New Tracks
Jelaga Menyapa Pelan Lewat “Kisah Sehari”, Lagu Tentang Hal-Hal Kecil Yang Menghilang

Dari tengah hiruk-pikuk Jakarta yang tak pernah benar-benar sepi, lahirlah Jelaga, unit pop alternatif yang memilih berbicara pelan di antara kebisingan. Melalui single perdananya yang berjudul “Kisah Sehari”, Jelaga memperkenalkan diri dengan cara yang sederhana, namun justru mampu menyentuh hati lewat kepekaan yang ditampilkan.
Lagu ini dirilis di semua platform digital pada 27 Juni 2025, dan menjadi pengantar pertama dari band yang terdiri dari lima personel: Nadief (vokal), Reyhan (gitar), Dinan (bass), Aldi (gitar & synth), dan Zikry (drum).
“Kisah Sehari” mengisahkan tentang kehilangan-kehilangan kecil yang sering kita anggap sepele. Ini bukan tentang patah hati yang besar atau drama hidup yang menggelegar, melainkan tentang hal-hal kecil yang sering kali kita abaikan: kebiasaan yang perlahan menghilang, suara yang tak terdengar lagi, atau benda-benda kecil yang dulunya akrab namun kini entah ke mana.
Lagu ini lahir dari satu pertanyaan reflektif yang sangat manusiawi: mengapa kita baru menyadari nilai sesuatu setelah hal itu tidak ada lagi?
Ditulis oleh Agung Prasetyo, “Kisah Sehari” membingkai emosi dengan cara yang lembut dan jujur. Bait seperti “Seindah itulah nestapa yang kau pancarkan” disampaikan bukan dalam ledakan dramatis, melainkan lewat nuansa yang tenang dan pasrah, seperti seseorang yang berdiri sendiri di tengah keramaian, mengenang hal-hal sederhana yang ternyata meninggalkan kekosongan besar saat hilang.
Secara musikal, Jelaga memilih pendekatan yang penuh nuansa. Gitar mengalun pelan, dipadu dengan lapisan synth yang tipis, serta permainan ritme yang tenang. Vokal Nadief hadir sebagai suara pencerita, dan harmonisasi yang dibangun di sekelilingnya menciptakan kesan hangat. Ada unsur Baroque Pop yang halus, percikan soft rock, dan aroma psikedelia yang samar, semuanya menyatu dalam satu lanskap bunyi yang terasa sangat personal.
Alih-alih memberi solusi atau jawaban, “Kisah Sehari” hadir sebagai teman seperjalanan. Lagu ini tidak memaksa untuk dimengerti, tapi memberi ruang bagi pendengarnya untuk mengingat dan merasa. Jelaga tak ingin memekakkan telinga; mereka lebih memilih menyentuh pelan dan diam-diam menetap dalam ingatan.
“Alih-alih memberi solusi atau jawaban, “Kisah Sehari” hadir sebagai teman seperjalanan.”
Nama Jelaga sendiri mengisyaratkan sesuatu yang tersisa setelah semua terbakar, dan mungkin itulah yang mereka bawa dalam musik mereka: sisa rasa, bayang-bayang hangat dari sesuatu yang pernah ada. Mereka bukan band yang tampil mencolok, tapi justru dari kesederhanaan itulah kekuatan mereka memancar.
Lewat “Kisah Sehari”, Jelaga membuka bab pertamanya dengan kejujuran yang mengendap. Ini bukan hanya lagu pengantar tidur, tapi pengantar perenungan. Dan jika ini adalah awal dari perjalanan mereka, maka jelas Jelaga patut diperhatikan, bukan karena kerasnya suara mereka, tapi karena lembutnya dampak yang mereka tinggalkan.