New Tracks
Peron Hadirkan “Montase”, Ritme Post Punk Di Sudut Kota Semarang
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/01/Peron.jpg&description=Peron Hadirkan “Montase”, Ritme Post Punk Di Sudut Kota Semarang', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Ritme kehidupan kota selalu mencerminkan dinamika masyarakat yang menghuninya—gelisah sekaligus antusias. Setiap individu menyumbang warna, menciptakan harmoni besar maupun kecil yang bergerak dalam rona dinamis.
Di sudut kota Semarang, sebuah band muda bernama Peron mencoba menerjemahkan ritme ini melalui musik post-punk mereka yang intens dan penuh energi. Band ini baru saja merilis maxi singles berjudul “Montase” melalui Anoa Records, yang tersedia di Bandcamp dan berbagai platform streaming musik digital.
Anoa Records, label asal Jakarta, memperkenalkan Peron sebagai band post-punk pertama dalam roster mereka. Musik Peron, yang mengingatkan pada band-band seperti The Sisters of Mercy dan Protomartyr, langsung menarik perhatian label tersebut. Dengan kualitas musik yang intens dan solid, Peron dianggap mampu menghadirkan warna baru dalam skena musik lokal.
Peron terdiri dari empat anggota: Faisal (vokal), Sultan (drum), Rizki (bass), dan Rio (gitar). Keempatnya memilih jalur post-punk dengan alasan yang cukup unik.
“Kami mencoba melawan arus di kota kami sendiri. Post-punk adalah genre yang jarang ditemui di Semarang. Kami terinspirasi oleh band seperti Viagra Boys, Idles, dan Murder Capital, yang menyuguhkan musik raw, emosional, dan penuh amarah, tetapi tetap asyik untuk berdansa,” ujar Sultan.
Sebagai generasi muda berusia 20-an, Peron mencerminkan keresahan yang umum di usia tersebut, seperti tekanan dalam pilihan hidup, pekerjaan, dan perjuangan untuk bertahan. Lagu “Montase”, single utama mereka, menggambarkan realitas ini dengan tajam.
Faisal menjelaskan, “Montase adalah kemarahan atas dinamika yang tidak adil bagi pekerja. Banyak orang mendapatkan posisi atau gaji tinggi karena ‘orang dalam,’ sementara mereka yang berbakat sering kali kalah dengan bayaran yang rendah.”
Lirik lagu ini menyuarakan kritik keras terhadap fenomena tersebut. Salah satu baitnya berbunyi, “monopoli, greedy kau punya privilege”, yang secara lugas menggambarkan realitas nepotisme. Rio menambahkan, “Kami ingin lagu ini menjadi bentuk protes sekaligus refleksi atas kenyataan yang banyak terjadi di masyarakat.”
Proses rekaman “Montase” berlangsung cepat, namun penuh tantangan. Sultan menceritakan, “Montase adalah lagu terakhir yang kami buat, dan proses kreatifnya berlangsung sangat cepat.”
Rizki menambahkan bahwa dalam penggarapan lagu ini, gitar dan bass sengaja dibuat bertabrakan untuk menciptakan suara yang unik namun tetap nyaman di telinga. Tantangan ini bahkan membuat sound engineer mereka, Dzul Fawaid Ahmad, kebingungan. “Dzul sempat berpikir gitar dan bass memiliki kunci berbeda, tetapi setelah dicoba lagi dan dianalisis, ternyata ditemukan kunci yang pas,” ujarnya.
Rio menambahkan sentuhan menarik dengan memasukkan unsur tribal menggunakan tom di antara verse lagu. Meski menghadapi kendala, seperti absennya Rizki selama proses rekaman karena prosesi lamaran, Peron tetap berhasil menyelesaikan rekaman hanya dalam satu hari. “Posisi bass akhirnya diisi oleh Rio secara one take tanpa kesalahan,” tambah Faisal.
Di Semarang, Peron menjadi satu-satunya band post-punk yang masih aktif. Sebelumnya, ada Laughter dan In Futuro yang lebih dulu eksis. Faisal berharap kehadiran mereka dapat memicu munculnya band-band baru dalam genre serupa di kota ini. “Semoga kami bisa memantik semangat baru di skena musik Semarang,” ujarnya.
Ke depan, Peron berencana memperluas jangkauan mereka pada tahun 2025. Mereka berencana merilis lebih banyak karya, menggelar tur, dan berkolaborasi dengan musisi dari band lain. “Kami berharap Peron bisa bertahan dan tetap eksis, baik di Semarang maupun di kancah yang lebih luas,” kata Rio.
Dengan semangat melawan arus dan suara khas mereka, Peron membawa energi baru dalam lanskap musik lokal. Satu langkah kecil dari Semarang, namun membawa gema yang jauh lebih luas.