Connect with us

International

Jesse Mccartney Rilis Ep Baru ‘All’s Well’ Sebagai Bentuk Ekspresi Diri

Profile photo ofstreamous

Diterbitkan

pada

Jesse Mccartney
Photo Sam Damashek / Secret Signals

Melanjutkan perjalanan sebagai musisi independen dari album ‘New Stage’ miliknya yang dirilis pada tahun 2021 lalu, Jesse McCartney hari ini merilis EP terbarunya berjudul ‘All’s Well’ yang menjadi langkah baru Jesse dalam mengekspresikan dirinya yang sesungguhnya seraya ia mengesampingkan segala ekspektasi dan melawan status quo . Menampilkan lima buah lagu, EP ‘All’s Well’ disetir oleh warna vokal Jesse yang kita semua kenal, namun suara khasnya tersebut terdengar lebih dewasa dan soulful.

Jesse Mccartney - All's WellGaya musik pop klasik di era 70-an seperti Hall and Oates yang dipadukan dengan gaya musik postmodern dihadirkan sepanjang EP terbarunya. Single pertama dari EP ini, “Faux Fur”, yang turut diproduseri oleh Morgan Taylor Reid dan Andrew Dixon, merupakan contoh nyata dari perspektif Jesse yang telah tumbuh dewasa sebagai seorang musisi dan dapat disandingkan dengan lagu-lagu retro R&B dari DeBarge dan juga Bruno Mars. “Some things can’t buy / Your heart your time / Your hand in mine” nyanyi Jesse McCartney, di atas suara siulan yang menggema, iringan gitar akustik, dan juga suara bass yang lezat.

Nuansa di lagu “Faux Fur” yang kemudian berevolusi menjadi groove serba lembut dan memikat merupakan gambaran suasana dari keseluruhan EP ini. Jesse bekerja sama dengan produser Morgan Taylor Reid – yang pernah berkolaborasi dengan Backstreet Boys – untuk tiga lagu di EP ‘All’s Well’. Sketsa awal dari lagu-lagu tersebut lalu dibawa ke tingkat yang lebih tinggi dengan memaksimalkan elemen-elemen yang mewarnai lagu-lagu itu mulai dari instrumen angin, gitar, sampai synth. Semuanya dapat direalisasikan berkat format live band yang mereka pilih. “Bagiku, dengan mencoba mendorong metode seperti ini bisa menjadi sebuah terobosan besar untuk gaya musikku yang selama ini orang-orang ketahui. Selain itu dengan kehadiran live band pada proses rekaman bisa menentukan suasana atau pun tema besar secara musik dalam proyek EP ini,” ujar Jesse. Nuansa musik dekade 1970-an di ‘All’s Well’ dipastikan akan menggugah semua pendengarnya saat disandingkan dengan lirisisme Jesse yang cerdik.

Tidak ada lagu yang lebih baik untuk mencerminkan EP ini selain lagu “Make a Baby”. Diproduseri oleh trio The Elev3n yang telah berkolaborasi dengan Meghan Trainor dan Sean Kingston, “Make a Baby” merupakan lagu yang memadukan gaya produksi musik R&B dekade 2000-an ala Timbaland dan musik pop/R&B modern generasi hari ini. Sisi Jesse yang paling menggoda dapat terdengar dengan jelas di “Make A Baby” di mana rapper Yung Gravy turut dihadirkan untuk membuka lagu ini dan turut menyumbangkan baitnya sendiri. Jika didengarkan baik-baik, setiap lirik penuh hasrat yang dinyanyikan oleh Jesse dipasangkan dengan lirik terkait penjadwalan jam-jam bercinta untuk membuat bayi sungguhan. Sementara itu, lirik-lirik yang dibawakan oleh Yung Gravy terdengar seperti seakan ia butuh diyakinkan bahwa “membuat bayi” adalah ide yang bagus.

Yung Gravy dan aku telah berbicara selama beberapa bulan tentang melakukan sebuah proyek bersama, namun tidak pernah terwujud karena jadwal kita selalu bentrok,” ungkap McCartney. “Kemudian, suatu hari ketika aku sedang ada sesi workshop di LA, aku membuat sebuah chorus lagu yang aku pikir sangat cocok untuk Gravy. Aku langsung mengirimkan rekaman chorus tersebut dan ia langsung menyukainya. Tidak lama setelah itu Gravy langsung merekam bagian verse yang ia akan nyanyikan”. Tentang pengalamannya bekerja sama dengan Jesse McCartney, Gravy menambahkan “Jesse adalah seorang legenda. Ia sangat berbakat, dan kami sangat cocok dengan satu sama lain. Ketika ia mengirimkan chorus lagu itu, aku tahu lagu ini akan menjadi sebuah hit!”

“Make a Baby” merupakan lagu yang memiliki arti yang lebih besar dari judulnya karena Jesse dan istrinya Katie memang ingin memulai membangun keluarga kecil mereka sendiri. “Proses sesungguhnya dalam membangun sebuah keluarga bukanlah hal yang seksi. Banyak sekali momen di mana semua itu harus dijadwalkan,” tawa Jesse. ”Aku ingin membuat semua ini tetap asyik dan juga seru, namun aku juga ingin memberikan gambaran di mana ada sebuah perkembangan di aspek kehidupanku. Kini aku bernyanyi tentang membuat sebuah bayi dibandingkan ‘leaving on a G5,’” kata McCartney sambil memberikan referensi lagu lamanya.

Dengan dua single yang sudah dirilis dan EP terbarunya ‘All’s Well’ yang akan rilis bulan depan, para penggemar Jesse McCartney bisa menantikan lagu-lagu yang serba seksi, lucu, hingga romantis. Tema-tema seputar kesehatan mental dan ruang emosional seseorang juga akan hadir, semuanya sekaligus mencakup evolusi McCartney sebagai seorang musisi.

Dengan lebih dari 2.4 miliar stream secara global dan juga hampir 800 juta view di YouTube, Jesse McCartney siap untuk kembali mengguncang dunia musik. Sepanjang karirnya, Jesse McCartney telah membangun fanbase yang kuat di Asia terutama di kawasan Asia Tenggara. Secara global, peringkat 10 besar untuk stream terbanyak Jesse adalah Filipina di peringkat #2, Thailand di #4, Indonesia di peringkat #8, Malaysia di peringkat #7, dan Singapura di peringkat #13.

Di sisi lain, Jesse juga mempersembahkan sebuah lagu yang tidak kalah jujurnya yaitu lagu yang berjudul “The Well”. Lagu tersebut menemukan Jesse yang sedang merasa terjebak di dalam sebuah lubang gelap di mana ia tak ingin keluar. “Pasca pandemi, dengan kondisi mental yang dialami oleh banyak kaum muda, semua orang merasa sedang memikul beban yang mereka tidak inginkan,” kata Jesse. Lagu ini datang ke Jesse dalam sebuah momen di mana ia sedang menulis sebuah puisi di tengah malam. Morgan Taylor Reid kemudian mencoba memberikan beberapa progresi chord ala The Beatles untuk mengiringi sajak yang ditulis oleh Jesse. “Any light from this far down just feels too far away,” begitu ia keluhkan pada bagian bridge dari lagu tersebut. Jesse juga menambahkan “Pada akhirnya ada rasa halnya sebuah penebusan. Bagiku hal itu adalah kehadiran istriku yang merupakan sosok yang menarik saya keluar dari lubang tersebut.”

Lagu keempat, “Silver Spoon”, membawa nuansa lagu “Rich Girl” karya Hall and Oates di bagian bass yang kemudian diubah menjadi sebuah lagu pop-soul modern. Dibalut dengan suara bass, backing vokal yang penuh warna, bagian horns, dan juga perkusi yang bersemangat, McCartney menyanyikan tentang seorang perempuan yang hidup dengan penuh privilese. “Lagu ini terinspirasi oleh seseorang yang aku kenal yang sangat baik yang tidak memiliki paham betapa berharganya uang atau seberapa beruntungnya dia, tetapi lagu ini dibuat seolah-olah lagu ini sedang membicarakan beberapa orang yang aku ketahui di LA,” jelas Jesse sambil tertawa. “Ada kesedihan dari beberapa orang yang datang dari keluarga yang kaya, mereka mencoba mengisi rasa kekosongan yang mereka miliki dengan menghamburkan hartanya untuk membeli, menghabiskan uang, dan pergi berliburan”. Suara falsetto Jesse terdengar saling bergantian dengan bait-bait bernuansa stakato yang ia nyanyikan. Hasilnya adalah lagu yang mengajak semua pendengarnya untuk berdansa.

Untuk menutup EP ini, Jesse menghadirkan versi solo dari lagu “Make A Baby”. Berbeda dengan lagu aslinya yang menampilkan Yung Gravy, versi solo ini hanya menghadirkan bass, synth, dan vokal Jesse yang menghadirkan suasana yang terasa lebih intim.

Di EP ‘All’s Well’ kita dapat mendengar sosok Jesse yang sedang merayakan kebebasannya dalam berkarya sebagai musisi independen yang sudah ia nikmati lewat dua album terakhirnya. “Aku sedang berada di situasi di mana aku bisa memilih lagu-lagu yang aku ingin rilis, kapan aku mau merilis lagu tersebut dan rasanya semua ide yang aku miliki bisa dieksekusi lebih cepat. Lalu aku bisa beralih ke ide selanjutnya apabila aku sudah selesai menggarap sesuatu dibandingkan aku hanya diam, dan duduk menunggu menyusun sebuah album yang bagiku tidak terasa alami,” kata Jesse. “Aku bisa bekerja sama dengan para penulis lagu yang aku kagumi, produser berbakat yang aku sukai dan juga yang aku anggap sebagai teman dekat. Selalu akan ada penggemar yang menyukai lagu-lagu konyol, sedangkan ada juga yang menyukai lagu-lagu yang lebih emosional, tetapi kini aku menemukan tidak ada lagi aturan yang bisa mengikatku untuk tidak melakukan sesuatu, dan aku pun tau bahwa aku mampu menjalani semua ini. Aku kini juga cenderung sedikit peduli dengan apa yang orang pikirkan tentangku, pada akhirnya kita harus bangga dengan apa yang kita lakukan, dan segala macam perjuangan yang kita lalui. Kini aku mengerti makna dari menjadi diri sendiri.”

Dengan lebih dari 2.4 miliar stream secara global dan juga hampir 800 juta view di YouTube, Jesse McCartney siap untuk kembali mengguncang dunia musik.

 

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *