New Albums
Menyusul Penggunaan Musiknya di Konten-Konten Bergengsi, We Are Neurotic Melepas Album “You Are Not Even Close”
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2023/11/We-Are-Neurotic-1000x600.jpg&description=Menyusul Penggunaan Musiknya di Konten-Konten Bergengsi, We Are Neurotic Melepas Album “You Are Not Even Close”', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Setelah karyanya menjadi sorotan di komunitas-komunitas dalam jaringan yang kemudian menuju ke penggunaannya di konten-konten bergengsi, pada 17 Maret 2023 grup musik funk/disco/house asal Jakarta, We Are Neurotic, melepas album penuh “You Are Not Even Close” ke platform-platform musik digital melalui label rekaman mereka, Atas Music.
Diproduseri oleh anggota band sekaligus multi-instrumentalis Jonathan Mono dan Karel William, “You Are Not Even Close” juga menandakan kelahiran kembali dari Neurotic, proyek solonya Mono didukung sejumlah musisi yang bergonta-ganti, menjadi We Are Neurotic, sebuah trio yang terdiri dari Mono, Karel dan bassis Yosaviano Santoso. Namun proses menuju album tersebut melalui jalan yang berliku-liku.
Setelah berkecimpung sejak 2020 di laman Discord milik duo musik elektronik asal Inggris, Disclosure, We Are Neurotic memanfaatkan pelajaran produksi musik, nasihat karier dan kenalan baru yang didapat di sana dan menerapkannya sepanjang tahun 2021 dengan membuat komposisi orisinil dan mengunggahnya dalam bentuk video 60 detik ke akun Instagram mereka yang kemudian menarik perhatian dari pendengar baru dan pihak berminat lainnya. “Lewat reels, ternyata perusahaan rekaman dari luar negeri dengan mudahnya menghubungi kami lewat Instagram dan bilang, ‘Kami mau pakai ini,’ ” kata Mono.
Dengan bantuan Edan Frei dari duo asal Los Angeles, B00TY, empat dari komposisi We Are Neurotic dipakai di film dokumenter The Beauty of Blackness produksi Sephora yang ditayangkan oleh HBO Max. Sementara itu, Lucas Taewook Kang alias 3kelves, artis kelahiran Korea Selatan yang bermukim di San Francisco – yang juga adalah bagian dari kolektif C3DO yang didirikannya bersama We Are Neurotic dan produser Belanda-Amerika Dylan C. Greene – menyebarluaskan komposisi lainnya yang akhirnya dipakai di kampanye promosi Samsung untuk telepon seluler Galaxy S23 di Korea Selatan maupun seluruh dunia. Dari sana, benih-benih untuk album “You Are Not Even Close” mulai berakar.
“Kami bertemu secara daring setiap hari bersama Lucas dan Dylan, dan mereka berdua beride untuk menyelesaikan musiknya menjadi album, jadi kalau ada yang mencari lagu-lagunya di aplikasi Shazam akan diarahkan ke lagu-lagu kami yang lainnya di layanan streaming,” kata Mono. “Pertimbangan utamanya adalah bagaimana menjaga agar musik yang menjadi bagian dari iklan atau dokumenter itu tetap ada agar masih bisa dideteksi oleh Shazam, sambil menjaga keseimbangan dengan tetap punya ruang untuk eksplorasi dan membuat delapan lagu ini menjadi album yang utuh.”
Dalam bentuknya yang utuh tersebut, lagu-lagu di You Are Not Close Enough mencakup berbagai emosi, mulai dari melankolis (“Mendung”) dan menentang (“Ambisi”) hingga riang (“Mentari”) dan sinis (“Semesta”), dan diiringi musik yang dijamin akan membuat Anda menganggukkan kepala dan menggoyangkan tubuh. Walau – atau justru karena – pendengar mereka sekarang lebih banyak dari luar Indonesia, lebih dari separuh lirik album ini berbahasa Indonesia, termasuk “Cipulir Disco Funk”. Menurut Karel, “Liriknya sengaja dibuat menggunakan bahasa Indonesia karena saran dari Lucas dan Dylan yang bilang itu membuat musik kami terdengar unik.”
Sementara itu, proses rekaman “You Are Not Even Close” bersifat rumahan dengan Mono dan Karel bergantian menangani produksi di Atas Music, studio pribadinya Mono. Putri Mono, Summer Snow, dan istri Mono, Cinta Ruhama Amelz, masing-masing menyumbang vokal di lagu “Mentari” dan monolog di lagu “Hujan”. Bahkan lukisan oleh mendiang seniman legendaris Wagiono dapat digunakan sebagai kover album antara lain karena cucu sang maestro tersebut belajar piano dari Mono di rumahnya. “Iman Anggoro, putranya Wagiono, selalu bercerita kalau warisan terbesar yang ditinggalkan ayahnya adalah karya-karya seninya, dan dia akan dengan senang hati mengizinkan kami menggunakan karya peninggalan ayahnya,” kata Mono.
Secara keseluruhan, “You Are Not Even Close” adalah kelahiran kembali yang memikat dari We Are Neurotic, dan bukti bahwa ada banyak cara untuk membuat musik kita disimak dan bahkan menjangkau pendengar di seluruh dunia. “Mudah-mudahan album ini memperkenalkan kembali We Are Neurotic kepada publik. Selain itu, “You Are Not Even Close” adalah karya yang mewakili perjalanan We Are Neurotic sampai momen ini,” kata Yosa. “Album berikutnya pasti akan berbeda karena momennya akan bertambah.”