Connect with us

Gig Review

Rock In Solo 2014: Pembangkangan Anak Haram Kebudayaan

Diterbitkan

pada

Piston

Piston

11 Oktober 2014 kemarin, panas menyengat di sekitar kawasan Benteng Vastenburg kota Solo tidak menyurutkan semangat para metalhead nusantara untuk menghadiri gelaran Rock In Solo 2014. Mereka yang telah datang dari segala penjuru nusantara, menyatakan siap untuk berpesta merayakan sepuluh tahun pembangkangan anak haram kebudayaan tersebut dengan heavy metal sebagai semangat persatuan.

Dimulai tepat pada pukul dua belas belas siang, grup crossover Piston membuka gelaran Rock In Solo 2014. Tak seberapa lama, giliran gerombolan hardcore kota Surabaya, Fraud, yang mulai memanaskan lantai dansa di pelataran Benteng Vastenburg. Penampilan buas Fraud pun diikuti tanpa ragu oleh Biang Kerock. Diimpor jauh-jauh dari tanah Tenggarong, mereka berhasil membuat para hadirin menghentakkan kepala menikmati sajian mereka.

Revenge The Fate

Revenge The Fate

Pesta terus dikebut. Secara bergantian Salahuddin Al-Ayubi, Wakvlt, dan Rising The Fall memporak-porandakan venue dan berhasil memancing penonton untuk menciptakan moshpit penuh energi siang itu. Walau belum terlalu ramai yang datang, tidak ada alasan untuk tidak menikmati sensasi penuh distorsi di jantung kota Solo tersebut.

Berhenti sejenak, Rock In Solo 2014 kembali dilanjutkan usai break sholat Ashar. Giliran Godless Symptoms, Bandoso, serta Disinfected yang mendapat giliran tampil. Hampir sama dengan para penampil-penampil sebelumnya, teriakan puas dan devil horn terlihat saat ketiga band ini tampil membawakan materi-materi ledaknya masing-masing.

Revenge The Fate tak mau kalah, mereka memberikan aksi terbaik yang diiringi dengan applause yang meriah dari para penonton usai mereka turun panggung. Kemudian Earth Rot, satu-satunya kontingen luar negeri selain sang headliner Carcass, menyapa crowd metal Indonesia lewat penampilan yang trengginas. Namun, menjelang break maghrib, nama Siksakubur yang patut diacungi kedua jempol karena mampu membakar puas lapangan Benteng Vastenburg. Seisi moshpit pun pecah ketika Siksakubur menghadirkan materi-materi terbarunya dari album No. 7.

Panitia menyediakan waktu untuk para metalhead yang hendak menunaikan ibadah shalat maghrib. Gelaran kembali dimulai sekitar pukul tujuh malam waktu setempat. Giliran sang tuan Down For Life mendapat tugas untuk menjamu ribuan tamunya. Menyaksikan mereka di tanah Solo, rasanya tidak ada kata yang mewakili penampilan Down For Life malam itu kecuali spektakuler.

Crowd

Crowd

Semakin malam, semakin liar, semakin brutal. Beranjak sedikit menuju Revenge. Band death metal muda yang tak perlu lagi diragukan kualitasnya ini menyapa metalhead dengan beberapa nomor baru, “Immortal” salah satunya. Sekedar info, pada bulan Desember yang akan datang, Revenge dikabarkan akan segera merilis album ketiga mereka.

Dua penampil menjelang aksi klimaks Carcass, Death Vomit mulai menghitung mundur. Trio death metal Yogyakarta ini tentu saja menjadi salah satu yang paling ditunggu karena mereka baru saja meluncurkan album Forging A Legacy. Sebagai bentuk apresiasi untuk Death Vomit, penonton pun mengerahkan segenap tenaga mereka untuk sebuah moshpit brutal.

Dan yang terakhir, Edane. Gerombolan heavy metal legendaris ini mendapat sambutan luar biasa hangat semenjak mereka naik panggung. Bahkan, karaoke massal tak bisa dihindarkan dan terdengar sangat masif ketika mereka memainkan hits andalan macam “Rock In 82” dan “Kaupikir Kaulah Segalanya.” Salut.

Carcass

Carcass

Yang paling ditunggu pun hadir. Carcass, gore grinders asal Liverpool, Inggris, akhirnya tampil di depan ribuan para penggemar sejatinya yang telah menunggu mereka selama bertahun-tahun untuk bisa hadir ke Indonesia. Carcass yang kini beranggotakan Bill Steer, Jeff Walker, Daniel Wilding dan Ben Ash kian dinanti usah album terakhirnya, Surgical Stell, ditasbihkan sebagai album comeback heavy metal terbaik seantero jagad di 2013.

Mulai membuka penampilan lewat nomor-nomor cadas seperti “Buried Dreams”, “Incarnated Solvent Abuse”, “Cadaver Pouch Conveyor System” hingga “Reek Of Putrefaction”, Carcass mulai mengaba-aba mereka yang hadir untuk turut menggila. Namun, apa daya, penonton nampaknya terlalu haru untuk melakukan moshpit, sebagian dari mereka memilih untuk diam menikmati penampilan Carcass malam itu. Meski ada pula sebagian lagi yang bersenang-senang di moshpit, namun Carcass masih kurang puas dengan reaksi dari penonton.

“Unfit For Human Consumption”, “Keep On Rotting In The Free World”, sampai “Captive Bolt Pistol” pun tak lupa mereka lempar. Bahkan hingga “Corporal Jigsore Quandary” berkumandang, Carcass masih menganggap penonton di Indonesia malu-malu. Malam itu pun Carcass menutup penampilan perdana mereka di Indonesia lewat medley “Ruptured In Purulence” dan “Heartwork” dengan sedikit kecewa. Namun, dilihat dari reaksi penonton usai Carcass turun pentas, banyak dari mereka yang cukup terharu, namun malu untuk terjun ke wahana moshpit.

photo: Doc. Rock In Solo 2014

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *