Featured
Setelah 18 Tahun Terpendam, Album Lawas No Man’s Land Dirilis Ulang
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2016/10/NML3-photo1998-dok.NML_.jpg&description=Setelah 18 Tahun Terpendam, Album Lawas No Man’s Land Dirilis Ulang', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Beberapa hari lalu, unit punk rock veteran asal kota Malang, No Man’s Land, tiba-tiba mengeluarkan kabar mengejutkan bahwa mereka bakal merilis ulang album ketiganya. Album yang bertajuk Grow Away From The Society tersebut sebelumnya pernah dirilis oleh Confuse Records, pada tahun 1998.
“Tempo hari, O’ok [pemilik Confuse Records] iseng bongkar-bongkar koleksi kaset di rumahnya. Tiba-tiba ia menemukan kaset master album Grow Away From The Society yang pernah ia rilis dulu. Ini cukup mengejutkan. Kami pikir master-nya sudah hilang atau entah ke mana…” ungkap vokalis/gitaris No Man’s Land, Didit Samodra, menceritakan kronologis penemuan ‘harta karun’-nya sendiri yang terpendam.
Sang penulis musik dan lirik No Man’s Land itu lalu melanjutkan, “Nah, pas dicek ternyata di master itu juga ada empat lagu yang dulu tidak sempat masuk dalam rilisan yang lama. Aku sendiri sampai tidak mengenali lagu-lagu dan lirikku sendiri di empat lagu itu. Soalnya empat lagu itu terakhir kali aku dengerin ya pas tahun 1998. Aku sendiri juga gak paham dan lupa alasannya kenapa empat lagu itu kok tidak jadi masuk ke album yang versi lama.”
“Jadi di album Grow Away From The Society yang versi rilis ulang ini, bakal ketambahan dengan empat lagu itu tadi. Sekarang totalnya ada enam belas track di album tersebut,” tambahnya kemudian. Ke-empat lagu unreleased yang dimaksud adalah “Ruling Class and The Dogs”, “Thugs In Uniform”, “Street Heroes”, dan “Blind Fury”.
Ketika materi album Grow Away From The Society direkam di Natural Studio (Surabaya), delapan belas tahun lalu, No Man’s Land masih dalam formasi personil awalnya – yaitu Didit (vokal/gitar), Ferry (gitar), Catur (bass), dan Didik (drum). Ketika itu, mereka masih baru memasuki usia 20-an. Boleh dibilang, keempat anak muda ini sedang dalam masa puncak kegusarannya, dan menebar gairah yang sangat besar dalam pergerakan komunitas underground-punk di kota Malang.
Dalam catatan kreditnya, ada beberapa musisi Malang yang notabene kawan-kawan mereka sendiri yang turut membantu proses penggarapan rekaman album ketiga No Man’s Land tersebut. Mereka adalah Eko Plokotho (Extreme Decay / Anorma) dan Yoyok Rampok (Antiphaty) yang mengisi drum track di beberapa lagu. Selain itu, juga ada segerombolan teman tongkrongan seperti Nonot, Pukis, Rully, Pongki, Atur, Nico, Rocky, Afril, Anes, Bodrex, dan Black yang ikut hadir di studio rekaman serta ditodong untuk mengisi sesi vokal latar.
Secara singkat, Didit Samodra menggambar album Grow Away From The Society itu sebagai “Suasana berkabut di tahun 1998 dengan sentuhan sound rasa 80-an.” Boleh dikatakan, album ini memang memuat lagu-lagu berirama punk rock dalam isu dan tema kritis yang menyoroti kondisi senjakala Orde Baru, serta masa transisi menuju proses reformasi yang sedang terjadi di Indonesia pada masa itu.
Hampir semua lagu yang terdapat di album Grow Away From The Society ini terekam dalam balutan musik yang keras dan rusuh, serta lirik yang lugas dan membara. Seakan ikut mempresentasikan kondisi masyarakat dan situasi bangsa di jamannya. Salah satu lagu yang berjudul “Voice of Youth” juga pernah direkam ulang dalam versi akustik dan dimuat dalam album Unarmed (2015).
Versi rilis ulang dari album Grow Away From The Society ini dirilis kembali oleh Confuse Records dalam format kaset edisi terbatas. Rilisan tersebut mulai dilepas di beberapa kota di Indonesia tepat pada momen perayaan Cassette Store Day, 8 Oktober 2016.
No Man’s Land terbentuk di kota Malang sejak tahun 1994. Didit Samodra dkk memainkan jenis musik Oi! dan merupakan salah satu band dengan riwayat karir yang paling panjang di kancah punk dan skinhead Indonesia. Hingga saat ini, diskografi No Man’s Land sudah mencakup lima album penuh, plus sederet rekaman singel, EP, split dan kompilasi internasional.
Sejak beberapa tahun terakhir ini, Didit Samodra dkk memutuskan bergabung dengan label rekaman asal Belanda, Aggrobeat Records, yang memproduksi dan memasarkan segala rekaman No Man’s Land di pasar musik internasional. Tahun lalu, No Man’s Land merilis album penuh bertitel No Way Back Home yang dirilis dalam format CD dan piringan hitam. Selain sibuk menyiapkan materi album baru, saat ini No Man’s Land juga sedang menantikan tiga rilisan split EP mereka dengan band asal Amerika Serikat, Perancis dan Jerman yang akan beredar dalam waku dekat secara bertahap. (sldrck/nml)