Connect with us

New Tracks

Radit Echoman Rilis “Do Be Dub”; Sebagai Ode Untuk Musik Dub

Profile photo ofrafasya

Diterbitkan

pada

Radit Echoman

Radit Echoman, solois dan produser asal Jakarta yang telah menggeluti musik dub selama lebih dari satu dekade, kembali menegaskan komitmennya pada genre ini melalui rilisan terbaru berjudul “Do Be Dub”.

Radit Echoman Do Be DubLagu ini tidak hanya menjadi penghargaan pribadi Radit terhadap musik dub yang membentuk perjalanan kariernya, tetapi juga menyiratkan ajakan universal untuk merangkul musik sebagai pelarian dan sumber kebahagiaan.

Dalam wawancara eksklusif, Radit mengungkapkan, “Dub adalah jiwa dari semua karya saya. ‘Do Be Dub’ adalah cara saya berterima kasih pada genre yang telah memberi saya identitas dan ruang berekspresi.”

Terinspirasi oleh lantunan tradisional Indonesia yang kerap dikenalkan kepada anak-anak, Radit menyulam unsur nostalgia ini ke dalam alunan dub yang dinamis. Lagu ini dirancang untuk mengajak pendengar tidak hanya mendengarkan, tetapi juga terlibat aktif—baik dengan menari, memainkan instrumen, atau sekadar menghayati setiap lapisan suaranya.

Saya ingin menggabungkan kenangan masa kecil yang akrab dengan energi dub yang kuat. Tujuannya, menciptakan sesuatu yang membumi namun tetap segar,” ujar Radit. Ia menambahkan, “Di tengah kebisingan kota dan tekanan hidup, musik bisa menjadi ruang aman untuk bernapas.”

Lirik “Do Be Dub” memang menggambarkan musik sebagai pelarian dari rutinitas yang monoton atau masalah yang menggunung. Namun, keunikan lagu ini tidak hanya terletak pada pesannya. Radit sengaja menggunakan frekuensi alam 432Hz, berbeda dari standar industri 440Hz, untuk menciptakan atmosfer mendengarkan yang lebih organik dan menenangkan.

Frekuensi ini, yang diyakini sejalan dengan getaran alam semesta, dipadukan dengan ritme dub yang menghentak, menghasilkan kontras unik antara ketenangan dan energi tinggi. “432Hz dipilih karena diyakini lebih harmonis dengan tubuh manusia. Saya ingin pendengar merasakan kedalaman yang mungkin tidak mereka dapatkan dari frekuensi biasa,” jelas Radit.

Selain versi original, lagu ini juga dirilis dalam dua varian: “version” (instrumental dub klasik dengan sentuhan efek analog) dan “melodica” (menampilkan melodi khas piani tiup yang menjadi ikon reggae).

Musisi Radit Echoman

Proses produksi “Do Be Dub” dilakukan secara mandiri di Echolabs Studio, ruang kreasi Radit yang juga menjadi basis bagi imprint musik independennya. Keputusan ini diambil untuk mempertahankan kemurnian visi musikalnya.

Saya ingin semua elemen—dari komposisi hingga mastering—tidak terkontaminasi oleh kepentingan komersial. Ini murni tentang mencintai proses,” tegasnya.

Lagu tersebut telah tersedia di berbagai platform musik digital, termasuk Spotify, Apple Music, dan Bandcamp. Bagi Radit, ini adalah langkah kecil untuk memperkenalkan dub pada khalayak yang lebih luas, sekaligus mengajak musisi lain bereksperimen dengan akar budaya lokal.

Dub bukan hanya tentang Jamaica. Ia bisa berdialog dengan tradisi mana pun. Di tangan kita, ia bisa menjadi bahasa universal,” tutupnya.

Dengan kombinasi antara inovasi teknis dan sentuhan kearifan lokal, “Do Be Dub” tidak hanya menjadi karya personal Radit Echoman, tetapi juga pembuka percakapan tentang bagaimana musik bisa menjadi jembatan antara warisan budaya dan modernitas.

Rilisan ini mengundang semua kalangan—mulai dari pencinta reggae hingga penikmat musik eksperimental—untuk merasakan pengalaman mendengarkan yang tak biasa.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *