Interviews
Interview: Tentang Hobi Menonton Konser hingga ke Nagri a la Arian13
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2016/07/arian.jpg&description=Interview: Tentang Hobi Menonton Konser hingga ke Nagri a la Arian13', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
– Menyoal soal hobi lo tentang menonton band hingga ke luar negeri, sebetulnya apa Yan yang membuat lo rela terbang jauh-jauh, beberapa sampai ke benua eropa, untuk mengejar beberapa konser disana ? sebegitu mustahilnya kah peluang untuk menyaksikan mereka di negeri sendiri ?
Ya kalau ada orang yang menabung untuk liburan jalan-jalan melihat pemandangan atau suasana, kalau gue diniatkan sekalian menonton festival musik yang gue mau. Lebih baik festival karena sekaligus menonton banyak band/musisi yang gue inginkan. Banyak band yang gue sukai jarang mampir ke Indonesia karena pangsanya segmented, jadi gue pikir sekalian mengejar mereka perform live di sebuah festival musik sekalian jalan-jalan melihat dunia.
– Menonton hingga keluar negeri tentu lebih banyak persiapannya, selain finansial, apa saja yang menurut lo kadang suka membuat agak ribet untuk menonton konser di luar negeri ?
Sudah pasti menyiapkan persyaratan visa. Waktunya harus tepat juga, jangan sampai visa keluar setelah tanggal berangkat karena akan mengacaukan jadwal. Gue pernah telat memasukkan visa dan jadinya visa keluar tepat ketika festivalnya berakhir. Gagal. Tapi tiket pesawat dan hotel bisa direskedul, untungnya, jadi mencari festival musik lainnya.
– Biasanya lo dapat menonton konser disana, sekalian dalam rangka liburan atau memang berniat menyaksikan suatu festival ? atau menyaksikan festival tersebut adalah merupakan agenda utama liburan lo ? haha!
Seperti yang tadi gue bilang sebelumnya, ya agenda utama adalah menonton festival musik, ekstranya jalan-jalan.
– Punya tips untuk para penikmat musik yang miskin dana namun besar nyali untuk menyiasati agar dapat menyaksikan band-band idola mereka hingga keluar negeri ?
Gue dulu mengambil pekerjaan sebagai jurnalis musik karena dimotori keinginan untuk melihat banyak performa musik. Kemudian mencari sponsorship sendiri untuk bisa melihat festival musik yang menarik. Maksud gue adalah, kalau lo punya keahlian tertentu yang berhubungan dengan musik, gue rasa kalau lo konsisten, akhirnya keahlian ini bisa ‘dijual’. Sekarang, gue bekerja sendiri, artinya tidak/belum ada yang mendanai. Untuk bisa berangkat ke festival musik yang letaknya jauh di luar negeri, gue memang menabung keras hingga 1 tahun baru bisa berangkat setelah uangnya terkumpul.
Mencicil dari membeli tiket event dulu, baru book hotel dan flight beberapa bulan kemudian. Gue mengambil beberapa proyek pekerjaan yang sekiranya kalau dihitung fee-nya, akan bisa membantu banyak atau malah menutupi biaya si perjalanan itu. Gue juga sudah lama membangun jaringan pertemanan di banyak negara, jadi gue bisa mengirit dana dari sana, entah sekedar bisa ditraktir makan/minum [jangan ngarep atau minta sih yang ginian] atau jadi guide untuk tempat hangout murah, atau sekalian menginap di tempat sang teman. Nanti, kalau teman-teman ini liburan ke Indonesia, lo bisa lakukan hal yang sama untuk mereka.
Untuk penginapan, sekarang kan ada alternatif Air BnB, jadi di negara-negara tertentu bisa mengirit biaya hotel. Kalau berencana lama di sebuah kota/negara, menyewa apartemen yang ada dapurnya juga bisa lebih irit, belanja bahan dan masak sendiri untuk makan.
– Sejauh ini, pentas siapa yang paling berkesan menurut lo ? dimana ? dan kenapa ?
Wah banyak. 5 saja deh: Black Sabbath di British Summer Time, London 2014, London, Slayer original formation di Singapura 2006, Slowdive di Singapura 2015, Neurosis – 30 Years Anniversary set di Roadburn Festival, Tilburg 2016, Kvelertak di Singapura 2013 kalau nggak salah.
– Lo sudah pernah menyaksikan Desert Fest dan Download Festival (sepengetahuan gw), mana yang lebih seru ?
Gue pernah ke Desert Fest London dan Desert Fest Berlin, kedua ini juga berbeda sih. Yang di Berlin lebih kecil, hanya 2 stage dalam 1 venue indoor. Sementara di London, festival indoor dengan banyak venue di satu kawasan, Camden. Kalau tidak salah ada sekitar 5-7 venue yang dipakai oleh Desert Fest London. Ibaratnya kalau bikin di Kemang,di hari yang bersamaan ada venue seperti di Aksara, backyard Aksara, JK7, 365, dan Eastern Promise atau Beer Brother digunakan.
Nah festival musik seperti Desert Fest itu festival kecil hitungannya, yang datang sekitar 4000-5000 orang dan di dalam kota, sementara Download Festival itu yang datang bisa sampai 50.000 orang, open air dan agak di luar kota. Gue lebih suka festival musik yang lebih kecil, tapi festival besar juga bisa seru pengalamannya.
– Konser bukan-metal siapa yang pernah rela lo kejar hingga jauh-jauh keluar negeri ?
Slowdive di Singapura, Swans di London.
– Ada pengalaman tak terlupakan saat menonton konser diluar negeri ?
Semua perjalanan dan pengalaman nampaknya tidak terlupakan sih. Tapi yang seru itu beberapa festival musik yang sejenis, selalu bertemu dengan orang-orang yang sama. Jadi akhirnya saling kenal dan hang out bersama. Juga, selalu mendapat teman-teman baru dari berbagai negara.
– Selain dari segi kebersihan dan ketepatan jadwal, apa saja sih yang menurut lo adalah point plus penyelenggaraan pentas musik di luar negeri ?
Kalau kebersihan sih menurut gue sama saja dengan festival musik lokal. Maksudnya, beres event pasti kotor tapi ada tim kebersihan yang membereskannya.
– Kira-kira apa yang perlu diterapkan oleh para promotor lokal agar konser yang diselenggarakan disini bisa se-proper konser-konser di luar negeri ? Sejauh pemantauan lo selama lo menyaksikan banyak pentas disana.
Ah promotor sih banyak ya. Sekarang venue-nya yang nggak available disini, sayangnya. Enaknya kalau di luar itu ada bar circuit, jadi band kecil/baru bisa tour dari bar ke bar. Kapasitas antara 50 hingga 300 hingga 3000 orang juga ada, jadi aman. Dan fans musik membeli minuman di bar, jadi si bar juga dapat pemasukan bagus. Kalau disini, seringnya orang bawa minuman sendiri jadi bar/klub nggak ada pemasukan.
Ketika venuenya tutup karena tekor, baru mereka ikut kehilangan. Kalau yang berkesan, adalah tim produksi lokal yang profesional dan cekatan. Tiap band di sebuah stage dibantu oleh tim produksi ini sehingga maksimal. Untuk touring bands yang tidak membawa kru, ini sangat membantu.
– Terakhir, sudah pernah menonton Motorhead ? Kalau sudah, bagaimana rasanya ? Kalau belum, menyesal ngga karena Lemmy sudah meinggal ?
Sudah, di British Summer Time, London. Senang, tapi di festival yang sama ada Faith No More dan Black Sabbath yang ternyata lebih pecah performanya. Waktu itu Lemmy sudah terlihat agak sakit jadi agak susah kalau mau dibilang dia tampil maksimal.
sendal
13/03/2017 at 9:15 pm
the real rock n rol