New Albums
Iksan Skuter Kembali Hadirkan Suara Perlawanan Lewat Album ‘Vis a Vis’

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/03/Iksan-Skuter.jpg&description=Iksan Skuter Kembali Hadirkan Suara Perlawanan Lewat Album ‘Vis a Vis’', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Di tengah gelombang musisi Indonesia yang dahulu vokal melawan ketidakadilan namun kini mulai tergerus kompromi, Iksan Skuter tetap tegak di jalur independen. Dijuluki “Serigala Petarung” oleh dirinya sendiri, ia konsisten menyuarakan kritik sosial melalui musik, meski harus melewati jalan sunyi yang dipenuhi keteguhan.
Kini, di usia karir yang memasuki album ke-20 (16 album studio dan 4 album live), pria asal Yogyakarta itu meluncurkan karya terbaru bertajuk ‘Vis a Vis’ pada 7 Maret 2025.
Album ini lahir dari kegelisahan dirinya terhadap ketimpangan dan ketidakadilan yang kian vulgar terjadi di Indonesia.
Judul ‘Vis a Vis’—yang berarti “berhadapan muka”—menjadi metafora tajam atas realitas di mana ketidakadilan terjadi secara terang-terangan di depan mata masyarakat.
Alih-alih memudar, kesenjangan justru semakin mengubur optimisme, memicu tagar #indonesiagelap yang viral di media sosial.
Melalui 11 lagu, Iksan Skuter menyalurkan kemarahan sekaligus keprihatinannya terhadap kondisi bangsa. “Gumam”, single utama album ini, menjadi representasi perlawanan terhadap pembungkaman kritik. Lagu ini mengangkat praktik sistematis yang digunakan untuk meredam suara kritis, mulai dari intimidasi hingga kooptasi dengan menjinakkan lawan melalui jabatan.
Dibuka dengan intro minimalis berupa sequencer dan vokal yang menyiratkan kesunyian, “Gumam” segera bertransformasi menjadi dentuman rock yang energik. Lirik seperti “infiltrasi menyusupi” atau “pemuja keserakahan” menjadi sindiran keras terhadap politik yang dikendalikan nafsu kekuasaan.
Aransemen synth bass bergaya arpeggio menciptakan dinamika seperti gelombang, menggambarkan gelora protes yang kian menguat. Nuansa indie rock dan synth rock dipadukan untuk menegaskan bahwa kritik sosial tak harus ketinggalan zaman. Bagi Iksan, lagu ini adalah simbol bahwa satu suara, jika bersatu, mampu mengoyak upaya pelemahan rakyat.
Proses produksi ‘Vis a Vis’ digarap secara mandiri di kediamannya pada Januari 2025. Iksan bertindak sebagai produser sekaligus penulis, sementara mixing dan mastering ditangani Rama Studio Project di Malang.
“Rekaman selesai cepat karena semuanya aku kerjakan sendiri. Kalau efisiensi, jangan kira hanya pemerintah yang bisa. Kami musisi independen sudah lama mahir berhemat,” ujarnya dengan nada satir.
Di tengah kesibukan menggarap proyek band terbaru, Bagava, yang baru merilis album ‘Klandestin’, serta tur “Safari Ramadhan” bersama Trio Lesehan (bersama Jason Ranti dan Bagus Dwi Danto), Iksan Skuter tetap memastikan ‘Vis a Vis’ lahir tepat waktu. Album ini mempertegas posisinya sebagai musisi yang tak hanya piawai meramu melodi, tetapi juga konsisten menyuarakan ketidakadilan.
‘Vis a Vis‘ dirilis di bulan puasa, periode yang dipilihnya secara simbolis. “Penguasa zalim tidak berpuasa dalam menindas, maka marhaban ya melawan!” serunya.
Bagi pencinta musik bermakna, album ini menjadi pengingat bahwa di antara gemerlap industri yang tunduk pada pasar, masih ada suara yang berani menggugat. Simpan tautan album-nya, dan siapkan telinga untuk mendengar teriakan yang tak mau dibungkam.