Connect with us

Articles

Musik Korea Bukan Hanya Tentang Boy Band

Diterbitkan

pada

Apa sih yang terbesit ketika mendengar kata Korea? Pasti sesuatu yang berhubungan dengan girls band dan boys band atau bahkan drama percintaannya. Memang hal itu dekat sama Korea, dan Saya ingin berbagi beberapa hal menarik tentang Korea, tentu saja selain K-Pop.

Jujur, awalnya Saya tertarik dengan Korea karena drama “Boys Before Flower”, yang bercerita tentang empat pria tampan dan kaya itu yang lebih dikenal dengan sebutan F4. But i’m not that freak to Korean drama, I just love the main character on that drama. Apa yang Saya lihat pada perfilman drama memang dipenuhi manusia ganteng dan cantik. Musik juga menjadi salah satu hal yang menarik dari negara ini.

Banyak orang tergila-gila dengan K-Pop bahkan negara kita pun latah dengan fenomena ini. Saya penasaran dengan jenis musik lain di Korea dan mulai bertanya kepada teman Korea di mana Saya bisa menonton live music rock, reggae, jazz, hard core dan lainnya.

Hongdae, adalah sebuah area di Seoul yang menjadi pusat keramaian anak muda Korea di malam Minggu. Letaknya yaitu di Hongik University, sebuah universitas yang terkenal dengan art dan design-nya. Tidak diragukan lagi di sini banyak sekali tempat hiburan dan menjadi salah satu tujuan wisata. Fashion mereka nyentrik dan menarik layaknya mahasiswa seni rupa pada umumnya.

Di sinilah Saya mulai explore another taste of Korean music. Ketika Saya menemukan Hongdae, yes this is my place!. Di Hongdae Saya bisa menemukan rock bar, reggae bar, jazz bar, dan music bar yang menyuguhkan song list Morrissey, Placebo, Mew dengan cozy atmosphere during winter time.

Reggae memang tidak begitu menjadi sesuatu yang menarik bagi masyarakat Korea, mereka lebih menyukai K-Pop. Kebetulan, teman-teman Perancis Saya mempunyai ketertarikan yang sama, yaitu tidak tertarik terhadap K-Pop, they in to reggae music.

Setiap malam Minggu Saya dan beberapa teman sering menghabiskan malam minggu di Hongdae dan mencari tempat hiburan yang tidak memutarkan Korean boys band. Ketika kami menemukan bar “Roots Time” kami merasa sangat nyaman dengan iringan Bob Marley dan beberapa Korean dub reggae.

Bar tersebut memang tidak besar, namun sangat homie. Di sana Saya sempat mengobrol dengan pemilik bar, namanya Shinji dan dia orang Jepang. Kami berbicara tentang musik reggae dan negara Saya, Indonesia. Ketika Saya menyebutkan berasal dari Indonesia, dia langsung memutarkan Ras Muhammad di bar-nya. Wow, ternyata mereka tau Ras Muhammad.

Sebenarnya Saya bukan seseorang yang tahu betul dengan musik ini. Mulai saat itu, setiap malam Minggu kami menghabiskan malam dan mencari bar lainnya yang menjadi “minoritas” interest di sana. Saya sedikit aneh ketika menemukan komunitas reggae karena memang musik reggae bukan sesuatu yang ramai di sana. Biasanya reggae identik dengan dreadlock hair dan black skin, tapi di sini dengan kulit putih dan mata sipit.

Namun kualitas musik reggae yang dihasilkan oleh musisi-musisinya cukup menarik. Tengok saja “Windy City” band reggae yang sudah perform keliling Eropa dan sering maramaikan komunitas reggae di Korea. Saya sempat berkenalan dengan drummer sekaligus vocalist band ini, Kim Banjang.

Dia tidak menyukai boys band dan sebenarnya dia ingin memperkenalkan Korean reggae to all over the world. Jika ingin mendengarkan dub reggae, Saya pergi ke bar lainnya yaitu “Redemption” kebetulan juga Saya kenal dengan pemiliknya dan di sana Saya sudah merasa seperti rumah kedua.

Bibimdub Trio adalah sebuah band dub reggae yang sudah sering perform di beberapa reggae bar di Hongdae, bahkan beberapa wilayah di Korea. Mereka mempunyai reggae radio yang diberi nama Wadada radio dan sering kali mengadakan reggae gigs dengan menampilkan “Wadada All Star”.

Saya juga sering “nongkrong” di Hongdae Park, di sana banyak sekali muda mudi yang berkreasi dari mulai fotografi, live music, street dance, bahkan silent party. Di sana kita bisa berkarya apa saja dan banyak orang yang mengapresiasi. Silent party menjadi salah satu yang menarik juga di mana di tengah keramaian taman, disediakan DJ table lengkap dengan performance DJ dan mereka menyediakan banyak head phone.

Siapa saja boleh mencobanya dengan memberikan kartu pelajar. Suara musik hanya akan terdengar oleh mereka yang memakai headphone saja, maka itu disebut silent party. Tepat di depan Hongdae Park Saya menemukan rock bar, Saya menemukan orang Korea yang memakai tattoo dan itu sangat jarang.

Masih di depan Hongdae park, Saya menemukan jazz club. Okay, let me know another bar yang bisa memutarkan lagu-lagu dari band favorit Saya seperti Mew, Morrissey, Radio Head, Placebo, Cold Play, atau everlasting band seperti Beatles atau Rolling Stone.

Beatles bar, tempat ini menarik perhatian Saya sejak lama. Sampai suatu saat Saya dan teman Saya mengunjungi bar tersebut. Ketika masuk, dari interiornya saja sudah pasti lagu yang diputar pasti dari band-band favorit Saya. Temboknya dipajang banyak cover album, mulai dari Death Cab for Cutie, Mew, Pink Floyd, Beatles, Morrissey, Megadeth, Suede, Aerosmith, Nirvana, Radio Head dan masih banyak lainnya.

Satu lagi yang menarik dari Hongdae, di setiap hari Jumat akhir bulan selalu digelar event ini, yaitu Club Day di mana kita bisa berkeliling semua bar yang ada di list hanya dengan membayar 20 ribu won atau sekitar 160 ribu rupiah. Biasanya tempat hiburan di sana rata-rata harus membayar 10 ribu won atau sekitar 80 ribu rupiah. Hongdae bisa menjadi tujuan wisata kalian yang suka dengan seni dan musik. Ingat, Korea bukan hanya tentang boys band.

 

Tulisan & foto oleh Tami Mauliana

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *