New Albums
The Spouse: Jiwa Yang Menghidupkan Layar Lebar Indonesia

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/02/The-Spouse.jpg&description=The Spouse: Jiwa Yang Menghidupkan Layar Lebar Indonesia', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Musik film telah lama diakui sebagai elemen krusial yang mampu membentuk atmosfer, menggerakkan emosi, serta menyampaikan pesan yang tak terucapkan melalui dialog atau visual. Dalam jagat sinema, musik berperan sebagai “jiwa” yang menyatukan narasi, memperdalam karakter, dan meninggalkan kesan abadi di benak penonton.
Di Indonesia, satu nama yang konsisten menghadirkan karya musik film adalah The Spouse—grup musik yang telah membuktikan betapa soundtrack mampu menjadi napas tak terpisahkan dari sebuah cerita visual.
Berdiri sejak 2015, The Spouse digawangi oleh duo Tony Merle (komposer) dan Aimee Saras (vokalis). Kolaborasi mereka pertama kali bersinar lewat film “A Copy of My Mind” (2015) garapan sutradara ternama Joko Anwar.
Di bawah arahan Joko, The Spouse menciptakan lagu “One Moon-Lit Night”—sebuah tembang melankolis dengan lirik karya Joko sendiri, yang kemudian dinyanyikan oleh Aimee dengan vokal penuh kedalaman. Kesuksesan lagu ini dalam memperkuat adegan film menjadi pintu gerbang bagi The Spouse untuk mendalami dunia musik film, sekaligus mengasah kemampuan vokal dan komposisi.
Tak butuh waktu lama bagi Joko Anwar untuk kembali mempercayakan The Spouse menciptakan Original Soundtrack (OST) untuk film horor kultnya, “Pengabdi Setan” (2017). Di sini, lahirlah “Kelam Malam“—lagu bergenre haunting yang dikisahkan sebagai karya fiksi “Ibu” (karakter dalam film) untuk mengenang masa kejayaannya sebagai penyanyi.
Lagu ini tak hanya menyihir lebih dari empat juta penonton, tetapi juga mengantarkan The Spouse meraih Piala Citra 2018 untuk “Pencipta Lagu Tema Terbaik” dan penghargaan “Original Soundtrack Terbaik” di Indonesia Box Office Music Awards 2018. Prestasi ini menjadi bukti nyata kontribusi musik mereka dalam mengangkat kualitas film Indonesia.
Kepercayaan Joko Anwar terhadap The Spouse terus berlanjut. Pada sekuel “Pengabdi Setan 2: Communion” (2022), grup ini kembali menghadirkan “Rahasia Dendam“—soundtrack yang memperkuat nuansa mistis dan ketegangan film, disaksikan oleh lebih dari enam juta pasang mata.
Kolaborasi mereka bahkan meluas ke film “Perempuan Tanah Jahanam” (2019), di mana The Spouse diberikan kebebasan kreatif penuh oleh Joko. Dengan hanya berbekal latar waktu, karakter, dan naskah film, duo ini—didukung oleh produser Tia Hasibuan yang menulis lirik—melahirkan dua karya yang memukau: “Pujaan Hati” dan “Berlibur“. Kedua lagu ini berhasil menciptakan atmosfer vintage yang selaras dengan narasi gelap film.
Karya The Spouse tidak hanya berfokus pada melodi, tetapi juga pada kolaborasi. Dalam setiap proyek, mereka melibatkan musisi dan profesional di balik layar untuk memastikan musik dapat merepresentasikan visi film secara utuh. Pendekatan inilah yang membuat OST mereka tidak hanya “didengar”, tetapi juga “dirasakan” sebagai bagian dari pengalaman menonton.
Kini, para penggemar dan pecinta film Indonesia berkesempatan menikmati karya-karya terbaik The Spouse dalam format yang lebih intim: album self-titled berbentuk piringan hitam. Dirilis oleh Lamunai Records, album ini memuat sembilan lagu yang pernah mewarnai film-film laris, termasuk “Air Mata”, “Karma”, dan “Sacred Heart” dari film “Ave Maryam” (2022) yang disutradarai oleh Razka Robby Ertanto.
Setiap lagu diaransemen ulang dengan kualitas suara yang lebih jernih, dipadati efek reverb yang khas, serta nuansa vokal era lawas yang memikat. Album ini adalah perjalanan audio-visual yang mengajak pendengar menyelami kembali adegan-adegan ikonik dari film seperti “Pengabdi Setan”, “Perempuan Tanah Jahanam”, hingga “A Copy of My Mind”.
Bagi The Spouse, album ini adalah bentuk apresiasi atas dukungan penonton selama tujuh tahun berkarya. Dengan kemasan piringan hitam yang estetik, Lamunai Records sengaja memilih format analog untuk menegaskan nuansa nostalgia dan kehangatan yang kental dalam setiap komposisi The Spouse.
Keberhasilan The Spouse dalam mengangkat peran musik film di Indonesia patut diapresiasi. Mereka tidak hanya membuktikan bahwa soundtrack bisa menjadi “tokoh tak terlihat” yang memperkaya cerita, tetapi juga membuka mata industri tentang potensi kolaborasi sinematik antara musisi dan sineas. Di tengah maraknya film Indonesia yang kian berkualitas, karya The Spouse menjadi pengingat: musik bukan sekadar pelengkap, melainkan “jiwa” yang menghidupkan setiap frame.
Album ‘The Spouse’ kini dapat dinikmati dalam format piringan hitam, menawarkan pengalaman mendengarkan yang lebih imersif bagi kolektor dan pencinta musik film. Seluruh lagu yang ada di dalam album ini adalah saksi bisu evolusi musik film Indonesia dari tahun 2015 hingga 2022. Bagi mereka yang ingin kembali merasakan getar “Kelam Malam” atau melankoli “One Moon-Lit Night”, album ini adalah harta karun yang layak dimiliki.
Sebagai penutup, The Spouse berpesan: “Musik dan film adalah dua bahasa universal yang saling melengkapi. Kami berharap karya-karya ini tidak hanya dinikmati, tetapi juga menginspirasi generasi baru untuk terus bereksplorasi.”
Dengan semangat itu, The Spouse terus berkomitmen menjadi bagian dari denyut nadi industri kreatif Indonesia—satu not demi satu not, layar demi layar.