Connect with us

New Albums

Album Debut ‘Xin Lie’: Membawa Nafas Sunda ke Dunia Musik Elektronik Eksperimental

Profile photo ofrafasya

Diterbitkan

pada

Diannov Pamungkas Xin Lie
Photo by Firman Rohmansyah

Kombinasi dentum instrumen tradisional Sunda dan suasana gelap, misterius menciptakan album debut Xin Lie yang penuh nuansa dan karakter unik. Album ini bukan hanya eksplorasi musikal, tetapi juga penelusuran mendalam terhadap akar budaya Sunda dan pengaruh kuat dari legenda rakyat Prabu Siliwangi.

Setiap irama dan nada dalam album ini terasa sebagai dialog antara musik elektronik kontemporer dengan sistem nada tradisional Sunda, yakni laras pelog dan slendro, yang diolah menjadi bentuk musik club eksperimental. Terdapat delapan lagu yang mengusung repetisi ritmis industrial, elemen melankolis dari intelligent dance music, dan sentuhan tekstur khas post-karawitan.

Xin LieAlbum ini menjadi penanda penting dalam dunia musik elektronik karena berhasil memadukan tradisi lokal dengan dunia musik kontemporer, khususnya dalam genre rave yang bermakna muram namun inovatif. Kehadiran album ini mengingatkan kita pada era ketika lagu “Cing Cangkeling” dalam versi house garapan DJ Stevanus pernah mengisi acara-acara pesta underground di Indonesia.

Xin Lie, nama panggung dari Diannov Pamungkas, menyematkan kesan otentik budaya Sunda dalam album ini. Salah satu instrumen utama yang ia gunakan adalah dogdog, alat musik perkusi yang sudah jarang terdengar setelah pandemi.

Dalam pembuatan album ini, ia menggunakan suara dogdog yang disampling dari grup reak “Putra Buhun” milik Bah Yoyo, sebuah kelompok seni reak dari Cipadung, Bandung Timur. Reak sendiri adalah seni tari Sunda yang mengadaptasi unsur-unsur Reog Ponorogo dan melibatkan Kuda Lumping serta Singa Barong.

Perkenalannya dengan seni reak dimulai sejak kecil, ketika ia sering bergabung dalam arak-arakan reak setiap akhir pekan di acara sunatan. Kenangan ini memberi inspirasi besar untuk menyintesis setiap bunyi pukulan dogdog ke dalam ritme drumrack elektronik kontemporer.

Selain itu, Xin Lie mengaku terpesona pada sosok Prabu Siliwangi, tokoh mitologis Sunda yang diyakini memiliki kekuatan spiritual, termasuk kemampuan untuk bertransformasi menjadi seekor macan. Dalam album ini, perjalanan Prabu Siliwangi menuju keabadian diterjemahkan dalam trek-trek yang berurutan, bercerita tentang perjalanan hidup manusia dalam konteks kebudayaan Sunda.

Album ini terdiri dari delapan trek yang masing-masing mencerminkan fase-fase kehidupan.

Trek pembuka, “Dawuh”, menggambarkan kelahiran—menandai awal mula perjalanan manusia. Kemudian, trek kedua “Ngalengkah” yang berarti ‘melangkah’ menggambarkan fase belajar dalam kehidupan. Selanjutnya, “Tumuwuh” berarti ‘bertumbuh’ dan menghadirkan nuansa yang lebih energik, cocok untuk genre trap atau hard groove.

Trek yang keempat, “Nyeungeut Laut” atau ‘membakar laut’, adalah sebuah metafora yang menggambarkan keinginan mustahil dan penuh konflik. Lagu ini dibuat untuk pendengar yang merasa ingin melampaui batasan, layaknya mereka yang “ingin membakar lautan”.

Lalu ada “Papait Nu Amis” yang secara harfiah berarti ‘ada manis di balik pahit’, mengawali perjalanan dengan irama yang santai namun ditutup dengan intensitas yang kacau.

“Limpeur” menggambarkan kesembronoan, sesuai dengan artinya dalam bahasa Indonesia yaitu ‘ceroboh’. Trek ini menyuguhkan ritme yang sporadis dan liar, mencerminkan kekacauan dalam kehidupan.

Trek selanjutnya, “Mireng Leuweung”, diciptakan sebagai soundtrack bagi perjalanan Prabu Siliwangi ketika memasuki Hutan Sancang, tempat beliau moksa atau menghilang.

Album ini ditutup dengan trek “Parat” yang bermakna ‘berlebihan’, menggambarkan kemarahan dan keputusasaan. Selain dentuman bass yang kuat, trek ini juga dilengkapi dengan skit dialog tentang monopoli hasil kebun di Garut, memunculkan kritik sosial tentang kesenjangan ekonomi antara petani dan pengimpor pangan.

CD dan Kaset Xin Lie

Album berjudul ‘Xin Lie’ ini sudah bisa dipesan dalam bentuk pre-order mulai 24 Oktober hingga 7 November 2024 di website that.web.id. Dalam format fisik, album ini akan tersedia dalam bentuk kaset dan CD yang dirilis oleh Studio Kuantum pada 7 Desember 2024, sedangkan versi vinyl akan dirilis oleh Dance Data pada 7 Januari 2025.

Selain itu, versi digital dari album ini juga akan disebarkan melalui platform streaming mulai 21 Januari 2025.

Sosok di balik Xin Lie adalah Diannov Pamungkas, seorang musisi dan produser asal Bandung yang memulai perjalanan musik elektroniknya sekitar tahun 2017-2018. Dengan menggunakan perangkat Ableton Live, Xin Lie pertama kali terjun ke dunia disjoki melalui kolektif DJ lokal bernama C*SSS. Awalnya, ia tampil sebagai DJ dalam acara-acara hardcore punk, mengingat ia juga merupakan vokalis sekaligus gitaris band D-beat bernama Disabled.

Xin Lie sebelumnya telah merilis dua EP: ‘KARANGPAWITAN‘ (Non Archive, 2021) dan ‘Mapagkeun Kawani’ (Studio Kuantum, 2022).

Setiap karyanya mengandung elemen eksperimen dan perpaduan musik tradisional dengan elektronik, membuat namanya dikenal di kalangan penggemar musik elektronik yang menghargai kedalaman budaya lokal dan inovasi.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *