Linkin Park : FROM ZERO WORLD TOUR 2025 Baca Infonya Disini×
Connect with us

Featured

Interview: Terbujurkaku “Bugil-Bugilan”

Diterbitkan

pada

Tahun 2007, terbentuklah sebuah proyek musik yang cukup fenomenal karena ‘mencampurkan’ unsur dangdut dengan musik electronik khususnya breakcore dan drum and bass. Terbujurkaku merupakan proyek solo yang dikerjakan oleh Phleg di Surabaya. Merilis 7 album bersuasana breakcore dengan unsur dangdut menarik perhatian publik dan media.

2 album terakhir yang berjudul Megamix Album; Volume 1 dan Volume 2 yang dirilis oleh Wastedrockers dan YesNoWave semakin membuka lebar Terbujurkaku ke banyak lapisan komunitas musik hingga meyentuh beberapa pihak yang merasa ‘tersinggung’ dengan ‘pencampuran’ kedua unsur musik ini.

Dalam perjalanan study di Bandung, Gigsplay mewawancarai Terbujurkaku tentang musik dangdut hingga ‘bugil-bugilan’. Kita simak wawancaranya di bawah ini.

Jika ditarik menjadi 5 kata untuk mendeskripsikan Terbujurkaku, maka 5 kata itu adalah:

– Dancukan (bersifat ke ‘brengsek’)
– Pecah
– Gedek (geleng-geleng)
– Surabaya
– Kasar

Alasan memilih dangdut menjadi basic musiknya?

Karena gampang, gampang dari segi teknis, misalnya beat musik dangdut itu banyak yang cepet, terus gampang cari samplenya. Selain itu untuk non teknisnya dangdut adalah local content, dan local content sebenernya banyak selain dangdut, tapi dangdut itu lebih urban dan massal aja buat aku.

Proses kreatif Terbujurkaku

Karena intensitas aku dengerin musik di radio itu lumayan tinggi, khususnya radio dangdut di Surabaya, seperti pas lagi di warung kopi atau nongkrong bareng teman-teman di Surabaya sambil maen kartu, ya radionya itu radio dangdut. Terus, dari situ muncul ide dan inspirasi untuk membuat musik dangdut dicampur dengan breakcore atau any sub genre bass music.

Berarti pada dasarnya suka juga dengan musik breakcore dan sejenisnya ya?

Iya bisa dibilang demikian.

Nah, beberapa kali melihat Terbujurkaku mengenakan topeng, baik itu di panggung atau pun promo media.

Oh ya, topeng itu namanya Cakil, dia adalah tokoh pewayangan Jawa yang memiliki sifat dan karakter paling frontal kalo ngomong, terus kalo perang dia selalu maju paling depan, tapi dia mati karena kerisnya sendiri. Nah, aku sih pake topeng Cakil itu awalnya iseng aja, nemu di pinggir jalan, ada semacam pasar loak, terus ya udah dipake aja dan dirasa lumayan juga lah bisa bikin karakter sendiri.

Selalu ada cerita menarik di awal perjalanan musik, seperti respond publik. Bagaimana cerita Terbujurkaku?

Respon pertama itu hampir ada kata ‘asu’. Pas dibagi-bagiin ke temen-temen, mereka tertawa dan kagum karena ‘kok bisa ya’?

Ada respon dari musisi yang diremix

Belum ada sih, karena selama ini lagu-lagu dangdut kontraknya itu beli putus, jadi hak ciptanya agak samar.

Ada ga sih yang order pengen di-remix gitu?

Ada, seperti Call Me Nancy dari Surabaya, dan beberapa band yang masih dalam proses pengerjaan menunggu datangnya ilham.

2 panggung terbaik?

Tahun 2010, nama acaranya lupa, pastinya sih di surabaya, temenku cuma ada yang pake celana dalam dan dia goyang terus di panggung, penonton lain pada crowd surfing sambil goyang. Terus pada tahun 2013 di Surabaya juga, di acara Electro:work (lupa volume-nya), kebetulan waktu itu semacam farewell party di Surabaya, aku dibugilin di panggung waktu main, terus penonton menyambutnya dengan bugil dan crowd surfing terus botol-botol beer bertebaran, karena acaranya di Komplek Balai Pemuda, bangunannya itu punya pemkot, maka acara dihentikan dengan hormat. Berhenti dan melakukan gerakan hormat.

Panggung terakhir di Bandung ada yang bugil juga, 2 panggung terbaik ada yang bugil juga. Kenapa ya?

Mungkin karena terbawa suasana dan tingkat birahinya meledak, tapi rata-rata sih penonton ikut mendominasi mic saling berkaraoke bersama.

Kamu itu lulusan Psikologi Unair, musik dangdut dipandang dari Psikologi itu bagaimana hubungannya

Sebenernya ga ada, ini hanya masalah selera musik.

Kalo gitu, musik dari segi psikologi

Paling sih ada tentang musik yang bisa dibuat semacam terapi, untuk healing dan lain sebagainya, cuma aku ga begitu paham karena lulus aja lama mas.

Pendapat tentang EDM

Sebenernya sih aku penasaran, para penikmat dan musisi EDM itu tau ga sih root musicnya? Karena yang aku tau itu hanya IDM. Udah sih gitu aja, asal jangan cuma bawaan trend aja terus akhirnya mati.

Dulu sempat ‘rame’ antara Terbujurkaku dan Jerome Java Bass. Apa sebenarnya yang terjadi.

Asu, ini luka lama diungkit lagi. Jadi, sebenernya kesalahpahaman aja tentang selera musik. Ya dangdut itu tidak bisa sepenuhnya dinilai musik untuk kalangan tertentu saja yang banyak dicap ‘rendah’. Tapi, kenapa ketika ‘digabungin’ sama musik seperti drum and bass kok malah menimbulkan sebuah perdebatan.

Perdebatannya seperti apa?

Ya ketika ‘digabungin’ itu ada pro dan kontra, misalnya dangdut itu ‘merusak’ image drum and bass.

Padahal?

Padahal (cmiiw) musik seperti drum and bass, UK hardcore, UK garage dan sebagainya di negeri asalnya (Inggris) juga dinikmati sama kelas-kelas ‘bawah’. Terus opo’o?

Okay, pernah main di acara khusus EDM atau drum and bass?

Pernah dong, tapi ya gigs kecil di Surabaya, kalo mau nanggap aku boleh lho, misalnya buat di DWP atau acara apa aja, dijamin ada yang bugil.

Sekarang lagi sibuk apa?

Ngumpulin duit buat nikah

Kalo kesibukan di musik?

Semoga tahun ini Terbujurkaku rilis Megamix Album, Volume. 3

Kapan bubar?

Ga bakal bubar.

 

Terbujurkaku. Foto oleh Irockumentary

Terbujurkaku. Foto oleh Irockumentary

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *