjung berhasil dibuai oleh beragam suguhan etnik yang khas mulai dari penampilan musisi Klopediakustik dari Kuningan, Hanyaterra dari Jatiwangi, dan Danilla dari Jakarta. Selain itu pameran foto yang mengangkat pesan – pesan humanis memukau para pengunjung.
Tak banyak orang mengira bahwa penikmat musik kota Cirebon memiliki minat pada musik folk, di tengah gempuran musik pop bahkan musik keras yang biasa menghiasi panggung musik Cirebon. “Digelarnya Suburbia ini untuk memberikan penyegaran serta menumbuhkan pergerakan generasi penggiat dan penikmat seni kreatif agar dapat mengekspresikan karya mereka dengan cara masing–masing. Berkat dukungan Sampoerna A, Cirebon dapat menyuarakan kreativitas musisinya yang cukup eksperimental dan jelas berbeda seperti Hanyattera dan Klopediakustik” ujar Irfan, perwakilan dari Ruang Alternatif, penyelenggara Suburbia.
Gelaran Suburbia yang dimulai dari pukul tujuh malam tersebut berhasil membawa pengunjung larut dalam musik akustik dari Klopediakustik sebagai pembuka. Lalu diikuti dengan tampilan musik eksperimental berinstrumen dari tanah liat dari kelompok musik asal Jatiwangi yaitu Hanyaterra. Kemudian, Danilla yang memiliki banyak penggemar di Cirebon menutup Suburbia dengan khas suaranya yang sendu selama satu jam penuh. Sepuluh lagu dari albumnya “Telisik” yang booming di akhir tahun 2015 lalu berhasil mengungkit rasa rindu akan irama merdu dari musik folk.
Danilla yang ditemui seusai penampilannya di atas panggung Suburbia mengaku sangat puas dengan antusiasme Cirebon. “Datang ke Cirebon demi menampilkan musik saya merupakan sebuah kepuasan tersendiri apalagi dapat melihat musisi lokal lain yang bisa memberi inspirasi bahwa musik folk tidak pernah mati sampai kapan pun. Kepercayaan akan idealisme dalam bermusik tentu akan menciptakan sentuhan rasa tersendiri bagi pendengar, inilah yang selama ini saya pegang. Asalkan kita, para musisi dapat mengekspresikan karya dengan berani dan yakin,” ujar pelantun ‘Buaian’ tersebut.
Selain penampilan musik folk dengan warna khas masing – masing musisi, gelaran Suburbia dilengkapi dengan pameran foto dari komunitas fotografi Klise Unswagati yang mengangkat tema Landscape dan Human Interest. Tidak hanya memamerkan foto-foto mereka yang kaya akan ekspresi masyarakat Cirebon tetapi di para anggotanya juga antusias berdialog dengan para pengunjung untuk menjelaskan seputar pergerakan dan karya mereka.
“Gelaran Suburbia ini memang berbeda dengan panggung musik lainnya di Cirebon. Acara ini sengaja kami kemas untuk dapat menciptakan atmosfer musik folk yang kental dengan keintiman yang tercipta antara musisi dan fansnya. Kami harap pergerakan kreativitas Cirebon tidak hanya berhenti di sini dan dapat menyentuh kalangan yang lebih luas,” tutup Irfan.
Foto Oleh : Heru Setiawan