Gig Review
Hammersonic 2014: Lumpur Bukan Halangan Untuk Berpesta
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/05/hatebreed2-1-of-1-1000x600.jpg&description=Hammersonic 2014: Lumpur Bukan Halangan Untuk Berpesta', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Pesta terbesar bagi para metalhead Indonesia kembali sukses digelar. Dalam pelaksanaannya yang ketiga, Hammersonic Festival berhasil mendatangkan ribuan manusia berbaju hitam-hitam bergerak berbondong-bondong menuju Lapangan D Senayan. Tidak hanya dari Jakarta dan sekitarnya, pengunjung Hammersonic Festival datang dari kota-kota yang cukup jauh seperti Jambi, Malang, Bali. Bahkan ada pula beberapa turis internasional yang hadir dari Singapura, Malaysia, hingga Timor Leste.
Acara dengan bunyi distorsi maksimal dari awal hingga akhir ini dibuka oleh Piston. Pemenang audisi ‘Your May Towards Hammersonic 2014’ yang diadakan oleh Sepsis Records ini menghajar panggung tepat pukul 11.00 WIB dengan repertoir singkat mereka. Disusul bergantian oleh Deadly Weapon, Revenge, Gigantor, dan Forstora di Sonic Stage dan Hammer Stage.
Meski tak banyak yang tahu mereka, Forstora tampil ganas dan mampu menghadirkan applause meriah dari para penonton.
Tak seberapa lama, hujan deras pun turun membasahi Jakarta siang itu. Acara ditunda sejenak. Hujan ini membuat tanah yang ada di Lapangan D Senayan berubah menjadi kubangan lumpur.
Usai rehat, tempo Hammersonic kembali dipanaskan. Karena Malignant Monster asal Australia yang memainkan musik blackened death metal sudah disiapkan untuk menggilas penonton. ALICE, Devadata, dan Djin juga tak mau lengah untuk turut unjuk aksi terbaik.
Cromok, thrasher yang diimpor langsung dari Malysia juga puas dengan apresiasi penonton di Indonesia. Disentomb dan Funeral Inception kemudian ambil giliran bermain. Circle pit mulai terlihat setelah dua band ini memainkan materi-materi buasnya. Paper Gangster naik pentas. “Yang main lumpur, kalian keren!” ujar Moegky sang vokalis untuk para penonton yang tak peduli akan beceknya venue hari itu. Lumpur bukan halangan untuk berpesta.
Kembali ke Sonic Stage, Parau dari Bali tampil beringas. Mereka yang diterbangkan langsung dari Bali, merasa senang bisa bergabung dengan Hammersonic Festival. Xeper, salah satu band yang bergabung dengan Sepsis Records juga tidak kalah gilanya. Penampilan cadas ditunjukan berkali-kali. Lalu Final Attack, satu-satunya band hardcore tulen yang tampil di Hammersonic. Dansa two step khas hardcore mulai terlihat di moshpit.
Dua penampil kemudian, King Parrot dan Rajasinga, mendapat sambutan yang juga meriah. King Parrot karena aksi panggungnya yang total dan Rajasinga yang memang selalu ditunggu penampilannya. Kemudian Impiety, black metal asal Singapura yang sudah beberapa kali menjajal panggung di Indonesia ini terlihat tak canggung. Menjelang break maghrib, tempo dibuat sedikit melambat. Setelah lelah moshing dari awal, penonton diajak headbang santai bersama stoner rock trio Suri.
Kali ini giliran Down For Life dari Solo ditugaskan untuk membakar Lapangan D Senayan. Lewat perintah Aji sang vokalis, mereka berhasil menghadirkan wall of death pertama di Hammersonic Festival. Koil dan Siksakubur pun wajib diacungi jempol. Aksi banting gitar khas dari Otong dan jadwal perilisan album ketujuh Siksakubur di Hammersonic Festival adalah momen krusial.
Kemudian Burgerkill dan Jasad menjadi dua band lokal terakhir sebelum para jajaran headliner unjuk aksi. Dua band metal terbesar kebanggaan kota Bandung ini pun dengan mudah menjalankan tugasnya.
Origin yang tampil rapat dan cepat, Fleshgod Apocalypse yang melodius dan repetitif, hingga Belphegor yang gory, semakin menambah semarak pesta distorsi ini.
Semakin malam, semua semakin liar. Semua metalhead sangat menikmati gelaran akbar Hammersonic Festival.
Morbid Angel menjadi salah satu penampil paling ditunggu malam itu. Materi-materi gabungan album baru dan album lama dihadirkan untuk menambah kepuasan penonton. David Vincent sang frontman, terlihat gagah dengan bass Dean Demonator yang khas.
Lalu, tidak sulit rasanya bagi Hatebreed untuk menciptakan sing along massal lewat nomor-nomor andalan macam “I Will Be Heard”, “Destroy Everything”, sampai “Live For This”. Gerombolan yang dikepalai oleh Jamey Jasta ini juga sempat membawakan lagu “Ghost of War” milik Slayer.
Menuju klimas, Bullet For My Valentine mengambil alih singgasana. Dengan tata produksi sound yang sangat ciamik, Bullet For My Valentine tanpa halangan menghibur penonton. Mereka pun memiliki basis fanbase yang cukup besar di Indonesia. Hits macam “Tears Don’t Fall”, “Waking The Demon”, “The Last Fight”, hingga cover version lagu “Creeping Death” milik Metallica mereka hadirkan.
Headliner terakhir yang dipilih untuk menutup riuh Hammersonic Festival adalah Kreator. Unit teutonic thrash metal asal Jerman ini sangat buas memporak porandakan Hammersonic Festival. Tanpa komando, moshpit terlihat dimana-mana. “Endless Pain”, “Pleasure to Kill”, “Hordes of Chaos”, “Violent Revolution”, sampai medley “Flag of Hate” dan “Tormentor” sebagai amunisi wajib.
Walau hujan deras sempat melanda, Hammersonic Festival 2014 bejalan mulus dari awal ke akhir. Semua metalhead yang hadir seakan tak ada kecewa, terlihat dari geliat dan cara mereka merayakan hadirnya band-band favorit ke tanah air. Mari angkat devil horn paling tinggi untuk Hammersonic Festival 2014 \m/
photo: I. Gede Adhiputra Sw