Gigsplay mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Mohon Maaf Lahir & Batin×
Connect with us

New Albums

Sister Murder Rilis Debut Album ‘Resurrecting The Wounded Psyche’ Dalam Format Fisik Edisi Terbatas

Profile photo ofrafasya

Diterbitkan

pada

Sister Murder

Band death metal asal Malang, Sister Murder, akhirnya merilis album perdana bertajuk “Resurrecting The Wounded Psyche” pada Hari Perempuan Internasional 2025.

Album ini menjadi momen bersejarah bagi kuartet yang dikenal dengan genre slamming death metal ini, tidak hanya sebagai bukti evolusi musikalitas, tetapi juga sebagai medium menyuarakan perlawanan terhadap kekerasan, ketidakadilan, serta ajakan untuk membangkitkan keberanian dan kekuatan mental.

Sister Murder Resurrecting The Wounded PsycheDiproduksi secara terbatas dalam bentuk CD dan kaset pita, karya ini menggabungkan kegelapan lirik dengan dinamika musik yang unik, menjanjikan pengalaman mendalam bagi pendengarnya.

Dibuka dengan intro “Beneath The Blood Moon”, album ini memuat tujuh lagu berbahasa Inggris yang mengangkat tema-tema kompleks seputar kehancuran mental korban kekerasan, perlawanan terhadap sistem patriarki, femisida, aborsi, hingga konflik Palestina.

Meski fokus pada isu perempuan, Sister Murder menegaskan bahwa pesan dalam album ini bersifat universal. “Kami tidak hanya berbicara untuk perempuan atau menyalahkan laki-laki. Kondisi kehancuran psikologis, amarah yang meluap, hingga transformasi dari korban menjadi pelaku bisa dialami siapa pun, terlepas dari gender,” jelas band dalam pernyataan resminya.

Lagu terakhir, “Aborted Of Rotten Fetus”, bahkan menyisipkan harapan tentang kebangkitan dan upaya melahirkan hal positif dari penderitaan.

Musikalitas “Resurrecting The Wounded Psyche” menawarkan perpaduan unik antara keganasan slamming death metal dan sentuhan melodis yang mudah dicerna. Terinspirasi oleh legenda seperti Death dan In Flames, Sister Murder memasukkan riff dinamis ala Analepsy dan Malevolent Creation, menciptakan kontras antara melodi “manis” dan dentuman yang keras.

Proses kreatif album ini berlangsung selama delapan bulan (Januari–September 2024) di Virtuoso Music Studio, Malang, dengan formasi Siska (vokal), Levita Damaika (gitar), Chesil (bass), dan The Moon (drum). Produksi dikerjakan Laga Underflagpole, sementara mixing-mastering ditangani Cambel Benjamin dan Herman dari Grind Ears Studio, memberikan sentuhan teknis yang brutal namun detail.

Visual album menjadi elemen krusial yang memperkuat narasi. Dibantu Adi Dechristianize, artwork album menggambarkan kehancuran, simbol patriarki yang runtuh, dan sosok prajurit perempuan berdiri gagah.

Logo dan judul album dirancang Wildan Slam, sedangkan layout dikerjakan Longspace Project bersama Meigo “Criminal Impact”. Setiap detail visual dirancang untuk merefleksikan dualitas antara kegelapan dan perlawanan yang tertuang dalam lirik.

Band Sister Murder

Sister Murder juga menyoroti pentingnya kolaborasi dalam proses kreatif. “Album ini adalah hasil kerja kolektif. Dari musisi, desainer, hingga engineer, semua berkontribusi menciptakan karya yang utuh,” ujar Levita Damaika, gitaris band. Mereka berharap album ini tidak hanya dinikmati oleh penggemar metal, tetapi juga menjadi pengingat akan kekuatan komunitas dan seni sebagai alat perubahan sosial.

Rilisnya “Resurrecting The Wounded Psyche” di Hari Perempuan Internasional bukanlah kebetulan. Sister Murder sengaja memilih momentum ini untuk memperkuat pesan solidaritas dan kesetaraan. “Musik metal sering dianggap keras dan negatif, tapi bagi kami, ini adalah cara untuk mengubah energi destruktif menjadi sesuatu yang membebaskan,” tambah Siska, vokalis yang vokal growl-nya menjadi ciri khas band.

Album fisik edisi terbatas telah tersedia melalui kanal distribusi independen, sementara versi digital akan menyusul di platform musik. Untuk informasi lebih lanjut, penggemar dapat mengikuti akun media sosial Sister Murder di tautan ini.

Dengan debut ini, Sister Murder tidak hanya memperkaya kancah musik ekstrem Indonesia, tetapi juga membuktikan bahwa metal bisa menjadi medium kritik sosial yang powerful.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *