New Tracks
Weird Genius Kembali Dengan Single “Desire”, Ini Awal Babak Baru Mereka

- Share
- Tweet /srv/users/gigsplayv2/apps/gigsplayv2/public/wp-content/plugins/mvp-social-buttons/mvp-social-buttons.php on line 66
https://gigsplay.com/wp-content/uploads/2025/02/Weird-Genius.jpg&description=Weird Genius Kembali Dengan Single “Desire”, Ini Awal Babak Baru Mereka', 'pinterestShare', 'width=750,height=350'); return false;" title="Pin This Post">
Setelah melalui tahun 2024 tanpa merilis karya original, trio elektronik Weird Genius (WG) — Reza Oktovian, Eka Gustiwana, dan Roy Leonard — kembali hadir dengan single terbaru bertajuk “Desire” pada 14 Februari 2025. Rilisan ini menjadi penanda kebangkitan mereka usai satu tahun fokus pada panggung, workshop, dan refleksi kreatif. Di usia ke-9 tahun, WG membuktikan bahwa pendewasaan justru melahirkan kesederhanaan yang powerful.
“Desire” adalah manifesto baru dari Weird Genius. Menggabungkan elemen hyper techno dan speed house dengan ritme four-on-the-floor, lagu ini menggambarkan obsesi yang mengganggu pikiran, terinspirasi dari pengalaman pribadi salah satu anggotanya.
“Ini kisah nyata. Kami ingin pendengar merasakan ketegangan antara hasrat dan kenyataan, seperti halusinasi yang memaksa kita tersenyum di tengah kebingungan,” ujar Reza Oktovian, yang bertanggung jawab atas konsep visual dan naratif WG. Lirik “Desire” menjadi refleksi ambivalensi antara keinginan untuk lepas dan keterikatan emosional.
Proses kreatif “Desire” menandai pergeseran musikal Weird Genius yang lebih matang. Roy Leonard, yang resmi bergabung akhir 2023, menjelaskan, “Setelah Catalyst meraih AMI Award 2024, kami menyadari perlunya evolusi. Tahun vakum itu kami manfaatkan untuk mengeksplorasi batas diri — dari ratusan panggung, diskusi dengan penggemar, hingga riset sound design.”
Hasilnya, “Desire” tetap mempertahankan DNA WG yang memadukan hype dancefloor dan pop easy-listening, namun dengan aransemen yang lebih minimalis. “Kesederhanaan itu disengaja. Semakin dewasa, kami justru ingin musik berbicara lewat emosi, bukan kompleksitas teknis,” tambah Eka Gustiwana, arsitek sound WG.
Single ini juga menjadi eksperimen WG dalam membangun atmosfer. Penggunaan vocal stutter yang repetitif dan lead drop mengawang menciptakan efek trance, sementara tempo 128 BPM memastikan energi tetap tinggi.
“Kami ingin pendengar seperti masuk labirin — terdorong untuk bergerak, tapi juga merenung,” ujar Roy. Di balik kesan party anthem, lagu ini menyimpan lapisan gelap tentang obsesi yang menggerogoti, sebuah tema yang jarang diangkat dalam musik elektronik Indonesia.
Menyambut rilis ini, WG tak lupa melibatkan fans. Selama vakum, mereka menggelar puluhan workshop tentang produksi musik dan mentalitas kreatif.
“Fans adalah bagian dari proses. Masukan mereka membantu kami menemukan keseimbangan antara eksperimen dan akar musik WG,” kata Reza. Komunikasi intens ini tercermin dalam lirik “Desire” yang terbuka untuk interpretasi, mengikuti filosofi WG bahwa musik adalah ruang dialog bersama.
Terkait warna baru WG, Eka menegaskan, “Industri musik elektronik Indonesia butuh keberanian. Selama ini, banyak produser terjebak dalam tren. Dengan “Desire”, kami ingin tunjukkan bahwa mainstream dan inovasi bisa berjalan beriringan.”
Roy menambahkan, “Kami tidak anti-tren, tapi kami percaya setiap artis harus punya identitas. Hyper techno di lagu ini adalah cara kami merespons gelombang EDM global, tapi dengan sentuhan lokal yang organik.”
“Desire” juga menjadi pembuka jalan menuju EP perdana WG di bawah formasi baru, yang rencananya dirilis akhir 2025. “EP ini akan lebih personal. “Desire” hanya coretan pertama dari kanvas besar yang sedang kami lukis,” ucap Reza. Proyek ini disebutkan akan menampilkan kolaborasi dengan musisi lintas genre, meski WG masih merahasiakan detailnya.
Sebagai single comeback, “Desire” telah tersedia di seluruh platform streaming, termasuk Spotify, Apple Music, dan YouTube Music. WG juga merilis visualizer lyric video dengan efek glitch, menggambarkan konflik batin dalam lagu. “Video ini adalah metafora digital dari obsesi — bagaimana teknologi bisa memperkuat atau menghancurkan hasrat kita,” jelas Reza.
Dengan kembalinya Weird Genius, industri musik elektronik Indonesia mendapat suntikan energi baru. Seperti dikatakan Roy, “Kami tidak ingin disebut legenda. Ini awal babak baru. Masih banyak cerita yang ingin kami bagi, dan “Desire” hanya permulaan.”
Pesan ini seolah menjawab kerinduan fans yang menanti karya-karya tak terduga dari trio yang konsisten memacu adrenali pendengar selama sembilan tahun ini.