New Albums
Glory Time, Debut Album The Genk Untuk Menuju Kejayaan
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2024/08/The-Genk.jpg&description=Glory Time, Debut Album The Genk Untuk Menuju Kejayaan', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Tidak seperti band Jogja yang lain, The Genk yang sudah menanggalkan “Klithih” sebagai nama belakangnya ini konsisten mengusung gaya musik Pantura streetpunk hingga sekarang. Mungkin bukan yang pertama, namun mereka mampu mendapatkan ruh-nya. Pengalaman menggilas panggung pun terbayar dengan ciri musik yang nampak lebih matang, mantab dalam penguasaan sound, kualitas rekaman pun apik.
Album Glory Time dibuka dengan chant, seperti membawa suasana stadion ke gigs. The Genk memperkenalkan kembali darimana asal mereka, dari pusat kota pelajar dengan profil klisenya, gambaran besar akan tranformasi kota kelahiran yang kini penuh sesak oleh masalah sosial tanpa penyelesaian dari para pemangku kebijakan, hidup auto-remote tanpa walikota, ini adalah hubungan benci dan cinta dengan kota Jogjakarta. Lagu “Kotaku” sarat rasa geram, mengingatkan pada lagu-lagu Rancid saat Matt Freeman pada posisi vokal.
“Kaum Pekerja” kembali menjadi lagu identitas, lagu kebersamaan, kesamaan nasib warga Jogja yang kini mesti bekerja lebih awal, karena persaingan makin brutal, tidak ada waktu untuk pilih-pilih dan mengeluh.
Saya pribadi sangat suka lagu “Hidup Ini”, awalnya mengingatkan pada Jakarta Pogo Punk awal 2000an, rasanya seperti mendapat tips besar saat orderan ojol sepi, ditraktir es teh jumbo saat panas terik jaga parkiran, takis boti gratis dari sohib saat buntu masalah pekerjaan. Kira-kira seperti itu, mengajak kita lebih positif menyikapi hidup yang gini-gini saja.
“Burning On” makin melengkapi, untuk kalian yang rindu Jakarta streetpunk, Jakarta pogo punk, saya rekomendasikan lagu ini, komposisi riff gitar, bassline dan beat-nya dapat, apik banget, lead vokal diseret-seret, background vokal dan singalong kompak tanpa marah-marah, pasti meriah di panggung.
“Glory Time”, lagu lama yang sudah akrab ternyata direkam ulang, versi baru kini lebih dinamis. Re-make lagu lama selalu berisiko bagi setiap band, namun The Genk bisa dibilang berhasil!
Sebagi penutup, ada lagu akustik berjudul “Memori”. Sempet berpikir apa mungkin ini lagu nostalgia personil The Genk saat masih ngamen di jalan? Saya tidak tahu lagu ini terinspirasi oleh siapa, namun semakin lama didengar rasanya cocok banget dinyanyikan saat kumpulan, entah di pos ronda, entah dalam lingkaran api unggun saat tamasya, barangkali balada-balada Iwan Fals dalam kemasan punk rock. (Imam Senoaji)