Album Review
Hatefield – Into The Woods EP: Rock Eklektik Hasil Fermentasi Hate Spirits
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
&description=Hatefield – Into The Woods EP: Rock Eklektik Hasil Fermentasi Hate Spirits', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Musik rock atau heav metal yang baik, tidak melulu berangkat dari setting gain yang tinggi serta lambang tengkorak dan atribut hitam-hitam didalamnya. Setidaknya, unit rock segar Hatefield membuktikan bahwa kemasan kover mini album perdana mereka yang minimalis, ternyata memuat empat materi panas yang berangkat dari rasa marah yang difermentasi menjadi satu kesatuan dalam sebuah bunyi melodi rock eklektik.
Sederhana dibungkus dalam kertas putih bertuliskan Hatefield Into The Woods EP, trio Hanussa Hamzah (vokal, gitar) Ryanfeiza Harashta (drum), dan Anugrah Fathullah (bass) meluncurkan rentet peluru mereka dengan sangat menarik.
Membuka kebisingan dengan derap drum di lagu “Hostility” yang seakan menjadi penanda bahwa tiga pemuda ini siap bertempur dalam sebuah medan laga yang krusial. Vokal Hanussa menyalak berbarengan dengan sayatan dan rotasi gitarnya dan bass dari Aga yang tepat porsi. Durasinya singkat, namun sangat tepat dijadikan sebagai pembuka repertoar. Kesan gagah langsung terbangun diawal.
Berangkat ke nomor kedua, yaitu “Downfall Of Father”. Apabila menilik nomor ini lebih dalam, akan terbangun kesan bahwa Hatefield adalah komplotan yang juga sangat memperhatikan pergerakan skena musik keras dalam maupun luar negeri. Rock yang mereka bawa di Into The Woods EP ini agaknya masih cukup awam di ranah lokal. Pengaruh Mastodon, Deftones hingga Cave In (era album Jupiter) terdengar cukup kental di tubuh Hatefield.
Pada nomor ketiga “The Great Dictator”, Hatefield memperlihatkan kemampuan mereka dalam meramu dan menggodok sebuah karya hard rock dengan bumbu sludge metal yang pekat. Raungan dalam kematangan pada faktor produksi menjadi apa yang membuat lagu ini kian menarik untuk terus didengarkan. Tidak salah rasanya Hatefield mempercayakan “The Great Dictator” sebagai single dari debut mini album mereka ini.
Satu hal yang sifatnya tidak begitu sulit ketika dibayangkan namun cukup sulit ketika dirundingkan adalah tentang penempatan materi untuk menutup sebuah rilisan. Apabila gagal, bisa jadi para pendengar berpendapat bahwa album yang sudah menarik dibangun sejak awal menjadi anti klimaks. Dan sekali lagi Hatefield membuktikan kelasnya. Mesti baru terbentuk belum lama ini, kepandaian serta referensi mereka yang luas dalam bermain musik memang layak untuk diacungi jempol.
Ketika mencoba menampakkan suasana perang yang krusial di dalam hutan pada nomor awal, di akhir sini Hatefield memberikan “Lost In The Woods” sebagai penanda bahwa mereka berhasil menang walau dengan sedikit luka-luka di tubuh. Harapan baru muncul seiring intro piano dan string di lagu ini hingga pada akhirnya Into The Woods EP harus memasuki durasi akhir.
Rasa amarah yang mereka garap hingga menjadi empat nomor mematikan ini, menasbihkan bahwa kini Hatefield telah dinyatakan siap untuk kembali memporak-porandakan ‘medan perang‘ (baca: panggung) selanjutnya, kapanpun mereka mendapat kepercayaan untuk berlaga.