New Tracks
LAZIM Ekspresikan Amarah Di “Sinis”, Gelora Punk Britania Dan Rock Indonesia

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/03/Lazim.jpg&description=LAZIM Ekspresikan Amarah Di “Sinis”, Gelora Punk Britania Dan Rock Indonesia', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Terinspirasi oleh gelora musik punk Britania Raya dan energi raw rock Indonesia era 90-an hingga awal 2000-an, LAZIM, band asal Cibubur, Jakarta Timur, meluncurkan single terbaru berjudul “Sinis”. Lagu ini menjadi medium bagi mereka untuk mengekspresikan gejolak emosi, konflik batin, serta pergulatan antara tuntutan rumah tangga dan pencarian jati diri.
Sebagai kelompok musik yang mengusung semangat kelas pekerja, LAZIM tidak hanya berambisi menciptakan musik yang mengguncang panggung, tetapi juga menjadi corak suara bagi perjuangan masyarakat suburban yang terjepit dalam rutinitas keras kehidupan modern.
“Sinis” berawal dari sesi improvisasi di sebuah studio kecil di Jakarta. Melodi sederhana yang awalnya hanya dimainkan sebagai eksperimen, berkembang menjadi komposisi utuh yang sarat emosi.
Lagu ini menyentuh tema universal yang dekat dengan realita banyak orang, terutama generasi muda yang baru memasuki fase “seperempat abad”—masa di mana keraguan, kegelisahan, dan pencarian identitas kerap mencapai puncaknya. LAZIM secara blak-blakan mengungkap kemarahan terhadap dilema klasik: tunduk pada norma sosial atau bertahan pada prinsip diri.
Musik “Sinis” dirajut dari perpaduan genre shoegaze dan grunge pada riff gitar, aliran post-punk pada bass, serta dentuman drum dan vokal yang menghidupkan kembali semangat rock Indonesia era 2000-an. Proses rekaman digarap di Palm House Studio, Pejaten, Jakarta Selatan—studio legendaris yang pernah menjadi tempat lahirnya karya-karya The Panturas, Kelompok Penerbang Roket, dan Kalulla.
Untuk mixing dan mastering, LAZIM menggandeng Firas Aditya (personel band Rachun) di Studio Potlot, menghasilkan suara yang mengingatkan pada band punk Dublin seperti Fontaines D.C. dan The Murder Capital, namun tetap menyisipkan aroma lokal ala Koil dan Slank.
Lirik “Sinis” ditulis dengan bahasa lugas namun penuh pesimisme, seolah memaksa pendengar untuk merenungi kembali “rumah” yang mungkin telah lama terlupakan—baik secara harfiah maupun metaforis. Nuansa gelap tidak hanya terasa dari musik, tetapi juga dari visual art cover single ini.
LAZIM berkolaborasi dengan ilustrator Jakarta, commonsssense, yang terinspirasi dari pengalaman pribadinya sebagai komuter sekaligus refleksi atas lirik lagu. Karya seni tersebut dibuat dengan teknik mix media: coretan tinta di atas kertas yang diolah secara digital, menggambarkan kekacauan hidup yang kerap tak terelakkan.
Sebagai single pertama menuju album perdana, “Sinis” menjadi pintu gerbang bagi LAZIM untuk memperkenalkan identitas musikal mereka yang gelap namun penuh kedalaman. Sepanjang tahun ini, band ini akan merilis beberapa lagu lain yang nantinya tergabung dalam album lengkap.
“Musik pada akhirnya adalah tentang menemukan kesamaan. Seperti kutipan manis dari @fstvlst: ‘kan kuajak mereka yang merasakan serupa, kan kujemput jiwanya di rumahnya’,” ujar LAZIM dalam pernyataan resminya.
“Sinis” telah tersedia di seluruh platform musik digital sejak Minggu, 9 Maret 2025.
Lewat lagu ini, LAZIM mengajak pendengar untuk menyelami kembali pertanyaan-pertanyaan yang sering diabaikan: Di manakah “rumah” sejati kita? Dan bisakah kita tetap setia pada diri sendiri di tengah desakan dunia yang tak pernah berhenti berisik?