Connect with us

Articles

Rambut Mohawk Dan Punk: Sejarah Pemberontakan Di Atas Kepala

Profile photo ofAngkasa

Diterbitkan

pada

Gaya Rambut mohawk
Gaya Rambut Mohawk / Photo by Oliver Cole

Rambut mohawk (potongan ekstrem dengan sisi kepala dicukur habis, menyisakan garis rambut menjulang di tengah) bukan sekadar gaya. Bagi banyak punker, mohawk adalah pernyataan sikap. Ini simbol perlawanan, ekspresi diri, dan sikap “kami tak peduli norma”. Namun jauh sebelum menjadi ikon subkultur punk, mohawk punya akar sejarah yang panjang dan berlapis.

Istilah mohawk berasal dari nama suku asli Amerika, Mohawk Nation, yang merupakan bagian dari Konfederasi Iroquois. Ironisnya, gaya rambut yang kini dikenal sebagai mohawk sebenarnya bukan ciri khas mereka. Gambaran suku Mohawk dengan rambut seperti itu lebih merupakan hasil imajinasi Hollywood dalam film-film koboi, bukan dari kenyataan sejarah.

Hollywood Mohawk Movies

Film “Dances With Wolves”

Gaya mencukur sebagian kepala dan membiarkan rambut di tengah berdiri memang ditemukan di beberapa kelompok suku asli Amerika lainnya, seperti suku Pawnee dan Mohican. Mereka menggunakan potongan rambut ini untuk upacara atau sebagai simbol keberanian dalam perang.

Jadi, nama “mohawk” lebih merupakan kesalahan historis yang melekat akibat budaya pop, bukan representasi akurat dari suku Mohawk itu sendiri.

Dari Suku Ke Perang Dunia II

Gaya rambut mohawk mulai dikenal dalam budaya populer modern pada awal abad ke-20. Beberapa prajurit Amerika dan Inggris selama Perang Dunia II, terutama pasukan terjun payung dan komando, mencukur rambut mereka menyerupai mohawk. Ini dilakukan untuk membangun mentalitas siap tempur dan memberi kesan intimidatif kepada lawan.

Tentara Amerika

Tentara Amerika dengan gaya rambut menyerupai mohawk (Wikimedia Commons) 

Namun, mohawk baru benar-benar menjadi tren yang populer setelah munculnya gelombang punk di akhir 1970-an.

Subkultur punk lahir dari keresahan dan ketidakpuasan. Di Inggris, krisis ekonomi, pengangguran massal, dan kekecewaan terhadap sistem sosial menciptakan generasi muda yang marah. Musik punk menjadi pelampiasan emosional: mentah, keras, dan tak teratur. Rambut mohawk? Itu jadi pernyataan visual paling mencolok.

Melalui pengaruh band seperti The Exploited, GBH, dan Dead Kennedys, gaya rambut mohawk menjadi identik dengan punk. Rambut yang dicat neon, ditegakkan dengan hairspray atau lem kayu, berdiri setinggi mungkin, semuanya menyampaikan pesan: “Kami bukan bagian dari kalian”. Ini bukan soal gaya. Ini soal sikap.

Membuat mohawk adalah pekerjaan penuh komitmen. Rambut harus dicukur presisi, tegak lurus, dan tahan lama. Diperlukan produk lem rambut super kuat, waktu berjam-jam, dan kadang bantuan orang lain.

Tak sedikit punker mengembangkan variasi mohawk ekstrem: liberty spikes (berduri tajam), kombinasi warna menyala, atau bentuk asimetris yang menyerupai ukiran. Mohawk bukan cuma potongan rambut. Ini bentuk seni. Kanvas hidup. Dan kadang juga alat provokasi.

Globalisasi Mohawk

Punker Jepang

Acara musik Punk di Osaka, Jepang (Photo by Vilen Gabrielyan)

Seiring menyebarnya musik punk ke seluruh dunia, gaya rambut mohawk ikut terbawa. Dari jalanan Berlin ke gang-gang Tokyo, dari pinggiran kota di Rusia hingga scene punk bawah tanah di Asia Tenggara, mohawk tampil sebagai lambang keterikatan global terhadap semangat anti-kemapanan.

Di negara-negara dengan tekanan sosial atau politik tinggi, mohawk bukan sekadar pilihan gaya. Ia bisa berarti penolakan terhadap negara, sistem, bahkan agama dominan. Ini menjadikannya bukan sekadar tren global, tapi simbol budaya resistensi lintas batas.

Perkembangan Mohawk di Indonesia

Punker dengan gaya rambut mohawk

“Lamunan Oi! A Punk Daydream” – Jimmy Hendrickx.

Di Indonesia, mohawk mulai dikenal luas bersamaan dengan masuknya pengaruh musik punk pada era 1990-an, khususnya melalui jalur underground. Komunitas punk tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan. Tak lama kemudian, rambut mohawk menjelma menjadi identitas visual yang kuat di kalangan anak-anak punk lokal.

Di Jakarta, muncul kelompok-kelompok punk jalanan yang menjadikan mohawk sebagai simbol perlawanan terhadap norma sosial dan ekonomi. Mereka nongkrong di jalanan, membawa gitar akustik, dan menyuarakan lirik-lirik keras tentang ketidakadilan, kemiskinan, dan korupsi. Mohawk menjadi lambang keterasingan sekaligus keberanian.

Yogyakarta dan Bandung menjadi dua kota dengan kultur punk paling aktif. Di Yogyakarta, komunitas punk dikenal sangat produktif dalam membuat zine (fanzine atau magazine), mengadakan gigs, dan membangun solidaritas antarkelompok. Mohawk di sana berkembang jadi simbol komunitas yang kuat, bukan hanya soal gaya, tapi juga sikap hidup.

Menariknya, di Indonesia, mohawk sering beririsan dengan unsur kedaerahan. Beberapa punker memadukan gaya rambut ini dengan atribut lokal seperti sarung, blangkon, atau bahkan batik. Hal ini menjadikan mohawk sebagai titik temu antara globalisme dan lokalitas, sebuah bentuk ekspresi kultural yang kompleks namun otentik.

Namun tidak semuanya berjalan mulus. Punker ber-mohawk kerap menjadi sasaran stigma dan stereotip. Beberapa dari mereka ditangkap atau dirazia oleh aparat karena dianggap “mengganggu ketertiban” atau “tidak sopan”. Insiden seperti penggerebekan punk di Aceh pada 2011, yang disertai pemaksaan untuk mengganti gaya rambut, menjadi contoh nyata bagaimana mohawk bisa menjadi medan konflik antara ekspresi individu dan kontrol sosial.

Razia Punker mohawk di Aceh

Penggerebekan punker mohawk di Aceh (sumber : Tribunnews)

Seiring berjalannya waktu, gaya mohawk mulai merambah ke dunia mainstream. Model fashion, atlet, dan artis pop seperti David Beckham, Travis Barker, dan Rihanna pernah tampil dengan versi mohawk yang lebih “jinak”. Hal ini memicu perdebatan di kalangan penggemar: apakah mohawk masih bisa dianggap sebagai simbol pemberontakan jika sudah menjadi bagian dari panggung mode?

Sebagian punker memandang ini sebagai kooptasi budaya oleh kapitalisme. Yang dulunya simbol perlawanan, kini dijual sebagai gaya. Tapi sebagian lain berpendapat, bentuk ekspresi visual tidak bisa dimonopoli. Semangatnya tetap bisa hidup, tergantung siapa yang memakainya dan untuk tujuan apa.

Mohawk Hari Ini: Antara Estetika dan Ideologi

Trend Rambut Mohawk

Kini mohawk tak lagi eksklusif milik punk. Gaya ini digunakan dalam berbagai komunitas: metalhead, goth, emo, bahkan gamer dan cosplayer. Tapi bagi punker sejati, mohawk tetap memiliki makna yang dalam. Ia bukan sekadar tren, melainkan sebuah kode. Bukan hanya hiasan, tetapi sebuah pernyataan.

Di Indonesia, meskipun banyak punker muda yang kini memilih gaya yang lebih praktis seperti potongan cepak atau skinhead, mohawk masih terlihat di gigs bawah tanah, demonstrasi buruh, atau festival kolektif. Setiap helai rambut yang tegak di tengah kepala itu masih membawa semangat perlawanan.

Potongan Rambut yang Bersuara

Evolusi Rambut Mohawk

Mohawk mungkin tampak seperti hanya soal rambut. Tapi di balik tegaknya garis rambut itu ada cerita tentang sejarah, budaya, politik, dan pilihan hidup. Dari suku asli Amerika hingga punker jalanan Jakarta, dari medan perang hingga panggung gigs bawah tanah, mohawk terus berdiri sebagai simbol tak tergoyahkan dari ekspresi diri yang bebas dan tidak terikat.

Di dunia yang terus menuntut keseragaman, mohawk adalah pengingat bahwa keberanian untuk berbeda adalah bentuk kekuatan tersendiri.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *