New Albums
Ministry Of Rilis Album Perdana “Reverie”, Usung Nuansa Indie Rock Melankolis 80-an

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/04/Ministry-Of-Band.jpg&description=Ministry Of Rilis Album Perdana “Reverie”, Usung Nuansa Indie Rock Melankolis 80-an', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Kuarter indie rock dari Jakarta, Ministry Of, baru saja merilis album perdana mereka yang berjudul ‘Reverie’ pada Jumat (25/4). Setelah merilis separuh dari lagu-lagu secara bertahap sejak tahun 2021, album ini kini hadir dengan 10 trek yang bisa dinikmati di berbagai platform musik digital di bawah label Fictional Records. Bagi para penggemar format fisik, kaset dan CD ‘Reverie’ juga tersedia melalui Slang Church, label dari Amerika Serikat.
Berdiri sejak 2020, Ministry Of diisi oleh Yudit Halim (gitar), Ignatius Ryandika (drum), Ernest Theodore (vokal, gitar), dan Gonzaga Sidharta (bas). Proyek ‘Reverie’ dimulai dengan meluncurkan lima lagu secara independen: “Ages”, “Stories”, “Horoscope” (menampilkan Finna Amalia), “Distance”, dan “Ceiling”.
Kini, kelima lagu tersebut disempurnakan dengan lima komposisi baru: “Confinement”, “Vessel”, “Lost Souls” (kolaborasi dengan Hagai Batara), “Reverie”, dan “Freedom”.
Proses kreatif album ini tergolong panjang. Ministry Of mengaku mulai menulis materi sejak tahun 2020 dan merekamnya secara bertahap dari tahun 2021 hingga awal 2024.
“Rekamannya dilakukan secara iteratif karena kesibukan masing-masing personel,” ungkap perwakilan Ministry Of sambil tertawa. Mereka menggunakan tiga studio yang berbeda—Fictional Studio, Studio Teras Belakang, dan Emic Etic Studio—dengan dukungan dari produser Dimas Radityo, Johanes Abiyoso, dan Pandu Fuzztoni yang terlibat dalam proses produksi hingga pasca-produksi.
Secara musikal, ‘Reverie’ menggabungkan energi indie pop dan dream pop dari era 80-90-an dengan polesan indie rock kontemporer dari tahun 2000-an. Gitar jangly yang khas, vokal lembut yang melankolis, dan produksi hangat bergaya lo-fi menjadi inti dari album ini.
Ministry Of mengaku terinspirasi oleh band-band indie rock dari tahun 2000-2010 seperti Deerhunter, Yuck, dan Real Estate, yang mereka anggap sebagai “generasi penerus” dari suara 80-90-an. “Kami sangat menyukai komposisi gitar yang saling melengkapi, sehingga banyak bagian di ‘Reverie’ diisi dengan arpeggio dan riff jangly,” jelas mereka.
Lirik-lirik dalam ‘Reverie’ banyak menyoroti kegelisahan kolektif di usia seperempat abad. Yudit Halim dan Ignatius Ryandika, sebagai penulis utama, mengangkat tema kontemplatif tentang perjuangan antara impian dan realitas.
“Kita ingin meraih cita-cita, tetapi hidup memiliki batas waktu (‘Ages’). Ingin mencintai seseorang, namun terhalang jarak (‘Distance’). Ingin hidup tenang, tetapi harus berhadapan dengan orang-orang yang mengganggu (‘Stories’ & ‘Lost Souls’), bahkan pikiran sendiri yang sering mengusik ketenangan saat menatap langit-langit (‘Ceiling’),” ungkap mereka. Lagu penutup “Freedom” sengaja didedikasikan untuk solidaritas terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina.
Ke depan, Ministry Of berencana untuk memperluas jangkauan ‘Reverie’ dengan merilis video musik untuk “Freedom” serta melakukan tur keliling Indonesia bersama Subsonic Eye dan Curb pada bulan Juni mendatang, mencakup kota-kota seperti Surabaya, Solo, Bandung, Bogor, dan Jakarta.
Mereka juga berencana merilis album ini dalam format piringan hitam melalui Loide Records dan menggelar konser peluncurannya bersama Pesona Experience.