Flash News
Merchant of Emotion Gelar Pementasan Teater “Sunset Deity”
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2014/12/sunset.jpg&description=Merchant of Emotion Gelar Pementasan Teater “Sunset Deity”', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Satu tahun adalah masa yang cukup panjang untuk sebuah proses: proses pembelajaran, transformasi, hingga menemukan posisi. Satu tahun yang lalu pementasan teater Taraksa yang berdiri di bawah produksi Teater EPIK vol. 5 telah rampung dilaksanakan, meninggalkan banyak jejak cerita dan harapan mengenai scene teater lokal yang kami coba angkat. Begitu pula dengan pasang surut Majalah EPIK yang menaungi semua basis pemikiran kami—begitu banyak pembelajaran yang kami raup untuk mendorong aplikasi harapan-harapan ini secara publik.
Lepas satu tahun setelahnya, kami memutuskan untuk bertransformasi dalam identitas baru, dengan nama Merchant of Emotion. Dengan semangat yang kami harap sudah cukup teramplifikasi, Merchant of Emotion hadir sebagai manifestasi dari cita-cita kami untuk secara aktif memproduksi cerita dengan tiga karakteristik utama, yaitu sarat akan nilai-nilai filosofis, mengusung kemasan yang sesuai dengan generasinya, serta mampu mengkontemporasi aset budaya yang telah lebih dulu ada di Indonesia.
Taraksa, yang diadakan pada 26 dan 27 Februari 2013, meraup lebih dari 1000 pengunjung dalam tiga pementasan. Cercah harap ini menyemangati kita untuk sekali lagi menghadirkan sebuah pementasan teater dengan balutan cerita orisinil; tajuknya, Sunset Deity, di bulan Januari 2015 nanti.
Lalu, hal baru apakah yang akan kami bawakan dalam pementasan ini? Sebelumnya, tentu saja teater ini akan melibatkan cast yang akan bermain peran di atas panggung Teater Tertutup Dago Tea House, Bandung, dengan seluruh aspek teater yang sebelumnya kami hadirkan: dialog, musik, dan koreografi. Tapi selanjutnya, produksi Sunset Deity akan pula melibatkan teknologi video mapping sebagai salah satu fitur penting dalam pementasan yang menunjang cerita dan pemanjaan visual bagi penonton.
Dalam aspek cerita, Sunset Deity sebagai bagian dari sebuah saga besar yang kami namakan Midnight Strangers, akan menceritakan sebuah proses pendewasaan sebuah entitas bernama manusia. Penggambaran proses ini akan dicurahkan dalam satu sosok istimewa, karena ia adalah manusia pertama yang hadir di muka bumi. Pementasan selama satu jam ini akan mengikuti sang tokoh utama mendefinisikan kehadirannya di dunia, interaksinya terhadap berbagai emosi termasuk kesepian dan kekecewaan, serta pertemuannya dengan sesosok misterius bernama Sun.
Sebagai portal untuk memasuki dunia baru Sunset Deity, Merchant of Emotion telah menyiapkan berbagai kanal-kanal informasi untuk seluruh calon penonton. Website kami, www.merchantofemotion.com, akan secara eksklusif menampilkan prolog dari kisah Sunset Deity dalam bentuk online storybook—yang pada akhir fasenya akan pula memuat video teaser dan poster acara. Kanal media sosial pun, seperti Instagram (instagram.com/merchofemotion) dan Facebook (facebook.com/merchofemotion), akan menjadi pintu untuk informasi terbaru terkait dengan pementasan ini. Di luar instalasi cerita, production blog pada laman www.recollectionofsunset.blogspot.com akan menjadi wahana bagi kami untuk berbagi cerita mengenai pembuatan dan produksi teater ini.
Kesemua portal menuju dunia Sunset Deity tersebut akan berkulminasi dalam teater Sunset Deity, yang akan diadakan tanggal 23 hingga 25 Januari dalam enam pementasan. Penjualan tiket akan dimulai sejak 11 Desember, yang akan dibuka melalui online ticket box di website resmi Merchant of Emotion dan offline booth yang akan tersebar di titik-titik strategis Kota Bandung dan Jakarta.
Pementasan teater ini adalah buah atas harap kami untuk menginjeksi kultur teater kepada masyarakat luas Indonesia, dan secara halus mengajak semua yang tersentuh untuk menilik balik aspek-aspek nostalgia yang terrefleksikan dalam cerita. Semoga saja, geliat kecil ini bisa menjadi tolak ukur yang mengingatkan kembali kekayaan aset imajinasi kita bersama.