International
Slow Mass Satirkan Sosial Media Dan Krisis Global Lewat Single “Hell is Earth”
- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/05/Slow-Mass.jpg&description=Slow Mass Satirkan Sosial Media Dan Krisis Global Lewat Single “Hell is Earth”', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Grup musik asal Chicago, Slow Mass, kembali mencuri perhatian dunia musik alternatif dengan pengumuman album terbaru mereka, ‘Low on Foot’, yang dijadwalkan rilis pada 16 Mei melalui label independen Landland Colportage.
Setelah membangun eksistensi sejak 2016 lewat debut EP ‘Treasure Pains’, disusul album penuh ‘On Watch’ (2018), ‘Music for Rest’ (2020), dan EP ‘Drift Themes’ (2024), Slow Mass terus berevolusi. Saat ini mereka membentuk kolektif dinamis sampai dengan tujuh anggota yang saling bergantian, menciptakan warna musik yang semakin eksperimental, dreamy, dan lebih kompleks.
Menjelang peluncuran album, band ini telah merilis beberapa single seperti “Hogtied”, “Blur”, dan “Freeze Frame”. Hari ini, mereka memperkenalkan lagu terakhir sebelum album dirilis, yaitu “Hell is Earth”. Lagu ini menampilkan gabungan atmosfer kelam dan suara yang membius.
Dentuman drum dan lapisan gitar yang saling tumpang tindih menciptakan struktur sonik yang padat, keras, dan mengintimidasi. Di beberapa bagian, tekstur shoegaze yang samar muncul, namun di klimaks lagu, Slow Mass menyelam ke wilayah noise rock dengan semburan distorsi tajam yang brutal.
Di balik kekacauan suara yang bergerak cepat dan penuh ketegangan, vokal di lagu ini tetap mengalir lembut dan melodis, seakan menjadi semburat warna hangat di tengah lanskap musik yang gelap.
Lirik “Hell is Earth” mengkritik budaya kebohongan dan kepalsuan yang berkembang di tengah krisis global. Frasa seperti “You burned it down / Scorched the earth / While it spun around” mencerminkan sindiran terhadap dunia yang terus berputar meski mengalami kehancuran yang disengaja. Lagu ini tidak hanya membahas tentang kehancuran fisik, tetapi juga kerusakan moral di era digital, di mana performativitas sering kali menggantikan empati.
Dave Collis, vokalis dan gitaris Slow Mass, menjelaskan bahwa lagu ini terinspirasi oleh frustrasi terhadap aktivisme yang hanya bersifat permukaan. Ia mencatat bahwa selama pemerintahan Trump dan pandemi, banyak orang, termasuk media, mulai mengeksploitasi penderitaan demi mendapatkan perhatian dan validasi online.
Ia mengkritik bagaimana media seperti MSNBC sering membesar-besarkan isu kecil demi rating, serta bagaimana simbol solidaritas seperti bendera Ukraina dan Palestina menjadi tren sementara di media sosial, lalu dilupakan begitu saja.
“Istri gitaris kami kehilangan saudara laki-lakinya dalam perang Rusia-Ukraina,” ungkap Collis. Dia juga menekankan bahwa bagi sebagian orang, konflik ini merupakan kenyataan yang tragis dan menyakitkan.
Saksikan video musik “Hell is Earth” dibawah ini, sambil menantikan tur mereka yang akan segera diumumkan.