Connect with us

Interviews

Interview: Hate Spirits Dari Hatefield

Diterbitkan

pada

Sebuah peluru baru musik rock tanah air. Hatefield hadir dengan nada kebencian pemberian tuhan. Band yang dimotori oleh tiga pemuda Hanussa Hamzah (vokal, gitar) Ryanfeiza Harashta Husri (drum), dan Anugrah Fathullah Gintings (bass) membawa nuansa musik rock yang megah dan menghentak.

Menggabungkan unsur-unsur heavy metal, psychedelic rock, hingga hard rock, Hatefield terasa kian berbeda. Melalui single “The Great Dictator” yang belum lama ini mereka rilis dan perdengarkan gratis lewat akun Soundcloud resminya, Hatefield telah memberi aba-aba kalau mereka siap meledak tidak lama lagi.

Tercatat nama Ryanfeiza Harashta Husri atau yang lebih akrab dikenal dengan Rashta sebagai penjaga ritme di Hatefield. Sebelumnya, Rashta adalah pemain drum di band rock Gondrong Kribo Bersaudara (GRIBS). Karena satu dan lain hal, dirinya harus meninggalkan GRIBS.

Dengan semangat rock yang masih berkobar, Rashta pun menyalurkannya lewat Hatefield bersama dua sahabatnya. Dalam kesempatan kali ini, Gigsplay mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Rashta yang mewakili Hatefield tentang bagaimana cerita mereka membentuk band ini, filosofi nama Hatefield, hingga rencana mereka menginvasi ranah musik rock lokal.

– Halo Ras, udah lama enggak ngobrol. Cerita-cerita dong tentang awal terbentuknya Hatefield. Kayaknya enggak begitu lama setelah lo cabut dari GRIBS ya ?

Hmm, membentuk Hatefield sebetulnya agak lama setelah gue cabut dari GRIBS sih. Gue keluar tuh sekitar bulan September tahun 2012, sedangkan Hatefield baru terbentuk itu sekitaran bulan Agustus tahun 2013.

– Ide awal datang dari lo ?

Ini adalah ide dari si Hanussa dan gue sendiri. Dia ngajakin untuk buat project band, karena kita berdua memang sudah sempat satu band sebelumnya waktu SMA dulu.

– Kemarin gue sempat menyimak single “The Great Dictator” tuh. Asik banget, ada rasa heavy metal sampai hard rock di lagu itu. Kalau untuk proses kreatif di Hatefield sendiri, bagaimana tuh Ras ?

Thanks ya. Nah, balik lagi ke namanya Hatefield yang diambil dari kata Hate. Si Hanussa itu membuat konsep untuk Hatefield. Hatefield kita ambil dari pemberian terhebat yang Tuhan pernah berikan, yaitu Hate. Jadi, semua lagu-lagu kita berasal dari cerita orang-orang terdekat tentang life stories mereka. Dari cerita tersebut, kita nge-capture Hate Spirits mereka dan menjadikannya sebuah lagu.

Dari lagu-lagu yang jadi itu, kita ngajak buat si pemilik cerita agar mendapatkan pesan positif agar ikhlas dan bisa melanjutkan hidupnya dengan kepala tegak. Karena banyak orang-orang di Indonesia itu menyimpan Hate-nya ke diri sendiri yang berujung jadi narkoba, bunuh diri, atau depresi.

So why not turn your hate into a song yang bisa bikin lo ikhlas dan tenang, hehehe.

– Respon yang kalian dapat setelah rilis “The Great Dictator” ?

Respon yang kita dapat sengat positif, alhamdulillah. Kebetulan kita ada teman yang bukan hanya ada di Indonesia, tapi juga ada yang di belantika Eropa. Disana responnya juga positif. Ada yang bilang mirip tema Hate-nya sangat ter-capture, which is what we aim for. Tapi diantara semua respon, kita menangkap bahwa orang-orang sadar bahwa Hatefield itu punya warna sendiri.

– Ada cerita seru seputaran “The Great Dictator” ?

Ada juga yang bilang mirip Megadeth, Anthrax, dan sebagainya. Nah, uniknya nih. Kebetulan community manager kita, Bimo, lagi ketemu mas Didi gitarisnya Roxx. Pas banget kan tuh untuk kasih dengar. Komentarnya bikin kami sangat senang. Beliau biang bahwa “The Great Dictator” bukanlah metal atau hard rock, tapi sebuah musik keras yang beliau tidak pernah dengar seumur hidup dia berkarir di belantika musik keras. Pas kita semua dengar itu, gila senangnya minta ampun. Big Props to mas Didi Roxx!

– Terus rencana selanjutnya, mau langsung garap album atau EP terlebih dahulu ?

Sebenarnya sih ingin langsung rilis full album. Tapi kita lihat situasi juga karena kita ingin banyakain live shows dulu. Jadi, bagi yang baca interview ini, hubungi kita kalau mau Hatefield main, hehehe.

Mungkin kita akan rilis EP yang didalamnya akan ada empat track. Bangun fanbase secepatnya dan rilis full album when the times is right. Misi personal kita adalah untuk membangun sifat mansia yang lebih baik, bahwa Hate itu hanya akan menjadi negatif kalau tidak disalurkan. Makanya kita buat wadah dalam format musik untuk menampung semua cerita Hate orang-orang.

– Untuk target EP kalian, proses rekamannya sudah berjalan ? dan apa Hatefield sudah merancang kapan kira-kira EP ini siap dilepas ?

Semua materi sudah selesai, tinggal rilis aja sebenarnya. Kita udah rekaman sepuluh track yang akan masuk ke album. Kalau EP, kemungkinan kita akan rilis digital pada awal Juni .

– Ada target lain ?

Untuk sekarang agar lebih awareness dulu kita perbanyak live show supaya orang-orang can really know Hatefield seperti apa. Kalau dari sisi permusisian, Hatefield ingin menjadi sebesar Burgerkill, Edane, Roxx, Godbless, dan legend-legend musik keras Indonesia.

– Rekaman sudah selesai, beberapa jadwal panggung pun juga sudah di umumkan di website resmi kalian. Apa ada yang saat ini masih dikerjakan terkait dengan Hatefield ?

Kita sekarang juga sedang on progress produksi merchandise. Jadi jangan ketinggalan untuk pre-order ya, hehehe. Kita akan manggung pada tanggal 17, 23, dan 31 Mei 2014. Disana kita akan lempar beberapa free merchandise dari stage, jadi make sure semua nonton ya.

– Pesan terakhir untuk semua orang yang membaca tulisan ini ?

Pokoknya selalu visit website kita di Hatefield.com, Facebook, Twitter, Soundcloud, dan Instagram ya.

photo: Doc. Hatefield

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *