Connect with us

New Albums

Alfian Emir Adytia Menantang Narasi Di Album Konseptual “Decolmuseum”

Profile photo ofrafasya

Diterbitkan

pada

Emir Cello Decolmuseum
Alfian Emir Adytia / Photo by Albert Stevanus

Pada 20 Juni 2025, Alfian Emir Adytia, sosok seniman Indonesia yang dikenal dengan nama panggung Emir Cello, merilis album penuh terbarunya berjudul ‘Decolmuseum’. Lewat album ini, Emir mengajak pendengar menyelami eksplorasi musikal yang berani, mengusung konsep cello prog-rock yang sarat dengan tema sejarah kolonial, refleksi terhadap dampaknya di era hiper-kapitalisme masa kini, serta pencarian makna eksistensial manusia.

Di balik ‘Decolmuseum’ terdapat dorongan emosional yang dalam. Emir menjelaskan bahwa gagasan album ini muncul dari pengalamannya mengunjungi museum-museum yang memamerkan peninggalan leluhurnya. Melihat artefak yang sarat makna sejarah, tapi kerap terputus dari narasi aslinya, menimbulkan perasaan tergores dalam dirinya.

Setiap benda memiliki cerita yang belum sepenuhnya terungkap. Aku ingin menciptakan sebuah ‘museum’ yang bisa menceritakan kisah-kisah tersebut, bukan sekadar ruang pamer yang statis,” kata Emir. Baginya, musik adalah media yang dapat menghidupkan kembali kisah-kisah itu secara emosional, bahkan bisa memicu tawa atau air mata pendengarnya.

‘Decolmuseum’ hadir sebagai karya yang sepenuhnya mandiri. Emir merancang album ini dengan semangat independensi yang kuat. Dari tahun 2023 hingga 2024, ia menulis dan merekam demo, sebelum akhirnya bekerja sama dengan Kaan Yazici, produser asal Turki yang berbasis di Belanda, untuk menggarap produksi soniknya.

Tak hanya mengandalkan sumber daya pribadi, Emir juga menginisiasi kampanye pendanaan bersama yang berhasil menggaet dukungan 123 orang. Lewat kontribusi para pendukung ini, ia mampu mewujudkan album 10 lagu ini tanpa harus tunduk pada kompromi industri, memberinya ruang penuh untuk bereksperimen dan memperluas cakrawala kreatifnya.

Alfian Emir Adytia

Alfian Emir Adytia / Photo by Andrea De Angelis

Secara musikal, ‘Decolmuseum’ menyajikan lanskap bunyi yang tak biasa. Album ini membuka jalur penghubung antara penggemar rock dan metal dengan audiens musik klasik dan cello kontemporer. Selepas menamatkan pendidikan magisternya di The Royal Conservatoire of The Hague dalam bidang cello klasik, Emir kembali menelusuri akar musikalnya yang kaya: rock, metal, serta musik tradisional Indonesia.

Bersama Yazici, mereka menemukan keseimbangan antara suara cello akustik yang autentik dan tekstur distorsi khas metal. Proses penciptaan rantai efek menjadi elemen penting dalam identitas sonik album ini. Alih-alih mengikuti formula lagu konvensional, Emir merancang komposisi dengan struktur linear yang mengalir, pendekatan yang jarang ditemui dalam musik non-klasik. Eksperimen ini mempertemukan disiplin komposisi klasik dengan dinamika musik populer dalam bentuk yang segar.

Namun, ‘Decolmuseum’ bukan hanya tentang eksplorasi sonik. Album ini juga menyampaikan pesan kultural yang kuat, salah satunya melalui elemen musik keroncong. Emir dengan sadar mengangkat kembali warisan musik keroncong yang selama ini terpinggirkan dalam dunia musik Indonesia.

Musik keroncong, yang dulunya dianggap sebagai hiburan kelas bawah dibandingkan gamelan istana atau musik klasik Barat, kini mendapatkan tempat baru di tangan Emir. Dengan cermat, ia menggabungkan harmoni keroncong dalam komposisi klasik progresif, riff metal yang berat, dan vokal edgy yang emosional. Perpaduan ini menciptakan identitas sonik yang tidak hanya unik, tetapi juga memberikan kritik kultural yang tajam terhadap warisan kolonialisme dan hierarki estetika masa lalu.

Perilisan ‘Decolmuseum’ tidak hanya terbatas pada format digital. Emir memperluas pengalaman audiensnya dengan menghadirkan format fisik yang beragam. Album ini dirilis dalam edisi vinyl terbatas, kaset dengan bonus track, serta sebuah buku foto-esai yang mendalami kisah di balik lagu-lagunya.

Buku tersebut menyajikan dokumentasi visual dari kolaborasi dengan etnografer visual asal Italia, Andrea De Angelis, serta koleksi kolase dan esai pribadi Emir. Setiap format fisik direncanakan untuk dirilis secara bertahap: vinyl diluncurkan bersamaan dengan perilisan digital, buku akan menyusul pada bulan Agustus, dan kaset direncanakan rilis pada Oktober 2025.

Emir Cello

Alfian Emir Adytia / Photo by Andrea De Angelis

Dalam beberapa tahun terakhir, Emir dikenal sebagai seniman yang menolak terikat pada batasan genre. Sebagai pemain cello, komposer, konduktor, dan pengajar aktif di Belanda, Eropa, dan Asia, Emir membangun reputasinya melalui karya-karya yang sering kali menantang narasi budaya yang dominan.

Penampilannya di atas panggung sering dianggap sebagai ritual musikal yang mendalam; menggabungkan ekstase fisik dengan pengalaman transendental. Setiap pertunjukannya bukan hanya sekadar suguhan bunyi, tetapi juga ruang untuk kontemplasi kultural yang menghubungkan masa lalu dengan keresahan zaman modern.

Dengan ‘Decolmuseum’, Emir menunjukkan bahwa musik tidak hanya bisa menjadi media hiburan, tetapi juga ruang untuk pembebasan. Ia mengajak pendengar untuk melihat kembali luka sejarah, mempertanyakan siapa yang menulis narasi budaya, dan membayangkan kemungkinan baru melalui perpaduan tradisi musikal yang jarang disandingkan.

Album ini adalah sebuah pernyataan bahwa dekolonisasi budaya bisa lahir dari ruang-ruang paling intim: dari tubuh instrumen, dari struktur lagu, hingga dari keberanian untuk menantang norma.

Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *