Featured
Indikasi Vol. 2.2: Mini Showcase Auretté and The Polska Seeking Carnival
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2016/12/indikasi-800x600.jpg&description=Indikasi Vol. 2.2: Mini Showcase Auretté and The Polska Seeking Carnival', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Sukses menggelar Mini Showcase Primata 3 Desember kemarin, micro gig Indikasi kembali hadir pekan ini. Dengan nomor volume 2.2, micro gig berbasis di Kota Bekasi tersebut kali ini secara istimewa kedatangan tamu dari Yogyakarta, band folk Auretté and The Polska Seeking Carnival dan menggelar mini showcasenya pada Jumat pekan ini, 23 Desember 2016.
Indikasi Vol. 2.2 sedianya bakal digelar mulai pukul 18.00 WIB di sekretariat Kedutaan Besar Bekasi, Jl Raya Jatikramat No. 2A, Jatiasih, Bekasi. Dan sebagai opening act, perhelatan reguler ini bakal menampilkan 3 band independen pendatang baru yang berbasis Kota Bekasi, yakni Indigo Moire, Sir Lommar John dan Pathway Pleasure.
Hajat konser musik independen ini juga bakal mengetengahkan perilisan debut mini album dari Sir Lommar John yang nantiya juga bakal tersedia secara legal dan bebas unduh pada platform music sharing di situs Ripstore.Asia
Tentang Auretté and The Polska Seeking Carnival
Auretté and The Polska Seeking Carnival atau disingkat AATPSC merupakan band folk independen asal Yogyakarta yang beranggotakan enam orang yaitu Dhima Christian Datu (vocal, accordion, ukulele), Aurelia Marshal (ukulele, keyboard, synthesizer, vocal), Danny Rachman (bass), Ahmad Mursid (trumpet), Bayu Atmojo (trombone), dan Aris Setyawan (drum, percussion).
AATPSC pertama kali meluncurkan debut mini album self titled pada tahun 2013 di bawah naungan 2 label yakni Tomat Records dan Elevation Records dalam format CD, Kaset serta Vinyl yang kemudian mencuri perhatian publik pendengar musik di Indonesia dan luar negeri.
Pada awal 2014, AATPSC lewat keterangan di blog resminya sempat menyatakan bubar karena kesibukan akademis masing-masing personilnya. Tanpa diduga banyak pihak, AATPSC meluncurkan single baru berjudul ‘Melerai Lara’ yang juga menandai bahwa band ini benar-benar kembali aktif bermusik dan tengah menggarap materi baru untuk album berikutnya.
Melerai Lara sendiri adalah karya AATPSC yang pertama direkam setelah memutuskan kembali aktif bermusik akhir tahun 2015 kemarin. Keputusan melemparkan single adalah untuk mengobati kerinduan para pendengar akan karya-karya AATPSC, sekaligus sebagai ancang-ancang untuk album kedua yang saat ini masih dalam proses penggodokan materi.
Rilisan Single Melerai Lara
Untuk perilisan single ini AATPSC bekerjasama dengan Ripstore.Asia, situs agregator musik asal Bandung dengan format legal dan bebas unduh pada url berikut: https://www.ripstore.asia/melerailara.
Kerjasama ini sekaligus untuk mensosialisasikan fair trade music. “Melerai Lara” dibebaskan untuk diunduh siapapun dengan lisensi Common Creative 4.0. Artinya setiap orang boleh mengunduh, mendengarkan, dan membagikannya kepada siapapun asal tidak digunakan untuk tujuan komersil.
Berdurasi lebih kurang enam menit, “Melerai Lara”berbeda dengan kebanyakan lagu AATPSC di album pertama maupun lagu yang belum sempat terekam. Dari segi musik, AATPSC mulai bermain-main dengan nuansa. Dari segi lirik, setelah di fase sebelumnya banyak menulis lirik berbahasa Inggris, AATPSC mulai menulis lirik berbahasa Indonesia. “Melerai Lara” adalah titik saat AATPSC mengalami perubahan dalam banyak hal.
“Melerai Lara” bercerita tentang seseorang yang tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Seseorang yang persona-nya terpenjara. Dunia, tatanan masyarakat, dan norma seringnya mengungkung seseorang, menjerat persona dalam lara, buntutnya seseorang tersebut tak dapat menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Tentang Indikasi
Indikasi merupakan forum kolektif dalam format gig yang dirintis untuk menjahit berbagai jejaring pegiat musik di Bekasi yang selama ini terserak. Konsep ini digagas dengan semangat guyub dan etos berbagi: bahwa Bekasi menyimpan banyak potensi di bidang musik.
Diinisiasi oleh Kedubes Bekasi dan Ripstore.Asia, hajat Indikasi pertama kali dihelat bertepatan dengan perayaan #CassetteStoreDay 8 Oktober lalu dengan menampilkan 7 band penampil, 3 lapak kaset dan 3 narasumber yang mengisi sesi diskusi musik seputar musik digital dan rilisan fisik.
Sebagai edisi sempalan, Indikasi juga menggelar volume 1.2 yang mengetengahkan workshop recording, mixing/ mastering bersama Reza Hilmawan dan music performance dari Remedmatika. Pada volume 1.3, Indikasi mengadakan pemutaran film Pamurba Yatmaka Cakra Bhirawa dan diskusi dengan sutradaranya, yakni Kamerad Edmond (The Anarcho Brothers), didampingi dengan Andibachtiar Yusuf (Produser film, sutradara).
Di volume ke-2 pada 3 Desember kemarin, Indikasi mengetengahkan Mini Showcase Primata, band instrumental rock asal Bekasi dan dimeriahkan oleh opening act dari The Corals, unit stoner rock asal Bekasi serta Mataharibisu, trio dream pop/ ambient/ electronica asal Tangerang Selatan. Sebanyak 7 orang seniman grafis, komik dan lukis dari Kedubes Bekasi juga berkolaborasi lewat pameran visual art di acara ini sebagai respon mereka dari mendengarkan lagu-lagu Primata.
Fithor Faris, selaku pendiri Kedubes Bekasi mengatakan bahwa ke depannya Indikasi bakal diadakan secara berkala. “Sebagai catatan, di Indikasi ini kami juga membuka peluang kerjasama dengan teman-teman musisi atau stakeholder lain di luar kota Bekasi untuk bekerjasama mengembangkan iklim musik independen dalam negeri yang saling mendukung satu sama lain.”
***
Ripstore.Asia x Kedutaan Besar Bekasi Presents
Indikasi Vol. 2.2: Mini Showcase Auretté and The Polska Seeking Carnival
Opening Act:
Indigo Moire
Sir Lommar John
Pathway Pleasure
Jumat, 23 Desember 2016
di Kedutaan Besar Bekasi, Jl Raya Jatikramat No. 2A, Jatiasih
Mulai pukul 18.00 WIB s/d selesai
Gratis untuk umum
Also supported by:
Blantika Musik
Dapur Letter
Deathrockstar
Enjoy Bekasi
Holytunes
Leeds Records
Kanal Tigapuluh
Rekanada
Ruang Hijau Media
The Display
Warning Magazine
MRH Room Recording