Upcoming Event
LOVE IS Bawa “Made to Believe” Ke Panggung Alur Bunyi 2025
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/04/Alur-Bunyi-2025-LOVE-IS-Made-To-Believe.jpg&description=LOVE IS Bawa “Made to Believe” Ke Panggung Alur Bunyi 2025', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Kuartet jazz LOVE IS siap menghadirkan pertunjukan penuh eksperimen dalam edisi kedua konser “Alur Bunyi” di GoetheHaus Jakarta pada Selasa, 15 April 2025, pukul 19.30 WIB.
Grup yang terdiri dari Jason Mountario (bass), Sri Hanuraga (piano), Kelvin Andreas (drum), dan Rainer James (saksofon) ini akan membawakan delapan komposisi orisinal layaknya sebuah cerita audionaratif yang mengajak penonton merasakan perpaduan konsep dan emosi melalui alunan kontemporer.
Pertunjukan bertajuk “LOVE IS: MADE TO BELIEVE” ini menandai kembalinya mereka ke panggung dengan format kuartet, menawarkan pengalaman musikal yang lebih dinamis dibanding penampilan sebelumnya.
Menurut Elizabeth Soegiharto, Koordinator Program Goethe-Institut Indonesien, konsep pertunjukan kali ini mengedepankan eksplorasi spontanitas liar yang dipadukan dengan struktur penuh kejutan. “LOVE IS ingin mengajak audiens tidak sekadar memahami, tetapi benar-benar mengalami musik sebagai sebuah perjalanan imajinatif,” ujarnya.
Melalui komposisi-komposisi yang dirancang sebagai narasi, penonton diajak membayangkan suatu entitas tempat di mana bunyi menjadi poros utama. Lapisan konsep musikal yang dibentangkan mencakup nuansa berani, nostalgia, abstrak, mengalir, hingga epik, dengan inti pesan: “Percaya”—sebuah mantra yang menekankan pentingnya merasakan ketimbang sekadar mengintelektualisasi musik.
Kisah audionaratif ini diramu dari album terbaru mereka, ‘Made to Believe‘, yang menjadi kelanjutan dari album perdana bertajuk ‘LOVE IS’ (2023). Delapan komposisi seperti “One Big if”, “Fetus Fantasy”, “Spoiled Spoilers”, hingga “Kindergarten” akan ditampilkan secara utuh, menciptakan ruang bagi penonton untuk menafsirkan alur cerita sesuai imajinasi masing-masing.
Jason Mountario, selaku komposer utama, menjelaskan bahwa materi ini lahir dari improvisasi bebas yang kemudian dipoles menjadi struktur tertata, namun tetap mempertahankan esensi kebebasan ekspresi.
Selain menikmati pertunjukan, audiens akan berkesempatan berinteraksi langsung dengan musisi dalam sesi tanya jawab usai konser. Momen ini diharapkan dapat mengungkap proses kreatif di balik karya yang menggabungkan kompleksitas harmonis dengan emosi mentah tersebut.
Perubahan formasi dari trio menjadi kuartet turut menjadi sorotan. Kehadiran Rainer James sebagai pemain saksofon tidak hanya menambah dimensi tekstur musikal, tetapi juga memperkaya dinamika kolaborasi antaranggota. “Dengan formasi baru, energi yang tercipta lebih cair dan tak terduga,” tambah Sri Hanuraga, pianis yang kerap dikenal dengan eksplorasinya di genre jazz kontemporer.
Pertunjukan gratis ini terbuka untuk umum melalui registrasi di situs www.goers.co/alurbunyi15april. Dengan kapasitas terbatas, Goethe-Institut mengimbau calon penonton segera mendaftar guna mengamankan tempat.
Konser “Alur Bunyi” edisi kedua ini tidak hanya menjadi panggung apresiasi musik, tetapi juga undangan untuk merenungi makna “kepercayaan” melalui medium bunyi yang menyentuh jiwa.