Connect with us

Featured

Musik Makin Dewasa, OLSKI Band Pop Makin Berbahaya

Profile photo ofstreamous

Diterbitkan

pada

Unit Pop asal Yogyakarta, Olski Band, tampaknya cukup nyaman dengan formasi yang ada saat ini. Kenyamanan itu membuat Dicky Mahardika (gitar), Dea Febrina (vokal), Atika Putri Adenia (cajon, drum), dan Sobeh (Glockenspiel, Pianika) kerap tampil memukau di tiap panggung.

Karya-karya mereka seperti “Titik Dua Bintang” yang tahun lalu dilepas ke sejumlah laman dan radio sudah kerap wara-wiri di tangga lagu musik lokal dan sering di-request. Selama empat tahun terakhir, Olski kerap bongkar pasang personel. Pergantian vokalis tiga kali dan satu kali berganti pemain perkusi. Pergantian personel itu tidak mengubah genre musik Olski. Mereka tetap memainkan pop manis yang cukup nyaman didengar. Namun pergantian personel jadi media pendewasaan mereka dalam bermusik.

“Berganti-ganti personil sebenarnya bukan hal yang kami harapkan, tetapi dengan adanya pergantian personel tersebut membuat kami lebih mengenal satu sama lain dan lebih solid dengan formasi yang terakhir. Dalam segi musik kami pun juga mengalami perubahan, karena setiap vokalis memiliki karakter dan referensi yang berbeda. Formasi terakhir ini bagi kami adalah formasi paling solid,” kata Dicki Mahardika.

Pendewasaan musik itu berdampak pada musikalitas mereka. Pop yang mereka bawakan punya notasi kuat dengan pilihan sound yang tepat. Instrumentasi yang dihadirkan leway pianika, glockenspiel, flute, dan riff-riff gitar punya ketepatan nada sehingga nyaman didengar. Fungsi instrumen juga sukses mengantar Dea membawakan tiap tema lagu dengan ceria. Hamparan instrumen dalam karya ini pakemnya Olski dalam membuat karya. Rumus itu pula yang menurut mereka membuat lagu-lagu mereka bisa diterima anak muda.

Kebanyakan materi Olski dekat dengan kehidupan kawula muda masa kini jadi akan mudah diterima dengan baik. Kedekatan itu juga yang bikin karya kami bisa didengarkan sambil senyam-senyum,” sambung Atika ramah.

Era analog nyaris selesai. Zaman digital yang berefek pada munculnya laman pengunggah lagu gratis memudahkan banyak musisi lokal memamerkan karya. Tinggal unggah ke laman lalu diperdengarkan ke khalayak. Album pun jadi pilihan ke sekian sejumlah musisi. Namun bagi Olski, zaman tak mengubah pandangan mereka soal pembuatan album. Dalam waktu dekat mereka pun akan melemparkan album. Bagi mereka, album adalah salah satu presentasi sebuah band kepada para pendengar tentang karya-karya yang mereka buat. Untuk masalah digital dan berbayar itu hanya sebuah promo yang dibuat untuk menaikkan album dari band tersebut. “Album juga jadi pertanggungjawaban band terhadap karya yang mereka repsentasikan. Itu penting buat kami,” sambung Dicki.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *