Connect with us

New Tracks

Impurity Menggabungkan Budaya Sunda Dengan Mitos Sandekala Melalui “Wanci Surup”

Profile photo ofrafasya

Diterbitkan

pada

Lima bulan setelah merilis “Resital Genosida“, Impurity, unit deathcore asal Bandung, Jawa Barat, kembali hadir dengan karya terbaru mereka. Kali ini, band ini meluncurkan single berjudul “Wanci Surup,” yang sudah tersedia di berbagai platform musik.

IMPURITY Wanci Surup“Wanci Surup” mengeksplorasi suasana pergantian dari sore ke malam, khususnya pada saat matahari terbenam. Tema ini diambil dari kepercayaan masyarakat Jawa Barat, terutama suku Sunda, yang melarang orang keluar rumah pada waktu tersebut.

Masyarakat Sunda meyakini bahwa saat matahari mulai terbenam, makhluk halus mulai berkeliaran. Ada pepatah Sunda yang berbunyi, “Eh tong kaluar imah, geus jam 6 sore, geus surup bisi dicokot sandekala,” yang berarti, “Jangan keluar rumah, sudah jam 6 sore, sudah mau maghrib, takut diambil Sandekala.” Sandekala adalah makhluk mistis yang dipercaya sering mengganggu anak-anak kecil yang masih bermain di luar rumah saat senja tiba.

Dalam lagu ini, Impurity menggunakan hampir seluruh lirik dalam bahasa Sunda untuk memperkuat identitas budaya mereka, didukung dengan komposisi musik yang menggabungkan elemen alat musik tradisional Gamelan.

Lagu yang unik ini juga diperkaya dengan video lirik yang menggambarkan suasana “Wanci Surup” dan pesan yang ingin disampaikan. Untuk visualisasi, mereka menggandeng Michel Adam Kamajaya yang berhasil menerjemahkan konsep “Wanci Surup” ke dalam artwork yang menjadi sampul single tersebut.

Peluncuran “Wanci Surup” juga menjadi bagian dari persiapan mini album (EP) yang sedang dikerjakan oleh Impurity. Karya terbaru dari Impurity ini adalah sebagai bentuk komitmen untuk terus menghadirkan unsur alat musik tradisional dalam musik mereka, termasuk kemungkinan eksplorasi alat musik lain selain gamelan di masa mendatang.

Inspirasi musik “Wanci Surup” banyak dipengaruhi oleh band-band deathcore internasional seperti Carnifex, Signs of the Swarm, Shrine of Malice, dan Suicide Silence. Proses pengerjaan single ini memakan waktu cukup lama, karena awalnya konsepnya adalah untuk dibuat dalam bentuk video musik. Namun, setelah dipertimbangkan kembali, mereka memutuskan untuk mengubahnya menjadi video lirik.

Setelah tujuh bulan pengerjaan, lagu ini akhirnya rampung. Semua proses rekaman, mixing, hingga mastering dilakukan di studio milik mereka sendiri, yang terletak di rumah sang drummer, bernama Sandekala Studio.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *